26

4.1K 219 4
                                    

Setelah makan malam, kunaiki anak tangga bergegas ke kamarku. Kurebahkan tubuhku diatas kasur dan kulelapkan mataku serta mengistirahatkan pikiranku.

Tetapi mataku tidak bisa terpejam, rasa rindu yang datang tiba-tiba membuat mataku tidak bisa terpejam. Kuambil handphoneku dan kutekan nomor telefonnya lalu terdengar nada sambung yang cukup lama.

'Halo' terdengar suara pria yang membuatku sulit memejamkan mata. Kudengar begitu banyak orang berbicara, musik POP yang begitu keras dan suara seorang wanita yang sedang tertawa.

"Apa kau bersama seseorang?" Tanyaku.

'Ya, aku sedang ada pertemuan." Katanya sedikit berteriak karena suara musik yang terlalu keras.

"Dimana?" Tanyaku, kubangkitkan tubuhku dari tidurku

"Di bar." Katanya dengan entengnya tanpa memahami perasaanku.

"Kau mau tambah minuman lagi?" Terdengar suara seorang perempuan sedang menawarinya minuman.

"Tidak, terima kasih." Katanya menolak.

"Apa ada seorang wanita disampingmu?" Tanyaku yang mulau emosi.

'I..i...iya." katanya gugup.

"Bersyukurlah aku tidak disitu Chris." Kataku jengkel lalu kumatikan telfonnya.

Apa yang dia lakukan disana? Aku tidak bisa membayangkannya mabuk dengan wanita disampingnya.

"Luna." Seorang perempuan memanggil namaku dibalik pintu, kulangkahkan kakiku menuju ke arah pintu dan kemudian membukanya.

Terlihat seorang wanita dengan tubuh sexy mengenakan dress ketat sepaha berwarna merah yang menampilkan belahan dada cukup lebar, wanita itu terlihat seperti gadis berusia 25 tahun. Jade yang sedari tadi dibelakangnya dengan nafas tersenggal-senggal yang sepertinya mencoba menghentikan wanita ini.

"Jade, tenanglah. Tarik nafas dalam-dalam dan buang." Kataku dan Jade segera melakukan yang kuminta.

"Siapa kau?" Tanyaku pada wanita itu.

"Siapa?" Katanya sambil menjitak kepalaku.

"Aw... itu sakit." Rintihku sambil memegangi kepalaku yang dijitaknya.

"Itu pantas kau dapatkan, kau bahkan tidak mengenali nenekmu sendiri." Katanya.

"Nenek?" Tanyaku sambil melongo tak percaya.

"Benar, Luna." Kata Jade dengan nafas yang sudah teratur.

Wanita muda yang mengaku dirinya adalah "NENEKKU" itu tiba-tiba masuk ke dalam kamarku begitu saja.

"Jade pergilah." Kataku.

"Baik, Luna." Jawabnya.

Wanita itu duduk di sofa panjang milikku yang berada di dalam kamarku. Dimainkannya smart phone miliknya dengan mengambil selfie sesekali.

"Apa kau sudah punya pacar?" Tanyanya.

"Bisa jadi." Kataku datar sambil duduk disampingnya.

"Jadi siapa dia? Dimana dia berasal? Apa pekerjaannya? Apa dia teman sekolahmu? Apa dia orang kaya? Dan yang paling terpenting siapa namanya?" Katanya tanpa spasi layaknya penyanyi RAP.

"Satu-satu, dong. Banyak banget, nek." Keluhku.

"Buruan." Katanya tidak sabaran.

"Namanya Christian, dia pebisnis." Kataku singkat kepadanya.

"Umurnya?" Tanyanya lagi.

"40 tahun." Kataku singkat.

"Astaga? Kamu serius pacaran sama om-om. Gila kamu." Katanya tak percaya.

"Emang umur nenek berapa?" Tanyaku.

"65." Katanya cuek.

"Nah, mendingan sama om-om dari pada sama kakek-kakek genit." Kataku mengejeknya.

"Nenekmu ini juga gak doyan kakek-kakek apalagi om-om. Nenekmu ini sukanya yang masih lajang, yang brondong." Katanya genit.

"Iyuh, genit. Inget umur dong nek." Kataku.

"Bodo amat." Katanya singkat, padat dan jelas.

"Oh ya, apa pacarmu itu asli manusia?" Tanyanya.

"Bukan, dia werewolf." Kataku singkat.

"Oh." Jawabnya dengan raut agak cemas.

"Kenapa nek?" Tanyaku.

"Nggak apa-apa." Katanya sambil menunjukkan senyum kepadaku.

"Oh gitu." Kataku.

Drtt....Drttt..

Sebuah pesan text masuk ke dalam handphoneku, ku cek pesan tersebut yang ternyata dari Chris.

  "Kamu marah?"

Kuputuskan untuk mengabaikan pesan darinya, 5 menit kemudian handphoneku bergetar lagi, sebuah pesan darinya lagi.

  "Maaf."

Kuabaikan pesan darinya, hatiku masih terasa sesak ketika mendengar suara seorang wanita menawarkan minuman untuknya.

"Jadi, pacarmu selingkuh di club." Katanya tiba-tiba.

"Mungkin." Kataku dengan nada putus asa. Tetapi tunggu sebentar...

"Bagaimana nenek bisa tahu?" Tanyaku terkejut.

"Pikir saja sendiri." Katanya.

"Kau bisa membaca pikiran." Kataku datar, memang mayoritas penyihir mampu membaca pikiran.

"Betul sekali. Oh ya, cucuku yang cantik. Kau ingin membalas perbuatannya?" Tanyanya. Kelihatannya dia mendukungku dan tahu sekali keinginanku.

"You are the best Grandma ever." Kataku sambil memeluknya erat.

"Lepas-lepas." Katanya sambil berusaha melepaskan pelukanku. Kulepas pelukanku dan berganti mencubit kedua pipi tirusnya.

"You are Crazy Little Shit ever." Katanya.

"FUCK." Kataku.

MY MATE IS A WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang