29

4.1K 218 6
                                    

Sarah POV

Aku sudah siap dengan gaun putih polos tanpa motif apapun, rambutku tergerai panjang menggelombang, tangan dan kakiku sudah terpasang rantai yang diikat kuat dipergelangan tanganku dan dipergelangan kakiku, serta mantra yang membuat rantai ini tidak akan hancur walau ditarik oleh ribuan orang sekalipun.

Ada satu hal yang membuatku tak kuasa menjalani fase ini, ketidak hadirannya disampingku membuatku merasa menghadapi fase ini sendirian.

Walaupun nenek menjelaskan kepadaku bahwa jika dia melihatku sedang menghadapi fase terburukku, dia akan terluka dan belum lagi jika aku tidak sadar dengan tingkah lakuku yang akan menyakiti atau melukai mereka semua jika berada disampingku.

"Sudahlah, jangan pikirkan hal itu. Sekarang, buatlah dirimu nyaman di atas tempat tidurmu. Sebentar lagi malam akan segera tiba." Kata nenek memecah lamunanku.

"Minum ini." Katanya sambil menyodorkan gelas kecil berisi cairan semerah darah.

"Apa ini?" Tanyaku bingung.

"Ramuan khusus untuk menyegel serigalamu itu agar tidak mengganggu fasemu." Katanya.

Kuambil gelas itu dan kuminum seluruh cairan di dalamnya. Mataku terbelalak menahan rasanya, demi jenggot neptunus, ini sangat pahit.

"Jangan dimuntahkan atau kuberi kau satu cangkir lagi." Ancamnya dan dengan terpaksa dan tersiksa, kutelan cairan ini dengan segenap hatiku.

"Bagus." Katanya sambil berlalu.

"Nek." Panggilku, dihentikannya langkah kakinya dan menoleh ke arahku.

"Apa?" Jawabnya.

"Jangan biarkan dia masuk ke dalam kamarku jika faseku sudah dimulai." Pintaku.

"Kenapa? Biar saja dia mati di tanganmu." Katanya datar.

"Karena aku mencintainya." Kataku. Dia mengangguk setuju lalu keluar kamarku sambil menutup pintu.

Sekarang aku duduk di atas tempat tidurku dan memejamkan mataku menanti malam tiba.

Sudah lama aku menunggu awal dari fase yang akan kualami, bahkan hingga kini awan yang terlukis dari jendela kamarku sudah menjadi gelap dan dipenuhi bintang.

Kulihat kuku dijari tanganku mulai meruncing dan menghitam, kurasakan sesuatu dalam diriku merambat di kulitku perlahan dari ujung kaki, terlihat urat hitam menjalar perlahan dari kakiku hingga kepalaku.

Kesadaranku mulai hilang, mataku berubah menjadi gelap dan aku tidak bisa melihat apa-apa.

◼◾◼


Chris POV

Sudah 3 hari aku tidak menemuinya. Rasa khawatir terus menghantuiku, bahkan aku tidak bisa tidur karenanya.

Sekarang pukul 16.00, kuputuskan untuk pergi kerumahnya dan melihat kondisinya.

Kunyalakan mesin mobilku, kuinjak gas mobilku dan segera menuju ke rumahnya.

Sekitar 2 jam kumenempuh perjalanan agar sampai kerumahnya. Kuinjak rem mobilku yang sudah berada di depan gerbang tua dengan tanaman yang menjalar disekitarnya.

Kumatikan mesin mobilku,  kubuka pintu mobilku dan keluar dari mobil. Kubuka gerbang itu dan berjalan menuju ke arah rumahnya, rumahnya terlihat seperti rumah besar yang kosong tak berpenghuni dan tidak terawat, tetapi jika kau masuk kedalamnya, kau akan disuguhi pemandangan dimana didalam rumah itu dipenuhi oleh barang mewah dan elegan. Kuketuk pintu rumahnya dan seorang pemuda membukakannya untukku.

"Silahkan masuk Alpha Chris." Katanya sambil tersenyum kepadaku.

"Dimana Adora?" Tanyaku.

"Di atas, dikamar Luna." Katanya.

Tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan berteriak, asal suara itu dari atas. Pemuda itu langsung berlari meninggalkanku menaiki anak tangga menuju ke atas, kuikuti pemuda itu sambil berlari menaiki anak tangga.

Kulihat 5 orang pria sedang panik di depan pintu yang terbuka dengan suara seorang gadis yang berteriak meraung-raung. Kuberlari kecil menuju kumpulan pria tersebut, tampaklah sebuah ruangan yang kotor dan ditumbuhi akar tanaman yang menjalar di dinding ruangan tersebut.

Satu hal yang membuatku sangat hancur saat melihatnya, gadis yang kucintai, gadis cantik yang selama ini ku kagumi, berubah menjadi sangat amat buruk. Iris matanya berubah menjadi merah darah, sekujur tubuhnya juga terdapat seperti urat yang menjalar dalam kulitnya.

Tangan dan kakinya di rantai, bajunya sudah sobek tak karuan, dan rambutnya yang kusut. Seorang pria berjalan maju ke arahnya dan memberinya sebuah pukulan yang amat keras sehingga membuatnya pingsan seketika.

Darahku mendidih, beraninya dia memukulnya. Kulangkahkan kakiku dengan amarah yang memuncak dalam diriku menuju pria itu, seorang wanita menghalangi jalanku.

"Jangan pernah masuk ke dalam." Katanya sambil menatapku tajam.

Wanita itu mengajakku ke kebun belakang rumahnya, kulihat hamparan bunga mawar menghiasi seluruh kebunnya.

"Sarah suka sekali dengan mawar merah." Katanya.

"Setiap hari dikamarnya, harus ada mawar segar di vas bunga miliknya."

"Jadi, mengapa aku tak boleh masuk ke dalam?" Tanyaku sedikit ketus padanya.

"Karena Sarah mencintaimu." Katanya yang cukup membuatku terkejut mendengarnya.

"Dia yang memintanya sendiri." Lanjutnya.

Ku ambil rokok di balik saku celanaku, kuambil satu batang rokok dan kunyalakan dengan korek api punyaku.

"Aku pergi dulu." Kataku sambil pergi meninggalkannya.

"Tunggu, Chris." Panggilnya.

Kuhentikan langkahku sambil memutar tubuhku ke arahnya sambil sesekali menghisap rokokku.

"Aku ingin bertanya satu hal darimu." Katanya.

"Apa kau bersedia melepasnya suatu hari nanti." Lanjutnya yang membuat darahku mendidih.

"Tidak." Kataku tegas dengan nada dingin punyaku.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Semua makhluk hidup di dunia ini akan mati jika kehilangan jantungnya, begitupun juga orang yang kau tanyai saat ini. Apa kau sanggup hidup tanpa jantung? Tidak, ya kan?" Kataku sambil melangkah berlalu meninggalkannya.

Aku tidak akan melepasnya, tidak akan pernah...

___________

Maaf ya... updatenya lama 😄
Soalnya aku lagi banyak tugas, jadi updatenya lama. 😄

Happy reading ya.... 😄

MY MATE IS A WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang