35

3.2K 147 8
                                    

Terlihat dua orang sedang berpelukan hangat dan terlihat nyaman satu sama lain. Terlihat bagaimana hangatnya pelukan itu hingga memberi rasa nyaman kepada seorang gadis yang sangat diperhatikannya sedari tadi.

Raut wajahnya datar, dingin lebih mendominasi wajahnya. Diraihnya rokok di saku tuxedonya dan mengambil lighter dari saku celananya, satu batang rokok dihidupkannya dan disesapnya menyalurkan semua emosinya.

Disandarkan badannya ke arah tembok dan menikmati sebuah batang rokok yang dihidupkannya tadi, berharap tidak mendengar percakapan keduanya, namun apa daya, dia memiliki indra pendengaran yang cukup sensitif. Sekarang dia hanya menatap pepohonan yang damai ditiup angin.

'lebih baik dari detik sebelumnya' batinnya.

Sedari tadi dia hanya diam, menyesal meninggalkan gadis itu bersama pria masa lalunya.

"Maaf, tapi sepertinya kau juga lupa bagaimana menghancurkannya." Ucap gadisnya yang membuatnya berdiri tegap melihat keadaan gadisnya lagi.

Sekarang posisi gadisnya sedikit menjauh dari lelaki itu, membuatnya sedikit lega.

"Tapi, sekarang hanya kita berdua. Aku yakin Evelyn juga mengerti keadaan kita." Kata lelaki itu mencoba mendekati gadisnya lagi, tetapi gadis itu segera menghindar.

Selama hidupnya, baru kali ini dijumpainya ada seorang lelaki yang sangat egois seperti itu. Pikirkan saja, setelah seenaknya membuang wanita lalu memaksa wanita itu untuk kembali lagi, apa itu tidak brengsek?

"Begitu egoisnya dan tidak berperasaankah dirimu? Kau baru kehilangan Evelyn, wanita yang kau sebut sebagai cintamu. Astaga.." kata gadis itu sambil menyingkap sebagian rambutnya yang terurai ke atas dengan kedua telapak tangannya pertanda frustasi, tatapannya menunjukkan rasa kekecewaan terhadap lelaki yang ada di hadapannya.

"Tapi-"

"Stop!! Aku tidak mampu lagi mendengar keegoisanmu, aku pamit pulang, jika sesuatu terjadi dengan anakmu aku bisa membantu." Kata gadis itu memotong perkataannya.

"Oh ya, satu lagi, Evelyn memberitahuku ketika aku mencoba menyelamatkannya, nama anakmu Jean Mathew Black. Dia memintaku memberinya nama depan dan sebelumnya Evelyn memanggil anak itu dengan nama Mathew sebagai nama tengahnya, dia juga menyematkan namamu sebagai marganya." Tutur gadis itu terdengar tegas tetapi sedikit bergetar dan berputar melangkah menjauhinya.

"KAU TIDAK MENCINTAINYA KAN?" Teriak laki-laki itu, membuat Chris hampir meledak mendengarnya. Tetapi pertanyaan itu juga membuatnya ingin bertanya hal yang sama pada gadis itu, karena selama ini diantara mereka tidak pernah mengungkapkan perasaan masing-masing. Gadis itu berputar memunggunginya sekarang.

"Kau bercanda? Pria itu adalah mateku sebenarnya. Kau tahu? Dia menyelamatkanku dari keterpurukanku, mendekapku saat kedinginan, dan ada setiap membutuhkan. Bahkan sekarang aromanya adalah canduku, kuharap dia akan menandaiku secepatnya dan menjadikan aku miliknya." Kata gadis itu dengan nada tenang dan tidak emosional, karena dia tahu siapa yang sebenarnya selalu ada disampingnya.

Grrr......

Geraman itu berasal dari pria didepannya, seketika pria segera melesat di depan tubuhnya digenggamnya kedua pergelangan tangan gadis itu hingga memerah.

"Akh...." pekik gadis itu kesakitan mencoba melepaskannya dari genggaman pria masa lalunya itu.

"Kau...itu...milikku...." geram pria itu semakin menggenggam pergelangannya.

Tiba-tiba seorang pria menendangnya hingga tubuh pria yang menggenggamnya tadi terpental jauh darinya, pria tersebut memeluknya erat bahkan pelukan pria ini terasa lebih hangat dari Steve.

MY MATE IS A WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang