Sarah POV
Sejak hari dimana aku memutuskan untuk pergi dari sisinya. Aku jadi sedikit pendiam dari biasanya, aku tidak memiliki semangat seperti hari-hari ku sebelumnya. 1 minggu sudah hari-hariku berjalan tanpa dirinya, aku bisa saja menyuruh West atau Jade untuk mengetahui keadaannya dan seluruh aktivitasnya, tapi aku tidak melakukannya.
Kuedarkan pandanganku melihat pemandangan disekitarku, pemandangan yang menjadi akhir kenanganku bersama pria itu, dulu aku yang di tinggalkan dan sekarang aku yang meninggalkan.
Jika aku melihat orang-orang disekitarku yang dicintai dan mencintai satu sama lain membuatku iri, iri karena mereka dapat merasakan semuanya.
Aku tersenyum miris melihat keadaanku yang sekarang, untuk apa kekuatan dan kekuasaan jika semua ini mengekang.
Aku rasa cukup sudah untuk mengingatnya disini, karena kuharap di lain hari aku akan kemari lagi dengan suasana yang lebih baik lagi.
Ketika memasuki rumah, disana ada banyak orang salah satunya Jade, dia menoleh kearahku dan menghampiriku. Pasti ada sesuatu tidak beres sedang terjadi.
"Luna.." Sapanya padaku.
"Ada apa ini, Jade?" Tanyaku padanya yang terlihat resah.
"Luna, Beta dari Alpha Steve kemari." Katanya.
"John? Lalu apa masalahnya?" Tanyaku.
"Dia kemari dengan luka cukup parah, dan dia membawa seseorang." Jelasnya kembali.
"Dimana John?" Tanyaku padanya.
"Di kamar tamu, Luna." Katanya.
Aku langsung bergegas menuju kamar tamu berada, dengan Jade yang mengekoriku dari belakang. Pintunya tertutup, kubuka perlahan hingga mataku menangkap seorang pria dengan tubuh atletisnya dan luka menganga bekas cakaran yang masih mengeluarkan darah. Dia hanya memakai celana jeans selutut yang sudah sobek sebelah dan ada darah yang masih basah keluar dari sana.
Pemandangan ini sungguh menyedihkan, tak terasa sebuah bulir air jatuh dari mataku, mataku terasa pedih karena melihat pemandangan menyakitkan seperti ini.
Dengan langkah halus tidak menimbulkan suara, aku mencoba duduk perlahan di pinggir tempat tidur.
"Lu.....n.....na." Katanya tertatih membuat air mataku jatuh kembali.
"Ya, ini aku." Jawabku lembut hingga seperti sebuah bisikan. Sesekali aku menyeka air mataku dan menyedot ingusku.
"Jangan menang....is, Luna." Katanya lemah.
"Bagaimana bisa ini terjadi, John." Tanyaku lembut sambil mengusap kepalanya.
"Ka...mi di...se...rang oleh pack la...in. Arghh....." Katanya menggeram kesakitan.
"Lu....na...., di sakuku. Aku ti...dak bi....sa mena...hannya le...bih lama. Ak..u ak..an menyu...sul mereka. Uhukk.....uhukkk..." Katanya disusul batuk dan darah keluar dari mulutnya. Aku panik dengan keadaannya dan Jade yang semula hanya diam melihat kami di ambang pintu, ikut panik dan segera menghampiriku yang menggenggam tangannya.
Seketika dia berhenti batuk dan tidak ada pergerakan sama sekali, wajahnya penuh darah, aku segera memeriksa nadinya dan ya tuhan.
Aku kehilangan seseorang lagi.
John kini sudah tiada.
Seperti permintaannya aku mengambil sesuatu di kantung celananya, terlihat kertas yang terlihat menyembul dari sana. Aku hanya mengambilnya dan akan membukanya nanti.
"Jade, makamkan dia secepatnya." Kataku sambil melepas genggamanku pada tangan John.
"Baik, Luna." Sahutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MATE IS A WITCH
WerewolfHidup memberi banyak pilihan entah itu keluarga dengan cinta ataupun cinta dengan cinta yang lainnya. Jika seseorang hanya memilih salah satu dari dua pilihan itu maka, percayalah, aku akan memilih semuanya.