Someone POV.
Tulang hidungku masih terasa sakit sejak beberapa hari yang lalu, meskipun sudah mendapat pengobatan oleh dokter. Gadis sialan, dia membuatku dipermalukan didepan umum. Gadis seperti itu tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam ruanganku. "Saya sudah menemukannya, Tuan." Katanya.
"Dia tinggal satu apartemen dengan Nona Katrina." Lanjutnya lagi.
"Hmm, Katrina." Gumamku.
"Benar, Tuan." Katanya.
"Katrina mengetahui tentang ini?" Tanyaku.
"Saya belum mengetahui pasti, Tuan." Jawabnya.
"Kalau begitu, meskipun Katrina mengetahuinya, dia tidak akan ikut campur dalam bisnisku. Jika dia ikut campur, dia pasti sudah tahu apa yang akan menjadi konsekuensinya nanti, bukan begitu?"
⏩
Chris POV
'Chris...'
'Kau mendengarku'
"Ruby."
'Seseorang akan datang dan mewarnaimu.'
'Dia akan datang dengan membawa cinta untukmu.'
"Ruby."
'Jagalah dia Chris...'
Alarm berbunyi tepat pukul 05.00, membangunkanku dari mimpiku. Disana hanya ada aku diruang kosong dan gelap, kudengar Ruby memanggilku dan berbicara padaku.
Kubangunkan tubuhku dan bergegas ke arah dapur. Kuambil secangkir kopi serta kutuang sereal dan susu ke dalam mangkok, kunikmati sarapanku sebelum aku melakukan aktivitas lain.
Setelah menyelesaikan sarapanku, kini aku harus mandi dan bersiap. Setelah menyelesaikan mandiku, kupakai jaket kulit berwarna cokelat dengan kaos putih polos dan celana jeans yang tidak terlalu ketat. Terpantullah bayanganku di depan cermin, ku teringat akan mimpi pagi itu, Ruby mengatakan bahwa seseorang akan datang mewarnaiku dan membawa cinta untukku, Ruby menginginkanku untuk menjaganya. Apakah seseorang yang dimaksud Ruby adalah Sarah?
Kupikir sejak dia pergi meninggalkanku beberapa hari yang lalu, rumahku tampak sepi dan kurasa didalam diriku juga terdapat sesuatu yang kurang, sesuatu yang membuatku terasa kosong. Sikapku sudah sangat berlebihan padanya, apalagi aku terus bersikap kasar padanya dan selalu menghindarinya.
Kuambil kunci mobilku dan bergegas untuk pergi untuk sekedar berjalan-jalan keluar. Kuputari seluruh kota dengan mobilku, hingga mobilku berhenti dipinggir jalan dan kulihat seorang gadis di seberang jalan dengan mengenakan celana jeans dan sepatu boots dipadu dengan kaos hitam dibalut jaket jeans yang menambah kesan tomboy didalam dirinya. Rambut hitamnya terurai panjang hingga pinggang menambah kecantikan wajahnya.
Dia duduk di kursi cafe yang berada diluar sambil sesekali menyeruput kopi hangatnya dan membaca sebuah majalah.
Setelah keluar dari mobilku, aku bergegas untuk menghampirinya. Kuseberangi jalan dan mulai berjalan ke arahnya. Kududuki kursi kosong yang berada di samping kursinya, kupandangi wajah cantiknya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya tanpa menatapku dan tetap membaca majalahnya.
"Melihatmu." Kataku.
"Apa untungnya?" Tanyanya lagi.
"Aku bisa melihat kecantikanmu." Kataku sambil tersenyum.
"Bukankah kau membenciku?" Tanyanya sambil menutup majalahnya dan menatapku dengan senyum kecil di wajahnya.
"Mungkin tidak lagi." Kataku sambil membalas tatapannya.
"Kenapa?" Katanya sambil memajukan wajahnya ke wajahku secara tiba-tiba.
"Karena, aku mulai merindukanmu." Kataku yang tetap menatap matanya.
Dia tertawa dan membuatku juga ikut tersenyum, dia terus tertawa tanpa kuketahui apa yang membuatnya tertawa, apakah ucapanku lucu?
"Apa ucapanku lucu?" Tanyaku.
Dia berhenti tertawa dan mulai tersenyum menatapku. "Tidak." Katanya.
"Lalu kenapa?" Tanyaku lagi.
"Karena baru kutahu kalau pria sepertimu bisa mengucap sesuatu yang romantis." Katanya sambil tertawa lagi. Kupandangi wajahnya, kulihat mata, hidung, bibir dan tawanya, Kecantikannya bertambah saat dia tertawa.
"Ada apa? Ada yang salah diwajahku?" Tanyanya.
"Tidak." Kataku sambil tertawa kecil.
"Hmm, baiklah." Katanya.
Matanya bergerak menatap tajam perempatan jalan yang agak jauh dari cafe yang kutempati. Ditatapnya seorang pria yang berada di seberang jalan sedang menatap kami.
"Aku ada urusan." Katanya sambil pergi berlalu meninggalkanku.
Dia berlari dan menyebrangi jalan, dia terus berlari mengejar pria yang menatap kami beberapa detik yang lalu, pria itu berlari masuk ke dalam gang kecil di tidak jauh dari tempatnya berdiri, setahuku itu adalah gang buntu.
Gadis itu sudah tidak berlari lagi, dia berjalan santai dengan mengeluarkan pistol Glock 20 miliknya. Dimasukinya gang itu dengan santainya sambil menyiapkan pistolnya, gadis itu hilang di telan bayangan setelah memasuki gang itu. Sebenarnya apa yang dilakukannya? Kuberanjak dari tempat dudukku berniat menyusulnya.
Drtt...Drtt..
'Tetap ditempatmu Christian, jangan melanggar batasan yang sudah ditentukan, peraturan tetaplah peraturan. Kau tidak boleh menyampuri urusan orang lain, cukup duduk manis ditempatmu dan pesan secangkir kopi.'
"Apakah gadis itu melakukan bisnis?"
'Tidak, dia sudah membuat masalah dengan Nico.'
"Masalah apa?"
'Dia membuat hidungnya patah.'
Kumatikan telefonku dan memasukkannya ke dalam kantong jaketku, aku kembali duduk di atas kursi itu dan menyalakan rokokku. Nico mempunyai anak buah cukup banyak yang tersebar diseluruh kota, dan gadis itu akan menghadapinya sendirian. Aku tidak bisa membantunya, itu bukan urusanku, tetapi aku juga khawatir padanya.
____________
Maaf ya kalau alur ceritanya gak karuan ☺ soalnya ini cerita pertamaku ☺ maaf ya... 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MATE IS A WITCH
WerewolfHidup memberi banyak pilihan entah itu keluarga dengan cinta ataupun cinta dengan cinta yang lainnya. Jika seseorang hanya memilih salah satu dari dua pilihan itu maka, percayalah, aku akan memilih semuanya.