28

4.2K 215 2
                                    

Tatapan pria itu hanya terfokus pada 1 orang SARAH.

Ditariknya lengan Sarah dari gerombolan orang-orang yang sedang asik menikmati musik dan menari dibawahnya. Sarah mencoba melepaskan genggaman tangan pria itu, tetapi Sarah tetap kalah kuat dengan tenaganya. Sesekali sarah merasakan nyeri di lengannya karena lengannya dicengkram begitu kuat, dibawanya Sarah ketempat yang agak sepi dan dilepasnya cengkraman tangannya dari lengan Sarah.

Terlihat lengannya yang membiru dan Sarah yang saat ini sedang meringis kesakitan dengan memegang lengannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya laki-laki itu kepadanya dengan nada dingin dan datar.

"Bersenang-senang." Katanya sambil menatap tajam mata pria itu.

"Bersenang-senang? Dengan pria lain?" Tanya laki-laki itu dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Ya. Dan, apa yang kau lakukan disini Tuan Chris? Mabuk dengan gadis murahan disampingmu?" Kata Sarah yang mampu membuat rahang pria itu mengeras dan matanya kembali hitam.

Matanya yang menghitam, perlahan berubah menjadi normal. Dia mengatur emosinya agar tidak sampai terlewat batas dan dikuasai emosi.

"Tempat ini tidak baik untukmu." Katanya.

"Apa tempat ini baik untukmu, Tuan Chris?" Tanya gadis itu bergetar dengan air mata yang menggumul di pelupuk matanya.

"Tidak." Jawab pria itu lirih.

"Itulah sebabnya aku kemari, aku hanya ingin mengajakmu pulang. Aku tidak bisa tidur, spekulasi buruk dalam kepalaku tentang dirimu selalu berputar dan menghantuiku. Jika tidak karena itu semua, untuk apa aku datang ke tempat menjijikkan seperti ini." Kata gadis itu, air matanya tak terbendung membasahi pelipis dan pipinya.

Pria itu hanya menatapnya dengan pandangan kosong, dipeluknya gadis didepannya yang saat ini tengah menangis dan mengeluh tentangnya. Gadis itu juga membalas pelukannya dan menumpahkan seluruh air matanya dalam dekapan pria yang dicintainya.

"Maaf." Lirih pria itu, dalam hatinya dia sangatlah bodoh tidak memikirkan bagaimana perasaannya dan tidak menjaga perasaannya. Dilepasnya pelukannya dan ditangkupkannya kedua telapak tangannya ke wajah gadis itu, ditatapnya mata gadis itu, mata yang memerah dan agak lebam karena menangis.

"Aya pulang, tempat ini tidak baik untuk kita bukan?" Ajaknya dan gadis itu hanya membalasnya dengan anggukan kecil miliknya.

"Ayo." Katanya sambil menggenggam tangan gadis itu.

"Tapi, kau harus menemui seseorang terlebih dahulu." Kata gadis itu.

Ditariknya tangan pria itu agar mengikuti langkahnya, tangannya terus menggenggam tangan pria itu. Mereka berhenti didepan seorang wanita yang sedang menikmati sampanye miliknya bersama beberapa laki-laki.

Wanita itu terus menatap pria yang ada dibelakangnya, rasa jengkel membuat darahnya panas dan segera ingin meledak. "Berhenti menatapnya atau kucongkel kedua bola matamu." Kata gadis itu, wanita itu memutar bola matanya dan berdiri dari posisi duduknya.

"Adora." Kata wanita itu memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangan kanannya.

"Chris." Kata pria itu sambil menjabat tangannya.

Wanita itu terus menggenggam tangan pria itu dan menatapnya terus-menerus, membuat pria itu setengah jijik memandangnya. "Lepas." Kata gadis itu sambil memukul tangan wanita itu.

"Aw, sialan." Gerutu wanita itu.

"Perkenalkan dia nenekku." Kata gadis itu kepada pria di yang sekarang berada di sampingnya.

"Aku sedang tidak ingin bercanda, Sarah." Kata pria itu.

"Apa aku terlihat sedang bercanda?" Kata gadis itu.

"Ya benar, aku neneknya." Timpal wanita itu membenarkan perkataan gadis itu.

"WTF." Kata pria itu.

"Ini sudah malam, ayo pulang. Kita bicarakan yang lainnya di rumah." Kata wanita itu.

Mereka bertiga duduk di ruang tengah rumah Sarah dengan teh didepan mereka. Sarah dan Chris duduk bersebelahan sedangkan wanita itu duduk di sofa di depan mereka berdua.

"Aku ingin bicara berdua dengannya." Kata wanita itu.

"Apa?" Kata gadis itu tidak terima.

"Ini serius." Kata wanita itu dengan tatapan tajam ke arahnya.

"Oh, baiklah." Kata gadis itu.

"Pergilah ke kamarmu dan tidur." Kata wanita itu.

Gadis itu berlalu dan segera menaiki anak tangga menuju ke arah kamarnya. Gadis itu tahu, tatapan yang diberikan neneknya itu adalah pertanda bahwa memang ada seseuatu yang benar-benar penting. Gadis itu melompat di atas tempat tidurnya dan segera melelapkan matanya.

Kini, hanya ada dirinya dengan wanita yang ada di depannya, wanita itu menatapnya tajam dan fokus ke arahnya. Chris mencoba membaca pikirannya, wanita itu sedang membaca pikiran seseorang juga, dia memastikan bahwa Sarah benar-benar tidur.

"Pembunuh bayaran, heh?" Kata wanita itu tiba-tiba membuatnya tersadar.

"Benar." Katanya.

"Dengar, nak, aku kemari bukan sekedar mengunjungi cucuku atau memeriksa keadaannya. Aku kemari untuk membantunya." Kata wanita itu.

"Membantunya untuk apa?" Katanya.

"Setiap penyihir yang mempunyai jantung hitam, apalagi dia adalah seorang penyihir yang mempunyai kekuatan besar, penyihir itu harus melewati fase dimana mereka tersiksa dan merasa kesakitan setiap harinya. Mereka tidak bisa mengenal semua orang termasuk keluarganya sendiri, bahkan wajah mereka akan berubah menjadi mengerikan." Kata wanita itu menjelaskan.

"Jadi, Sarah harus melewati semuanya?" Tanyanya khawatir.

"Ya, dia harus. Bahkan kita harus merantai tangan dan kakinya, karena jika tidak dia akan membunuh siapa saja yang berada di sekitarnya." Kata wanita itu.

"Apa dia juga tidak akan mengenalku dan akan membunuhku?" Tanyanya.

"Benar." Kata wanita itu.

"Berapa lama dia harus melewati fase ini?" Tanyanya lagi.

"1 minggu." Jawab wanita itu.

"Kapan ini dimulai?" Tanyanya.

"Besok malam, ketika bulan sabit muncul." Kata wanita itu.

"Kau tidak boleh menemuinya sampai fase ini berakhir." Kata wanita itu.

Bagai tombak yang tertancap di dadanya, dalam keadaan seperti itu dia tidak bisa menemani dan membantunya. Dia tidak bisa ada di sisinya dan berbagi rasa sakit dengannya, dibandingkan dengan gadis yang dicintainya yang selalu ada untuknya dan selalu berada disampingnya.

_____________

Maaf yaa... part kemarin pendek banget...
Happy reading.... 😚

MY MATE IS A WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang