ED 21 | Reach Out Over

2.8K 495 231
                                    

Suara tangisan, rengekan, dan jeritan melebur menjadi satu dalam satu waktu yang memilukan. Awan gelap di atas langit seakan turut mendukung suasana hati setiap orang yang ada di sana, begitupula Sooji. Ia tidak berhenti meraungkan kata 'kembali' ketika tubuhnya dipeluk erat oleh Jiwon yang juga tengah menangis. Namun, histeria memilukan yang terjadi tidak membuat semua prosesi terhenti.

Mata Sooji terus menatap ke bawah, di mana telah bersemayam satu-satunya pria yang masih menempati hatinya hingga hari ini. Perlahan-lahan pandangannya memudar oleh airmata dan tumpukan tanah yang terus menerus ditimbun demi menutupi tempat tersebut. Ia menggelengkan kepala dengan histeris, meneriakkan kata tidak dan jangan berkali-kali. Ia masih belum rela, masih ingin melihat wajah itu lagi, tapi tidak ada yang bisa menuruti keinginannya.

"Sooji jangan begini, tenanglah," di belakangnya Jiwon berusaha untuk memegangnya, mengendalikan tubuhnya yang bisa mengamuk kapan saja. Tapi sekali lagi Sooji tidak peduli, ia hanya ingin pria itu kembali lagi.

Di sisi lain kedua orangtuanya hanya mampu memandang iba, mereka tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah putri mereka, tidakpula untuk menenangkan. Yang mereka lakukan hanya berdiri menatapnya dan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan olehnya.

"Ji-won, kem-bali-kan, kem-bali--Se-hun, Se-hun-ku--" Sooji meracau dengan suara putus-putus yang terdengar sungguh menyiksa, beberapa orang yang mendengar racauannyapun turut merasa sedih dan prihatin terhadapnya.

Jiwon menggelengkan kepala, airmatanya tidak berhenti. Ia juga sedih kehilangan satu-satunya pria yang menjadi temannya sejak kecil, ia juga menginginkan pria itu kembali, tapi tidak ada yang bisa mengubah takdir.

Sampai ketika liang lahat itu tertutup sempurna, jeritan Sooji semakin mengencang. Tubuh Jiwon ikut merosot bersama Sooji di atas tanah, tangan wanita itu menjangkau ke arah gundukan tanah basah yang telah menempatkan Sehun di dalam peristirahatan terakhirnya.

"Se-hun, jang--an per-gi...jang...an."

48 jam yang lalu.

Jiwon berlari semampunya dari halaman depan, menggedor-gedor pintu dengan kecemasan tingkat tinggi namun, tak ada yang menyambutnya. Kengerian langsung melanda saat menit ke lima ia belum juga mendapatkan respon. Tangannya masih terus menggedor dengan berteriak memanggil siapapun yang ada dalam rumah itu, tapi hasilnya tetap sama.

Ia menarik nafas putus-putus mencoba untuk menarik pintu tersebut dan betapa hatinya lega saat daun pintu tertarik keluar. Dengan cepat ia melesat masuk, memeriksa seluruh ruangan dan tidak menemukan siapapun. Jantungnya semakin berpacu ketika ia melangkah ke arah kamar, di depan kamar ia berhenti. Tubuhnya bergetar tak mampu membayangkan apa yang menantinya di dalam, tapi sekarang sudah tidak ada waktu lagi untuk merasa takut. Ia harus masuk dan memastikan bahwa Sehun baik-baik saja.

Dua jam yang lalu setelah Myungsoo menelponnya dan mengatakan bahwa Sooji hampir saja dicelakai oleh Sehun, ia sudah tau bahwa ada yang tidak beres. Sehun tidak pernah setidak stabil saat ini, pria itu pasti sangat terguncang akan keputusan Sooji atas hubungan mereka dan ia tidak berani menebak apa yang sanggup dilakulan Sehun setelah mencoba untuk mencelakai Sooji.

Jiwon yakin jika Sehun tidak akan berhenti di sini, pria itu terlalu berprinsip dan terlalu tidak stabil. Jika bukan mencelakai oranglain, ia pasti akan mencelakai dirinya sendiri.

Dan semua ketakutan itu terjawab ketika Jiwon mendorong pintu kamar hingga terbuka, matanya membeliak kaget dengan tubuh bergetar hebat saat melihat tubuh Sehun tergeletak di lantai samping ranjang. Ia menguatkan diri untuk melangkah dan tiba-tiba jeritannya terdengar saat melihat busa keluar dari bibir pria itu.

"Sehun! Tidak, tidak! Jangan seperti ini." Jiwon menangis histeris, mendekati tubuh itu dan mengangkat kepala Sehun untuk ia peluk, "tidak Sehun, kumohon sadarlah. Bangunlah bodoh! Kenapa kau seperti ini!"

Et Dilectio #1 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang