Di deskripsi cerita ini ada tagline yg blg 'this story contains mature contents', nah aku cuma mau ingatkan aja mature contents itu gk melulu soal sex ya. Bisa jadi percakapan, tindakan, atau perbuatan yang tidak diperuntukkan bagi anak-anak.
Dan hampir disemua cerita yg kubuat ada tagline seperti itu tapi bukan berarti isinya bakal banyak adegan begitunya. Jadi jgn berharap lebih 😊
Enjoy 🙆🙆🙆
.
.
.Four Months Ago at Vatikan, Italy.
Ia mengerang, meluruskan tubuhnya yang entah mengapa terasa begitu ngilu pagi ini. Matanya masih terpejam ketika merapatkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia merasa dingin, oh tentu--pagi hari diakhir bulan Desember adalah sesuatu yang mengerikan jika kau menghadapinya hanya dengan selembar selimut tipis.
Menggerakkan tubuhnya lagi untuk mencari posisi nyaman, namun tiba-tiba ia merasa lututnya menyentuh sesuatu. Benda asing yang terasa cukup hangat dan lembut, seperti kulit manusia namun--
Tunggu--
Dengan alis berkerut ia membuka mata dan langsung disuguhkan oleh kepala berambut hitam yang setengah tenggelam dibantal. Seketika matanya melebar, ia membekap mulutnya sendiri untuk tidak menjerit saat mengintip ke balik selimut.
Ia telanjang bersama seorang pria. Di atas ranjang. Di pagi hari.
Good! How good!
Setelah melewati fase shock yang didapatkannya barusan, dengan gerakan pelan ia beranjak. Turun dari ranjang dengan keadaan tubuh yang benar-benar terekspos. Ia tidak ingin mengambil resiko dengan menggunakan selimut yang mereka bagi bersama untuk menutupi tubuhnya sehingga pria itu terbangun.
Ia berjinjit melangkah tertatih menuju kamar mandi, mengumpul pakaiannya yang berserakan diatas lantai kamar itu. Ia hanya menggeleng tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya semalam.
Setelah membersihkan badan, ia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian yang sama seperti semalam. Menatap nanar ranjang yang terlihat berantakan itu dengan pria yang masih terlelap diatasnya.
Matanya menangkap bercak darah mengering diantara kaki pria itu lalu ia meringis.
She's a virgin. Setidaknya sampai semalam, sebelum ia secara sukarela memberikan keperawanannya pada pria yang sama sekali tidak ia kenali.
Namun anehnya apa yang dirasakannya saat ini tidak seperti yang ia bayangkan. Sama sekali tidak ada penyesalan dalam dirinya, yang ada hanyalah rasa puas seolah-olah ia telah mendapatkan apa yang selama ini diinginkannya.
"Astaga--" ia bergumam menyadarkan dirinya sendiri sebelum beranjak keluar dari kamar hotel yang semalam ia tempati.
*
Sooji berusaha untuk berjalan dengan cepat, namun tidak bisa melakukannya karena pangkal pahanya terasa begitu perih.
Berapa kali mereka melakukannya semalam?
Ia menggeleng, mereka dalam keadaan sadar tapi tidak mampu menghitung berapa kali pria itu memasukinya. Oh tuhan, bahkan tubuhnya masih bisa merasakan bagaimana ia merasa begitu penuh ketika pria itu menghujamnya. Ia masih mengingat semua sentuhan pria itu ditubuhnya, ciuman liarnya, gerakan konstan yang dibuatnya untuk memberinya kenikmatan, ia mengingatnya, mengingat dengan sangat jelas.
Tiba-tiba saja ia menggeleng keras. Kenapa harus mengingat kejadian itu?
"Oh, Bae Sooji. Kau benar-benar sudah tidak waras." Rutuknya, ia terus menyusuri jalanan yang hampir tertutupi oleh salju--sepertinya semalam terjadi badai salju--ia merapatkan mantel dan topi hangat yang menutupi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Et Dilectio #1 [COMPLETED]
Fanfiction[COMPLETED] Pt. 1 - 7 : PUBLIC Pt. 8 - END : PRIVATE =========================================== ET DILECTIO [Bittersweet Stories #1] °SaveCEO Award 2017 Winner [Category : Fanfiction]° Bae Sooji memiliki seorang tunangan y...