Victim

101 18 3
                                    

"Sebaiknya kita mendekati Alera langsung." Usul gadis berambut hitam legam yang tak lain adalah Hye Sin pada kakaknya, selebriti yang membentak Alera dengan kasar beberapa minggu yang lalu. Kim Joon Myung.
"Aku pernah membentaknya, aku tak yakin aku bisa mudah mendekatinya."
"Ah,, Oppa, kau selalu membuat masalah." (Kakak laki-laki) Umpat Hye Sin pada Joon Myung.
"Baiklah, aku akan mencoba meminta maaf dan kau yang jadi perantara, arasseo?" (Mengerti?)

______________________________________
-----------------------------------------------------------

Setelah hari yang panjang ia habiskan kemarin, ia kembali ke kelasnya bersama Joan yang berjalan pelan menuju tempat duduknya yang berada di samping Alera saat pelajaran pertama di mulai hingga pelajaran terakhir berakhir. Ia berlari kecil menuju mejanya yang berada di pojok kiri paling belakang.
"Surat?" Ia mengernyitkan dahinya, menaik turunkan alis nya karena penasaran dengan surat kecil berwarna hijau itu.
"Dari siapa?" Joan mengagetkan Alera yang penasaran.
Alera hanya menangkat bahunya pertanda tidak tahu, ia membuka surat itu perlahan,
"Tolong datanglah." Isi kertas pertama yang ia buka,
"Aneh." Baru saja ia ingin menutupnya, kertas yang lain jatuh membuatnya semakin penasaran.

"Annyeong, Kim Hye Sin imnida, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu Alera, ia bilang bahwa ia menyesal telah berlaku kasar padamu. Kau tahu siapa itu? Kurasa kau tahu, atau mungkin tidak. Jadi datanglah, datanglah ke atap gedung B setalah pelajaran terkahir. Aku menunggumu."

Akhirnya, Alera menyanggupi permintaan Hye Sin, ia tak pergi dengan Joan karena rumah mereka tak lagi sama. Ia sendiri, ya sendirian.

Setelah lelah beradu dengan puluhan anak tangga, ia melihat perempuan yang lebih pendek darinya, berambut hitam ikal yang masih memunggunginya. Dan seorang laki-laki yang tidak asing lagi, Joon Myung.
"Alera?" Hye Sin melambaikan tangan menyambut Alera.
"Kim Hye Sin?" Tanya Alera.
Perempuan itu mengangguk cepat, dan memperkenalkan Joon Myung.
"Alera?" Ucap Joon Myung mendahului.
"Ne?" (Iya?)
"Kau masih mengenalku kan?"
"Eoh." Jawab Alera cuek mengingat perlakuan kasar Joon Myung
"Maafkan aku, aku benar-benar letih saat itu, aku memberikanmu kesempatan istimewa tapi kau tidak mengenalku, aku benar-benar syok saat itu."

Alera diam, tak tahu harus menjawab apa. Bimbang antara memaafkan atau tidak, tapi ia juga merasa bersalah, kebaikan hatinya mendorongnya untuk memaafkan iblis itu
"Aku memaafkanmu, tapi janji jangan melakukan kekerasan lagi pada semua perempuan meskipun kau sangat letih atau banyak beban sekalipun."
"Ne, yaksok." (Iya, Janji) Joon Myung menyeringai puas, bangga akan keberhasilannya.
"Kalau begitu, kita bisa jadi teman baik sekarang." Ucap Hye Sin tiba-tiba.

Entahlah, Alera tak pernah berteman dengan orang lain sebelumnya, perasaannya mengatakan bahwa ia tak akan nyaman, tapi otaknya memaksanya memiliki teman.
"Alera-ah?" panggil Hye Sin yang melihat Alera melamun.
"Ah, baiklah, ide yang bagus. Kita bisa pergi ke kantin dan bermain bersama sekarang." Ucapnya memaksakan senyum.

______________________________________
-----------------------------------------------------------

"Sial, ini gara-gara mereka aku pulang terlambat." Alera mendengus kesal, sudah tak ada bis lagi yang menuju Gangdong-gu, yang ada hanya mengarah ke rumahnya dulu.
Ia berjalan sendiri menyusuri trotoar sore itu, berniat untuk berjalan kaki hingga sampai di rumah. Tiba-tiba sebuah mobil sport yang familiar berhenti tepat di sampingnya, kaca mobil itu terbuka pelan menampilkan sosok yang sangat ia cintai.
"Joan?" Ucapnya terkejut senang
"Naiklah!"
"Tapi kau mau kemana?"
"Aku memang mau ke rumahmu, cepat naiklah."
Alera membuka pintu mobil dengan bahagia, duduk besebelahan dengan kursi pengemudi yang di duduki oleh Joan
"Aku datang disaat yang tepat, kan?" Joan menggoda Alera sedikit
"Eoh, tapi aku tak yakin bibi akan menerimamu dengan baik saat ini."
"Aku akan mencobanya dulu dan membicarakan masalah ini dengan baik." Joan menginjak gas mobilnya sedang menuju ke rumah Alera di Gangdong-gu.

______________________________________
-----------------------------------------------------------

Suara cumbuan jari-jari lentik Alera beradu dengan sensitifnya layar sandi yang tergantung di pintu rumah itu,
"Klik..klik.." dan terbukalah pintu rumah yang menampilkan sosok Alera dan Joan yang berdampingan. Bibi terkejut,
"Pangeran?" bibi tersenyum, lalu dengan cepat senyum bibi pudar menyisakan wajah datar yang dingin.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya bibi dingin
"Apalagi Bi? Ya berkunjung."
"Sebaiknya Pangeran pulang saja."
"Setidaknya biarkan aku duduk dan menyesap teh hangat." Ucap Joan mendekati bibi pelan, mendudukan bibi dengan sopan di sofa hitam itu.
"Tolong katakan bi, apa salahku dan Alera?" Joan tampak serius menggenggam tangan bibi dengan tatapan meminta penjelasan.
Bibi hanya diam, menarik napas sedalam-dalamnya, masih bungkam, pikirannya berkecamuk, bingung antara harus membicarakan ini atau tidak. Bibi mencoba mengontrol emosinya, memantapkan hati untuk membicarakan masalah ini, mungkin inilah cara terbaik menyelesaikan masalah ini, dengan membicarakannya.
"Tolong jawab pertanyaanku dengan jujur, Joan, dan kau Alera."
"Ne." (Iya) Sahut mereka kompak.
"Aku memang berniat menikahkan kalian saat mengajak kalian bekerja, tapi sekarang kalian bersekolah, itu sebabnya aku tidak menikahkan kalian."
"Lalu?" Tanya Joan penasaran
"Kalian melakukan apapun jika sudah menikah itu tidak akan ada masalah, tapi jika kalian belum menikah, itu akan jadi masalah besar. Memang itu hal yang biasa disini, tapi bagi Pangeran, ini akan merusak citra kerajaan di Lukover, jika ada yang mendengarnya, tamatlah semua, juga Raja Artigo." Jelas bibi panjang.
"Langsung saja bi." Joan sedikit menuntut.
Bibi menghela napas, "Kalian telah berhubungan badan di sekolah, kan?"
"Mwo!!" (Apa??!!) Joan dan Alera tampak kaget.
"Aku mendengarnya sendiri dari kepala sekolah, seandainya dia tidak tahu bahwa kalian keponakanku, ia akan mengeluarkan kalian saat itu juga."
"Wait, what? Bibi ini tidak mungkin terjadi, dan kita tidak pernah melakukannya." (Tunggu, apa?) Jelas Joan
"Pasti kita di jebak." Alera menyuarakan kata hatinya.
"Jangan bohong! Ada buktinya." Suara bibi terdengar gemetar.
Bibi ingin percaya, tapi ia menggeleng. Ia menghubungi kepala sekolah untuk meminta bukti yang digunakan seorang murid melaporkan mereka.

Setelah beberapa saat menunggu, kepala sekolah mengirimkan bukti itu kepada bibi. Dengan tangan gemetar, bibi membuka file tersebut. Bibi sedikit tersentak mendengarnya, emosi nya memuncak, tapi ditahannya ketika mendapati Joan dan Alera terkekeh geli.
"Kalian bangga melakukannya?" Tanya Bibi
"Anyeo!!" (Tidak!!) Jawab Joan dan Alera kompak.
"Sudah jelas, kan? Kalian bersalah. Aku harus memisahkan kalian."
"Bibi, biarkan aku menjelaskan." Joan menggenggam tangan bibi lembut
"Saat itu, aku terluka karena tersandung." Alera mengawali
"Dan lihat itu Bi, siku dan lututnya saat ini terluka, kan?" Tanya Joannes sambil melirik siku dan lutut Alera yang tertutup plester luka.
Bibi mengangguk pelan.
"Aku mengobatinya dengan obat yang biasanya bibi gunakan, bibi tahu sendiri obat itu akan terasa perih saat terkena luka, itu sebabnya Alera merintih kesakitan." Jelas Joan sambil sedikit tertawa
"Jadi, kalian tidak salah?" Tanya bibi memastikan
"Tentu saja!"
"Geunde, nugu?" (Tapi, siapa?) Alera bergumam pelan
"Nugu, mwo?" (Siapa? Apa?) Bibi bertanya penasaran
"Yang merekam itu, dia pasti dendam dengan kita."
"Sepertinya aku tahu." Jawab Joan enteng
"Nugu?" Tanya bibi dan Alera kompak.
"Han Yoo Na."
"Mwo, ottokhae? Dia gadis yang baik." (Apa? Bagaimana?) Alera mengelak tak percaya
"Aigoo, kau terlalu berpikiran baik pada semua orang, dia kan fans beratku. Dia tidak akan suka aku bersamamu." Kata Joannes menyombongkan diri.

To be continued...

Aku mau ucapin makasih yang teramat banyak buat @hima_kim yang jadi reader pertama dan selalu setia voment. Dan untuk @linanadhifa yang juga selalu support dan kasih saran yang sangat berguna banget.. intinya terima kasih.

Loves,
Iza

From Lukover to SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang