Tolong...

114 22 2
                                        

“Tak kan kubiarkan kau menyentuh tuan-tuan ku.” Ujar mahluk raksasa itu berjalan mendekati raja iblis itu dengan angkuh,
“Bu-bukankah kau sudah mati?” Tanya Raja Terebo dan berjalan mundur karena ketakutan.
“Buktinya aku hidup, lepaskan tuanku!” Suara Kirin itu terdengar menggelegar membuat seisi ruangan tersebut bergetar.

Tiba-tiba dua iblis raksasa muncul di hadapan Kirin itu dan bersiap menyerang dengan berbekal senjata mengerikan. Dengan tenang, Kirin itu menghempaskan mereka, tapi, di sisi lain Alera menghilang.
“Aleraaaa!!!” Teriak Joannes membuat Kirin itu mengalihkan pandangannya dari kedua iblis mengerikan itu, mengambil kesempatan dalam kelengahan makhluk besar itu, kedua iblis itu menghantam kirin dengan senjata yang lebih mirip bola bowling tetapi berduri, membuat kirin itu melenguh kesakitan, darah pekat megalir deras dari belakang lehernya. Ia menatap tajam seluruh iblis yang ada di sana, dan membunuh mereka sekali hempasan dengan tatapan kejamnya. Hanya saja, ia biarkan satu orang masih tetap hidup. Raja Terebo.
“Sekarang, katakan dimana keponakanku, atau aku akan memecatmu!” Perintah bibi dan berjalan perlahan mendekati raja iblis yang bernyali kacang polong. “Hahaha, kau pikir jabatan di dunia manusia itu penting? Aku hanya menyamar!!” Tertawanya terdengar renyah sekali, hingga tawanya terhenti ketika mendapati seekor makhluk raksasa menatap tajam ke iris merah gelapnya.
“Katakan! Dimana keponakanku?” Suara bibi bergema menatap tajam raja iblis itu,
“Brengsek!” Umpat Joannes berlari mendekati raja iblis itu berusaha melayangkan tinju, tapi raja iblis itu dengan mudahnya menghilang dari hadapan Joan dan sekarang telah berada di belakang Joannes. Amarahnya tersulut, mata hazelnya menatap tajam iris merah gelap itu, seakan matanya berbicara
“Akan kubunuh kau!” Tapi nyatanya ia hanya bisa menahan emosinya karena menghadapi iblis licik bernyali polong. Kirin milik Joannes mencoba bangkit dengan darah yang masih bercucuran di tengkuknya. Berjalan pelan mendekati raja iblis, yang membuat raja iblis itu mundur ketakutan,
“Dimana mate tuanku??!” Tanyanya meninggikan suara. Mendengar itu, Joannes terbelalak kaget
Mate? Alera? Dia?” batinnya bingung.
“Te-te-tenanglah aku akan memberitahumu.” Suara raja iblis itu bergetar menahan ketakutan mahluk raksasa itu.
“Aku akan menunjukan tempatnya, ikutilah aku.” Kata raja iblis sambil berjalan menyusuri lorong gelap dengan diikuti bibi, Joannes dan seekor makhluk raksasa.
#pyek
Suara genangan air yang diterobos oleh ke-4 makhluk itu memecah suasana hening. Gelap, basah, becek, bau. Begitulah kesan yang dirasakan Joannes.
“Apa kau mencoba menipu kami?” Tanya Joannes marah menatap tajam ke arah raja polong itu.
“Tidak mungkin aku menipumu ketika nyawaku sudah berada di ujung.” Jawab raja iblis itu santai.

#Sring
Suara tarikan pedang dari induknya menggema di tengah terowongan gelap dan becek itu, Joannes dan bibi segera memasang kuda-kuda tanda siaga. Berbeda dengan makhluk raksasa itu yang tetap tak melepas cengkraman nya pada raja iblis itu. Mendengar itu, Raja Terebo menyeringai penuh kemenangan karena berpikir pasukan iblisnya menyelamatkannya.

Suara langkah kaki terdengar mendekat kearah Joan dan membisikkan suatu hal
“Banyak iblis yang menghadang di depan sana, jangan percaya dengan raja iblis itu.” Joan sangat ingin melihat siapa yang tengah berbicara di hadapannya itu, tapi karena terowongan yang amat sangat gelap, ia tak bisa melihat apapun. Terdengar suara langkah kakinya yang menjauh dari Joannes dan mendekati raja iblis itu dan dengan hanya dengan satu kali ayunan, ia berhasil menyabet leher raja iblis itu sehingga suara tetesan darah pun bersenandung dengan air yang menggenang di lorong itu. Tak selang berapa lama, iblis itu menghilang menyisakan buih-buih gelembung berwarna merah pekat bagai putri duyung dan telah lenyap saat itu juga.
“Kita lanjutkan saja, dan ikuti aku.” Ajak orang misterius tersebut, entah kenapa meskipun tak tahu siapa yang berbicara dengan mereka, Joan, bibi, dan kirin itu menuruti ajakan orang misterius tersebut.
Mereka berjalan menuju tempat yang sedikit terang hingga mendapati puluhan iblis berjejer rapi yang siap membunuh mereka, karena keadaan sedikit bercahaya, Joan menatap ke arah orang misterius tadi,
“Ayahh???” Tanyanya terkejut.
“Ayah masih hidup?” Lanjut Joannes dengan genangan air di pelupuk matanya, “Akan kuceritakan nanti setelah kita melawan iblis-iblis jelek itu.” Jawab Raja Artigo sambil melirik ke depan. Kirin itu maju mendahului raja dan pangeran itu dan bertempur dengan 5 iblis sekaligus yang bentuknya jauh lebih kecil daripada tubuh raksasanya, begitu pula dengan bibi yang juga bertarung, Joannes, juga Raja Artigo, mereka bertarung dengan satu tujuan “Menyelamatkan Alera.”
.
.
.
.
.
Alera mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha menghilangkan kabut putih yang menari-nari di dalam matanya, ia mendudukkan dirinya yang semula berbaring tak beraturan pada tembok legam yang dingin itu, sayup-sayup ia mendengar suara-suara berat dari luar ruangan ini, ia tak tahu persis siapa mereka, tapi ia tahu hidupnya sedang dalam bahaya. Ya, disinilah Alera, di sebuah ruangan yang bernuansa kuno dan gelap ini, Alera merasakan kehadiran Joannes di dekatnya. Entah karena apa ia bisa merasakan kehadiran Joan, mungkin karena pikiran keduanya telah terhubung dengan telepati itu.
“Joannes, Bibi... Tolong selamatkan aku.” Lirih Alera dalam hati.

Tak berselang lama, suara derap langkah mendekati Alera dengan perlahan, Alera menyembunyikan wajahnya di balik lutut dan menggeser duduknya ke belakang karena takut. Tapi bukan kaki menyeramkan yang ia lihat melainkan sepatu timberland yang familiar.
“Joanneessss!!!” Teriak Alera dan berlari kencang memeluk tubuh atletis itu.
“Kau baik-baik saja mate ku?” Tanya Joannes khawatir.
“Aku sangat senang kau datang, aku kira aku akan mati karena iblis di luar sana selalu membicarakan aku yang akan jadi makanan mereka.” Kata Alera meluapkan emosinya.
“Tunggu, apa kau bilang? Mate?” Tanya Alera yang hanya ditanggapi dengan sunggingan kecil di ujung bibir manis Joannes.
Alera melepaskan pelukannya,
"Hahah, Joan.. sejak kapan bahasa Inggris mu sangat baik seperti ini, padahal baru satu hari kita bersekolah." Alera menutup mulutnya, berusaha meredam tawa renyah yang keluar dari bibir mungilnya. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar lagi mendekati mereka berdua.
“Joannes, sepertinya ada yang datang. Aku takut.” Kata Alera bersembunyi di balik punggung kekar lelaki yang dicintainya itu.
“Tenanglah.” Kata Joannes santai. Langkah kaki itu berhenti persis di depan mereka,
“Alera?" Suara berat laki-laki dewasa memanggilnya. Dengan sedikit takut, Alera melepaskan cengkraman kuatnya di balik punggung Joannes dan melirik ke arah suara yang memanggilnya tadi. Betapa terkejutnya ia saat mengetahui siapa orang itu.
“Raja?” Mata Alera terbelalak dan langsung memberi hormat.
“Berdirilah!"
“Bagaimana anda bisa ada di masa depan?” Tanya Alera sopan,
“Nanti saja kau tahu, sekarang ajak aku ke kediaman kalian.” Pinta Raja Artigo melirik ke arah bibi.

TBC...

Sebenernya waktu baca sendiri kurang dapat feel-nya pas bagian fantasy2nya, niatnya sih mau banyakin romance yang Sweet sweet aja. Tapi berhubung di sini masih sepi hiks.....Jadi aku buat kesimpulan sendiri kalo romance nya lebih seru. Huaaa... *Nangis.. (sabar ya Za)

Love,
Iza

From Lukover to SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang