Regret

83 15 2
                                    

Jangan mudah terjatuh ketika kau melihat cerminan dirimu dalam orang lain

∆∆∆

"Dimana Alera?" Tanya Bibi pada Joan
"Molla." (I don't know) jawab Joan tak peduli dan segera meneguk air dengan rakus
"Kau tidak khawatir? Ini sudah jam 10."
"Dia kan pernah pulang jam 11 malam karena tidak dapat bus." Jawab Joan sesantai mungkin
"Ada apa dengan kalian sih?" Bibi mengacak rambutnya kesal,
Joan meninggalkan bibi dan merebahkan dirinya di ranjang. Mengambil ponsel dan mengetikkan suatu pesan untuk Alera

Kau dimana? Sudah jam 10, kenapa tidak segera pulang?

"Ah, ini terlalu perhatian." (*deleted..)

*deleted

Kau dimana? Sudah jam 10,

"Ini terlalu basa-basi." (*deleted..)

Kau dimana?

"Nah, begini saja."

Send....

Joan pun menekan send, ia tak mengharap akan ada balasan dari Alera karena Alera sedang marah, ia hanya berharap Alera segera membacanya dan pulang.

Ia menggulingkan dirinya ke kanan dan ke kiri, menunggu suara pintu terbuka

1 menit...
5 menit...
15 menit...
30 menit..

"Sudah jam 11." Ia tak kunjung mendengar pintu yang terbuka.
Ia mengambil ponselnya lagi dan menekan tombol call.
Tut...tut...tut
"Tidak aktif? Ayolah angkat, jangan buat aku khawatir." Joan menghubungi Alera sekali lagi tapi seperti sebelumnya, ponsel Alera tidak aktif.
"Mungkin batrainya habis." Ia berusaha untuk tidak khawatir dan bersiap untuk memejamkan matanya.
"Ah... aku bisa gila." Joan beranjak dari ranjangnya lalu mengambil jacket tebal dan sepatu timberland nya
"Aish.. Jinja, dimana Alera?" (Benar-benar) ia menggosok-gosokkan telapak tangannya karena dingin.

Joan berjalan mengitari kompleks selama beberapa menit. Sesekali ia mencoba menghubungi Alera meskipun ia tahu itu tidak akan berhasil, ia menuju halte terdekat untuk memastikan apakah Alera sudah di sana. Karena letih, ia menuju toko untuk membeli soda yang dapat sedikit meringankan rasa dinginnya.

Joannes Pov

"Lihat dia, ada apa dengannya? apa dia habis di culik ya?"
"Chogie agassi, dimana rumahmu? Aku akan mengantarkanmu pulang?" (Permisi nona)
Aku mendengar kerumunan orang-orang yang berbicara dengan suara kumbangnya, aku berlari mendekati mereka dan kulihat sepasang mata menatapku dengan air mata yang berlinang di balik kerumunan manusia-manusia ini. Aku menggeser tubuh orang-orang yang menghalangi jalanku
"Alera?" Pekikku seakan tak percaya dengan apa yang kulihat, dia masih menggunakan seragam sekolahnya yang sobek di lengan bagian atasnya dan terlihat sangat berantakan, rambutnya tak lagi rapi, ada luka yang masih basah di ujung pipinya. Aku berlari dan merengkuhnya dalam pelukanku, dia terisak hebat, aku hanya bisa memeluknya lebih erat dan menepuk bahunya dengan lembut diiringi kata yang tak habis kuucapkan
"Gwenchana."(Semua akan baik-baik saja)

______________________________________-----------------------------------------------------------

"Joan, terima kasih tapi bisakah kau meninggalkanku sendirian?"
Joan menyanggupi permintaan gadisnya itu dan beranjak pergi dari kamar Alera.
Ia membalikkan badannya sebelum menutup pintu
"Tidur yang nyenyak, ok? Aku akan datang jika kau menepuk bantal tiga kali dan meneriakkan namaku." Ucap Joan dengan menunjukkan puppy facenya.
"Arasseo. Jalja." Alera tersenyum tipis (Baiklah, selamat tidur)

Ia berdiri dari ranjangnya, melihat pantulan dirinya dari cermin. Ia terisak
"Hye Sin-ah, Joon Myung-ah kenapa kalian tega melakukan ini padaku?"

FLASHBACK

"Alera, maukah kau datang ke rumahku?" Tanya Hye Sin
"Ada apa?"
"Joon Myung bilang bahwa dia mengundang teman-teman untuk merayakan kemenangan pertamanya."
"Tapi aku pasti tidak di izinkan untuk pergi." Alera menatap Hye Sin dengan perasaan bersalah.
"Jebal, kau bisa pergi sekarang dan menelpon bibimu bahwa ada urusan mendadak." (Kumohon)
"Arasseo, aku akan pergi denganmu." (Baiklah) Ucapnya sambil mengelus puncak kepala Hye Sin yang lebih muda darinya.

Mereka pergi dengan supir Hye Sin dan Joon Myung, setibanya di sana, Alera di sambut hangat oleh kepala sekolah juga ibu dari Hye Sin Dan Joon Myung.
"Selamat datang, Alera." Ucap hangat dari bapak kepala sekolah yang tak lain merupakan ayah dari kedua sahabatnya itu.
"Ne, gamsahabnida"(Iya, terima kasih) Alera tersenyum kikuk lalu berjalan memasuki rumah megah itu di belakang Hye Sin.
"Acaranya di mulai jam 7, sekarang sudah jam 6. Mandilah dan ganti seragammu dengan gaunku." Ucap Hye Sin
"Arasseo."(Ok)

______________________________________
-----------------------------------------------------------

"Silahkan menimati hidangannya." Ucap koki keluarga Kim itu
Dengan sedikit canggung, Alera melahap semua makannanya hingga terasa perutnya begitu panas dan sakit bukan main.
"Alera, ada apa?" Tanya Hye Sin berpura-pura
"Ani, gwenchanna." (Tidak, aku baik-baik saja) Ucap Alera sambil menenggelamkan wajahnya di balik meja makan. Ia tak tahan menahan sakitnya lalu terjatuh pingsan.

______________________________________
-----------------------------------------------------------

Keluarga Kim membawanya ke sebuah ruangan gelap dengan wadah besar berisi air yang di panaskan, kurang lebih berukuran seperti bath-up. Ya mereka memang akan mendidihkan tubuh Alera lalu mengambil jantung kecil Elf itu. Tapi bukan segera mendidihkan tubuh Alera malam itu, mereka justru tertidur pulas hingga tak berselang lama Alera tersadar. Menyadari dirinya yang sedang di sekap dengan tali yang mengikat kedua tangannya, Alera berusaha untuk keluar dari ruangan itu. Usahanya tak sia-sia hingga ia bertemu dengan penjaga rumah itu,
"Mau kemana kau?"
"Saya mau pulang, Pak." Ucap Alera sedikit ketakutan
"Tidak boleh!" Penjaga itu membentak Alera
Alera berlari dengan sekuat tenaga menuju gerbang, tapi penjaga itu berhasil menarik tangan mungilnya. ia menggigit tangan penjaga itu hingga kontan melepaskan genggamannya dari tangan Alera, ia berlari menuju pagar yang otomatis terbuka. Tapi belum sepenuhnya tubuh Alera keluar, gerbang itu di tutup kembali oleh sang penjaga, besi yang tajam menggores pipi Alera dan berhasil merobekkan seragam sekolahnya. Entah mengapa seragam ini yang justru di kenakan, padahal ia merasa sudah menggantinya dengan gaun milik Hye Sin. Ia mendorong kuat gerbang besi itu hingga menyisakan sedikit ruang untuknya. Ia pun berlari sekuat tenaga dengan bayang-bayang pak penjaga yang akan mengejarnya, dan benar saja dugaannya, pak penjaga itu mengejarnya, bahkan kini ia tidak sendirian melainkan bersama Joon Myung dan Kepala Sekolah. Ia berlari hingga sampai di halte dekat rumahnya, ia tersandung, dengan tangis yang mengiringi kejatuhannya, ia tak peduli apa kata orang-orang yang melihatnya, yang penting ia sudah berhasil lari dari iblis-iblis itu.

Ia duduk memeluk kakinya di balik kerumunan orang-orang yang mengkhawatirkannya, hingga akhirnya Joan menemukannya dan membawanya pulang.

#Flashback off

Ia mengusap cermin yang memantulkan dirinya yang menyedihkan, mengusap nya dengan keras berharap kesedihannya akan hilang ketika ia menghapus bayangannya di cermin. Tapi tidak ada yang berubah, hatinya masih terasa amat sangat sakit karena sahabatnya itu, lebih tepatnya mantan sahabatnya,
"Seharusnya aku mendengarkan Joan." Ucapnya dengan isakan tangis yang tertahan. Mendengar suara Alera yang sesenggukan, Joan membuka paksa pintu kamar Alera, dengan sigap dia mendekat pada Alera dan hanya bisa memeluknya. Merasakan kehangatan Joan membuat air mata gadis cantik itu mengalir semakin deras,
"Lupakan kesedihannya, ambil pelajarannya dan jangan pernah menunjukkan air matamu di depanku." Ucap Joan dengan lirih sambil menepuk punggung Alera yang bergetar.

To be continued...

Tolong kritik dan sarannya ya...

Loves,
Iza

From Lukover to SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang