“Gawat, Alera. Ini sudah lebih dari 1 jam.” Bibi berteriak panik pada Alera,
Alera pun membopong tubuh Joan dengan tubuh lemahnya menuju gerbang pembatas.
"Semoga semua akan baik-baik saja."
.
.
.
._____________________________________
4 bulan kemudian....
Alera membuka matanya pelan, mengerjapkannya beberapa kali berusaha menghilangkan kabut putih yang masih bermain-main di dalam matanya. Putih, ya, langit-langit ruangan ini berwarna putih dengan satu lampu yang bertengger meneranginya. Ia berusaha mengusap matanya tapi seperti ada yang menarik tangannya
“Selang infus?” Pikirnya.
“Aku di rumah sakit? Tapi, kenapa?” ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, hingga ia melihat korden berwarna abu-abu muda dan berusaha untuk meraihnya.
“Joan?” Alera melihat Joan yang masih terlelap dengan selang oksigen yang bertengger di atas kedua lubang hidungnya.#Ceklek
Pintu ruangan terbuka, menampikan sosok yang sangat di kenal Alera
“Alera, kau sadar.” Ekspressi bibi tampak sangat bahagia
“Tunggu di sini, aku akan memanggil dokter.”_____________________________________
“Keadaannya sudah sangat baik. Ia bisa di bawa pulang sekarang juga.” Dokter itu tersenyum lalu berjalan pergi meninggalkan Alera dan Bibi di ruangan itu.
Suasanya hening, tak ada yang mengawali pembicaraan. Tampaknya, baik bibi maupun Alera tengah sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing. Tapi Alera tak tahan lagi, ia sangat ingin tahu kenapa ia bisa ada di sini.
“Bibi, sebenarnya ada apa?” Alera mengawali tanpa basa-basi
“Kau ingat....4 bulan yang lalu..” bibi menggantungkan kalimatnya, ia tampak menghela napas panjang.
“Saat kembali dari Lukover, tiba-tiba kau pingsan dan inilah pertama kalinya kau bangun. Sudah 4 bulan berlalu, aku sangat kesepian tanpa kalian."
Alera tampak terkejut, "Ottokkhae? Ujian kelulusanku?" (Bagaimana?) "Aku mengirim pengganti untuk menggantikan kau dan Joan ikut ujian. Jangan khawatirkan itu."
"4 bulan berlalu, dan aku baru sadar? Sedangkan Joan belum sadar?” Alera tampak bimbang dan tanpa sadar meninggikan suaranya.
Bibi hanya menggeleng pasrah sebagai jawaban, ia hanya bisa berdo'a apapun yang terbaik untuk Joan._____________________________________
Alera menatap seisi ruangan nanar. Udara terasa sangat pengap dan sesak. Butiran-butiran bening itu kembali menghiasi pipi putihnya untuk yang ke-sekian kalinya. Sungguh sakit ia melihat laki-laki yang ia cintai harus terbaring lemah dengan selang-selang yang menghiasi tubuhnya. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan wajahnya sangat pucat, bibirnya tak lagi merekah dan sorot tajam matanya tak terlihat lagi.
“Joan, irona.” Terdengar suaranya bergetar (Bangun)
“Maafkan aku.” Suaranya terdengar parau menahan air mata
“Maaf karena terlambat menyelamatkanmu.” Alera terisak dalam. Sungguh hatinya sakit melihat keadaan Joan. Bagaimana jika ia tak bangun lagi, bagaimana jika ia meninggalkan Alera, itulah yang selalu di pikirkan Alera setiap saat. Apakah Tuhan tega mengambil nyawa orang-orang yang berharga untuknya? Ia benci keadaan ini, ia merasa Tuhan mempermainkan hidupnya (lagi). Hidupnya penuh ujian, ia semakin merasa bahwa ia hanyalah bahan percobaan yang bisa dibuang kapan saja jika tak berfungsi dengan baik. Bayangkan saja, sudah 4 bulan lamanya Joan berbaring seperti ini, sedangkan dirinya kini sudah sangat sehat. Ia amat sangat takut kehilangan lelakinya (lagi).
"Kenapa Tuhan suka sekali mengulang peristiwa menyedihkan ini?" Alera mengusap air matanya dengan kasar, ia kembali menatap Joan dan menggenggam tangannya dengan erat.
“Ayo bangun, kau bahkan tidak makan, tidak minum dan tidak mandi selama 4 bulan. Lihatlah, sekarang aku sudah bangun dan sudah mandi. Tidak seperti kau yang masih bau.” Alera menangis sambil tertawa miris, ya, miris tentunya. Sesekali ia mengelus tangan Joan dengan lembut, memandanginya dengan tatapan bersalah yang besar
“Maafkan aku, sungguh.” Ia beranjak dari duduknya dan mengecup kening Joan lama sekali. Membiarkan bibirnya merasakan dahi Joan yang dingin dan tak sadarkan diri itu.To be continued..
Sangat pendek, sangat sangat sangat pendek......
Maafkan aku untuk adegan di akhir. Ini bulan puasa lagi, huhuh.. Tapi aku yakin ini gak mempengatuhi perasaan kalian sama sekali. Jadi aman Hahaha..4 Juni 2017
Loves,
Iza
KAMU SEDANG MEMBACA
From Lukover to Seoul
Fanfic[Romance-fantasy] (PROSES EDIT) Kau tahu apa yang lebih menyakitkan dari tusukan pedang di dadamu? Ketika kau tak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan segela rasamu pada orang yang kau cintai. Hidup ini memang tak cukup lama untuk bis...