"Semuanya telah berakhir dan tak akan terulang. Dalam setiap langkah ku ucapkan kata itu bagaikan mantra sihir agar aku baik-baik saja" -Aline
***
"Ayo, mama mau cepat ke rumah sakit" ucap mama setelah turun dari Honda Jazz putih kesayangannya.
Aku hanya memberengut kesal, ini hari pertama aku menjadi murid baru tapi tidak ada senyuman indah diwajahku.
Bukan karena aku gugup menjadi murid baru, bukan karena itu. Aku bukan tipe orang yang mudah gugup atau panik hanya karena menjadi murid baru atau hal sepele lainnya."Mama lupa ya, aku perlu asupan energi buat jalan cepet" aku berhenti berjalan karena kesal saat melihat mama berjalan cepat didepanku. Aku kesiangan, tidak lebih tepatnya kami serumah kesiangan. Jadi tidak ada sarapan pagi , bahkan aku pun harus berdandan dimobil.
"Setelah ini kamu juga bakal makan, ayo buruan!" mama berhenti berjalan berbalik badan melihat kearahku, setelah itu mama berjalan lagi pandangan lurus kedepan namun tangan kirinya terus melambai kebelakang berpantonim agar aku cepat mengikutinya.
Aku berjalan sambil menghentakkan kaki, melihat sekeliling. Beberapa murid berjalan dikoridor melihatku dan ada juga yang mengabaikan.
Aku akan berubah menyebalkan ketika cacing-cacing didalam perutku demo semua, biasanya mama jadi ikutan kesal melihatku yang seperti singa kelaparan.
"Mama duluan aja ke kantor, nanti aku nyusul. Udah kebelet ini" aku berbelok kekanan dimana aku melihat ada kantin di ujung sana.
"Jangan lama!" Perintah mama.
"Ya ya bentar aja, udah sana! Shuh" aku mengibaskan tangan agar mama cepat pergi.
Sesampai ditempat tujuan aku mengambil roti dan satu kotak susu strawberry. Aku tidak memperdulikan murid-murid lain yang melihatku dengan tatapan bingung, aku sedang tidak memiliki mood sekarang.
"Hai cantik" ucap seseorang dari gerombolan lelaki yang berdiri tidak jauh dariku. Meski aku sedang tidak mood untuk meladeninya, tapi mataku adalah indra yang sangat peka. Gerombolan itu terdiri dari lima orang dan rata-rata tampan, sudah mirip boyband korea saja.
"Murid baru?" Sial. Aku tidak begitu memperhatikan wajah mereka dengan benar, ternyata salah satu mereka sudah pernah bertemu denganku ditempat yang tidak seharusnya anak seumuran kami berada disana.
Dia menatapku dari atas sampai bawah.Aku tidak menghiraukan mereka, setelah ibu-ibu yang sepertinya pemilik kantin memberikan uang kembalian. Aku berjalan meninggalkan mereka.
"Minggir!" Perintahku ketika lelaki yang sudah pernah kutemui sebelumnya menghalangi jalanku.
Dia mendekatkan wajahnya dengan wajahku "Kenapa lo sekolah disini?" Ucapnya dengan wajah kesal.
"Suka-suka gue dong, sekolah ini bukan punya lo juga kan?" Balasku sinis, enak saja dia memasang wajah kesal padaku. Dia pikir dia saja yang kesal setelah mengetahui aku akan satu sekolah dengannya, rasanya aku ingin memukul wajah songongnya itu. Ucapanku mendapatan sorakan dari teman-temannya yang berada dibelakangku.
Aku melewatinya begitu saja ketika dia terdiam mencerna perkataanku. Terserahlah apa yang akan dia lakukan padaku nanti jika aku sudah menjadi siswa disini, aku tidak takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Be Yours
Teen FictionGadis yang mencoba mencari cinta senjati bertemu dengan pria yang menunggu cinta sejati datang. Tanpa diatur semua berjalan seperti air yang mengalir mereka berdua bertemu dan terlibat dalam suatu hubungan yang tiada akhir.