Corak Jingga dan ciuman

28 4 0
                                    

"Kisah indah itu tidak dilakukan oleh satu orang, melainkan dua orang dengan perasaan yang sama. Atau bahkan lebih."
-Aline
.

“Lo ke apartemen gue naik apa?” tanya Allan sembari berjalan disampingku menelusuri tangga.

“Mobil.”

“Gak bareng gue aja?”

“Naik apa?”

“Motor gue lah.”

“Terus mobil gue?”

“Suruh siapa gitu yang bawa.”

“Kenapa gak lo aja yang bareng gue?”

“Gak bisa.”

“Apanya yang gak bisa?”

“Gak ada yang bawa, temen-temen gue udah pulang.”

“Sendiri-sendiri deh.”

“Tapi gue mau bareng lo.” Dia memasang tampang memelas, anak ini sudah gila ya.

“Yaudah, masukin motor lo kedalam mobil gue.” Ucapku polos.

“Lo kira motor gue, motor mainan apa?” Matanya melotot menatapku.

“Bacot! Sekarang lo maunya gimana, hah?” umpatku kesal, dia langsung tertawa keras. Sialan, aku baru sadar Allan sedang mengerjaiku dasar kurang ajar.

***

“Lo yakin ini apartemen lo?” tanyaku memastikan, dia mengangguk pelan tak yakin tak lama kemudian menepuk jidatnya pelan seperti menyadari sesuatu.

“Lo keluar bentar deh, 5 menit aja.” Dia mendorong badanku pelan, namun aku menolak. Aku langsung berjalan menuju sampah-sampah yang berserakan dimuka televisi, apartemen Allan benar-benar seperti kapal pecah sampah berserakan dimana-mana. Terakhir kali aku melihat apartemennya tidak seberantakan ini.

“Oke, apa maksudnya ini?” tanyaku minta penjelasan atas apa yang kulihat.

“Bibi sakit, satu minggu gak ada yang beresin.” Jelasnya

“Kan ada lo.”

“Kan gue sibuk.”

“Oh ya? Syuting film apa aja?” aku memunggut sampah yang berserakan diatas meja tamu.

“Jangan sentuh apa-apa, lo gak perlu melakukan itu.” Perintahnya, namun aku menuju dapur apartemennya mencari tempat sampah.

“Buruan beresin apartemen lo, mumpung gue lagi baik ini.” Aku menyerahkan bak sampah padanya dan aku mengambil sapu untuk menyapu apartemennya yang seperti kandang hewan.

“Serius deh, Lin. Gue bisa beresin ini nanti.”

“Kapan?” tanyaku. “Jangan banyak ngomong deh, pungutin aja itu sampah-sampah sementara gue nyapu ini.” Perintahku lagi.

“Tuan rumah, gue izin masuk kamar lo.” Ucapku ketika sampai didepan pintu kamarnya.

“Jangan!!!” dia berteriak namun sudah terlambat, aku sudah membuka pintu kamarnya dan melihat baju berserakan dimana-mana.

“Biar gue beresin.” Dia meletakan tempat sampah kemudian memunggut bajunya satu persatu dilantai dan memasukkan keranjang.

“Definisi kamar cowok banget ya.” Sindirku, kemudian membantunya mengambil baju yang berserakan. Dia hanya tertawa terpaksa.

“Salah banget gue ngajak lo ke apartemen hari ini.” Ucapnya.

“Kenapa? Malu ya?” tanyaku sambil tertawa pelan, dia tidak menjawab.

Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang