One Step

44 12 0
                                    

"Lepaskan bebanmu, beri dirimu kesempatan, atau beri diriku kesempatan."


-Aline


***

"Adik kelas sekarang songong-songong." Ucap Key sambil meminum susu kotaknya, Resa mengangguk setuju.

"Ya kan. Lin?" tanya Key padaku.

"Ya.. beberapa." Jawabku asal, karena aku tidak begitu memperhatikan mereka.

Kami bertiga baru saja dari kantin, mungkin ada orang yang membuat Key kesal. Aku sih tidak masalah jika hanya Key yang kesal setidaknya dia hanya akan mengomel-ngomel sampai lelah seperti sekarang, berbeda dengan Resa ktua Cheers kami ini akan langsung turun tangan jika ada yang mencari masalah dengannya.

"Baiknya kau melepaskan diriku, yang tak pernah bisa mencintaimu..." aku mulai bernyanyi.

"Lo beneran putus sama Danish?" tanya Putra tiba-tiba menghalangi jalanku dengan meerentangkan kedua tangannya. Aku terdiam menyadari pertanyaannya barusan, sedangkan Key dan Resa sama-sama menatapaku bingung.

"Lo putus?" Key bersuara.

"Sama Danish?" Resa ikut melontarkan pertanyaan.

"Apaan sih lo pada, jadi lupakan gue liriknya." Ucapku kesal kemudian berjalan cepat meninggalkan mereka yang sedang butuh penjelasan dariku. Aku mencoba mengingat sampai mana aku bernyanyi tadi.

"Lo orang terbego yang gue kenal!" teriak Key mengejarku.

"Lah bego!" Resa tersadar. "Danish jomblo, kita jomblo." Jelas Resa pada Key kemudian mereka tertawa kegirangan. Dasar genit.

"Lin kita godain Danish gak masalah kan?" teriak Key lagi dibelakangku, aku menutup telinga pura-pura tidak mendengar.

Sebenarnya beberapa temanku pernah bertemu dengan Danish, dan mereka sangat-sangat menyukai Danish dan secara terang-terangan didepanku mereka menggoda Danish bahkan mereka selalu bertanya kapan aku putus dengan Danish.

***

Beberapa murid masih berada dikoridor¸padahal bel masuk sudah dibunyikan.

"Aline!" aku menoleh kesumber suara, digedung seberang Leo melambaikan tangan padaku sambil memberikan flykiss yang membuatku bergidik ngeri.

Sepertinya aku tersandung kaki seseorang dan dia yang dengan cepat menangkap tubuhk agar tidak bersentuhan dengan lantai.

"Hai." Allan tersenyum genit dan mengedipkan mata, entah kenapa ketika dia seperti itu malah terkesan manis.

Aku memukul keras lengan Allan dan dia langsung mengaduh kesakitan. "Jatuh aja kaga." Ucapnya cemberut.

"Dasar Allan-jing!" ucapku padanya kemudian berjalan menuju kelasku, murid lain sudah berlari ketika melihat ibu Nani masuk ke kelas. Aku enggan berlari karena kakiku sudah lelah setelah menaiki tangga menuju lantai tiga dan kelasku berada dipojok gedung.

"Pulang naik Bus?" tanya Allan menyamakan langkahnya denganku.

"Masuk kelas sana!" Alih-alih menjawab pertanyaannya aku hanya menyuruhnya kekelas.

"Gurunya belum datang."

"Karena gurunya belum datang terus lo ngintilin gue gitu?"

"Yup." Jawabnya santai.

"Sekali-kali jadi murid yang baik, duduk diam di kelas tunggu guru datang."

"Jangan berharap banyak, gue bukan tipe murid seperti itu." Beritahunya padaku, ya sebenarnya percuma aku menasehatinya. Dia dan teman-temannya sering dimarahi karena sering telat masuk kelas.

Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang