Writer's POV
Next day
Pukul delapan pagi, Yoonri masuk ke kamar rumah sakit nomor 21. Kemarin malam Yoonri tidak bisa menunggui Hongbin karena ibunya memaksanya pulang. Namun sekarang dia sudah bebas. Dia berencana akan terus berada di samping Hongbin seharian.
Di ruangan yang tidak terlalu luas itu, hanya ada lemari kecil, ranjang pasien, alat pendeteksi detak jantung dan kursi plastik di samping ranjang. Yoonri duduk di kursi itu setelah memberesi barang-barangnya. Tatapannya jatuh pada Hongbin yang sama sekali tidak bergerak.
"Yeobo... selamat pagi," ucap Yoonri sambil menggenggam tangan Hongbin. "Malam tadi kau tidur sendirian, ya? Hihihi... maafkan aku, Yeobo."
"Aku membawakanmu karangan bunga. Oh, benar! Aku belum menaruhnya di vas!"
Setelah mengingat itu Yoonri bangkit dari duduknya. Dia langsung mengambil karangan bunga di atas lemari kecil. Yoonri mengeluarkan vas dari lemari, mengisinya dengan air dan meletakkan bunga di dalamnya.
Saat Yoonri merapikan bunga, berbondong-bondong perawat dan dokter masuk. Ternyata mereka mendorong seorang pasien yang terbaring di atas ranjang.
'Itu pasien anak-anak,' batin Yoonri ketika ranjang itu ditempatkan di sisi lain kamar. Yoonri baru sadar kalau kamar ini untuk dua orang pasien.
Seorang pria berusia kurang-lebih tiga puluh-an tahun masuk agak terakhir dari rombongan itu. Setelah seorang dokter berbicara dengannya, semua tenaga medis yang ada segera membubarkan diri. Pria itu duduk di tepian ranjang anak kecil itu. Dia mengusap dahi anak itu.
"Hmm... cheogiyo-permisi, apa dia anakmu?" Yoonri tidak tahan untuk menyuarakan keheranannya.
Pria berponi itu mendongak. "Ya, benar."
Yoonri mengangguk dan meneruskan pekerjaannya menyusun bunga.
"Apa orang itu suamimu?" tanya si pria.
"Ya."
"Oh, kukira orang itu kakakmu!"
"Hah!" Yoonri memekik.
Si pria tertawa. "Maaf, maaf. Oh ya, namaku Hakyeon. Cha Hakyeon."
"Do Yoonri. Senang bertemu denganmu. Ah, apa yang terjadi pada anakmu?"
"Dia baru saja sadar dari koma. Tapi setelah dua jam pemeriksaan, dia sekarang tertidur."
"Aw, sungguh beruntung!"
"Ya," Hakyeon tersenyum. "Aku turut sedih atas suamimu. Melihat alat-alat yang ada di sana, sepertinya dia masih koma."
Hakyeon turun dari ranjang dan pergi keluar. Mau membantu istrinya mengurus surat, katanya. Yoonri kembali memusatkan perhatiannya ke Hongbin.
Tidak berapa lama dua orang perawat masuk untuk melakukan pemeriksaan rutin Hongbin. Di belakang dua perawat itu mengekor seorang pria muda.
Yoonri terbelalak. Itu orang yang kemarin ditemuinya di meja administrasi. Tapi Yoonri tidak mengindahkannya. Dia pikir pria itu ingin menemui pasien yang satunya, anak Hakyeon.
Tapi ternyata pria itu berjalan ke arahnya.
Dia mengedarkan pandangannya ke ranjang Hongbin. Dia mengangguk-angguk sendiri lalu menatap Yoonri.
Merasa risi lagi, Yoonri berucap, "Ada perlu apa?"
"Tidak perlu pakai bahasa formal begitu."
Yoonri kembali terbelalak. Ini pertama kalinya pria itu bicara padanya, tapi sudah memakai banmal-bahasa informal. Yoonri merasa sangat gusar. Apalagi dia sembarangan masuk ke kamarnya. Seandainya Hongbin bisa bangun sekarang, Yoonri akan meminta tolong suaminya untuk mengusir orang asing ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism: Love At 21st Century
Fiksi Penggemar"Aku tahu, aku sakit. Aku bahkan sudah menyusun kata-kata jika akhirnya merasa perlu pergi ke dokter." "Dokter, aku jatuh cinta pada seorang wanita. Yah, berkali-kali sudah aku jatuh cinta pada wanita, dan aku pernah memberikan semua kasih sayang ya...