Chapter 9: When It Is 12.00 pm

141 14 0
                                    


Writer's POV

Sanghyuk kembali memeriksa sekelilingnya, bahkan pintu kamar mayat yang tadi sudah dikuncinya. Setelah memastikan dia benar-benar sendiri, Sanghyuk mendekati dua jenazah yang katanya baru meninggal itu. Sanghyuk mengambil hasil autopsi yang terletak di kerangka meja.

"Korban bunuh diri tiga hari lalu. Terjun ke sungai? Hmm..." Sanghyuk menatap tubuh berselimut itu tanpa niat membukanya. Sanghyuk meraih hasil autopsi mayat kedua. "Serangan jantung... ah, yang satu ini."

Tangan Sanghyuk langsung membuka selimut mayat. Sanghyuk mendesah lega saat mengetahui mayat itu seorang wanita. Wajahnya tirus, jelas kalau dia penyakitan sewaktu hidup. Walau begitu dia masih terlihat muda dan cantik seperti artis.

"Hm, kau lumayan juga. Kuberi nilai sembilan dari sepuluh, deh," seulas senyum tersungging di bibir Sanghyuk. "Akhir-akhir ini banyak mayat-mayat cantik yang datang ke sini. Aku senang."

Sambil duduk di tepian ranjang, Sanghyuk menjalankan tangannya ke seluruh tubuh mayat. Sanghyuk tahu dia tidak akan mendapat perlawanan, jadi dia terus saja meraba-raba bagian-bagian intim tubuh kaku itu. Sanghyuk turun dan menggigit leher mayat. Lama-lama perbuatannya itu membuat tubuhnya sendiri memanas.

Inilah rutinitasnya di jam dua belas siang ke atas.

Sanghyuk menindih tubuh kaku itu. Menghujaninya dengan ciuman. Menjalarkan tangannya ke sana-kemari, memegang apapun yang bisa ia raih. Sanghyuk mendesis. Rasa panas itu semakin terasa di sekujur tubuhnya. Beberapa menit kemudian, Sanghyuk memelorotkan celana seragamnya yang sudah terasa semakin mengetat. Dia tersenyum miring dan kembali meloncat ke meja mayat.

Seandainya Yoonri melihat wajah Sanghyuk saat ini, dia tidak akan pernah mau berbicara dengan Sanghyuk lagi. Seumur hidupnya.

Tapi memang inilah fakta menyeramkan yang disembunyikan Han Sanghyuk.

Apalagi dia adalah orang paling berkuasa di rumah sakit. Dia punya akses penuh atas tempat ini.

Tidak ada yang bisa menghentikan kebiasaannya.

Di tengah puluhan tubuh-tubuh tidak bernyawa, diterangi satu lampu neon redup, Sanghyuk melampiaskan kebutuhan seksualnya.

-

Next day

Yoonri's POV

Aku tidak dapat tidur dengan nyenyak tadi malam, dan paginya aku langsung diserang satu perasaan aneh.

Bukan hanya merindukan Hongbin di hal-hal general, aku juga rindu padanya di ranjang.

Sudah lama sejak kami saling berpelukan di tempat tidur, sedikit syok esok paginya saat menyadari semalaman tidur tanpa memakai sehelai benang pun. Kalau sudah begitu, hal yang paling aku suka adalah menggodanya. Aku masuk, meringsut dalam pelukannya dan langsung mengumpulkan otot bahunya di telapak tanganku. Dia akan kaget dan langsung membuka matanya. Sambil menggigit bibir berguman, "Hentikan, Ri. Aku bisa terlambat ke kantor."

Dengan tubuhnya yang besar itu, dia punya cukup tenaga menelanjangiku di saat aku sedang merajuk sekalipun. Tidak hanya satu atau dua pakaian dalamku robek karenanya. Dia bahkan pernah mencengkeram kemejaku terlalu kuat, hingga semua jahitannya terlepas.

Aku merindukannya. Cara dia menyingkirkan guling dari lingkaran tanganku dan menggantinya dengan tubuhnya sendiri, menagih janji jadwal yang sudah kami susun bersama. Cara dia memelukku dari belakang di tengah-tengah acara mandiku. Dan caranya memberikan ciuman selamat datang ketika aku pulang berlibur bersama teman-teman lama di SMA. Ciuman yang membuatku tertahan di daun pintu masuk rumah selama dua jam.

Escapism: Love At 21st CenturyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang