Chapter 14: Moonlight

139 15 0
                                    


Writer's POV

Jumat berikutnya, Hongbin pulang kerja lebih awal dan menjemput Yoonri di rumah. Mereka lalu pergi ke sebuah tanah luas berumput. Pemakaman tempat Seul beristirahat.

Hongbin menaruh bunga dan berlutut di depan nisan anaknya. Dia menutup mata, mengirim doa. Tak lama kemudian air mata mengalir di kedua pipinya. Melihat itu Yoonri ikut menunduk dan mengusap punggung Hongbin. Digenggamnya tangan pria itu dengan air mata berlinang, memberi kekuatan. Hongbin mengusap batu nisan dengan tangannya yang kosong.

"Maafkan Ayah, Seul-ah. Ayah sudah membuat kita terpisah. Sungguh maafkan Ayah..."

"Sayang..." Yoonri mendekap erat Hongbin.

"Aku sudah membunuhnya... Yoonri sayang... aku membunuhnya..." Hongbin terisak di pelukan istrinya.

Yoonri menghibur Hongbin dalam diam. Dia mengusap-usap tangan Hongbin dengan tangannya. Sesekali Yoonri juga mengusap punggungnya dan memberinya pelukan erat.

Beberapa menit kemudian akhirnya Hongbin tenang kembali. Dia bergerak dan mencium bisan kecil itu. Hongbin mengeluarkan saputangan dan membersihkan wajahnya. Dia berpaling pada Yoonri dan menggenggam erat tangannya.

Merasa hatinya sedikit tenang, Hongbin tersenyum simpul pada istrinya.

"Kita pergi sekarang?"

"Ya."

Pasangan suami-istri itu pun bangkit dari depan nisan. Tanpa mengucap sepatah katapun, mereka melangkah menjauhi makam Seul.

Sementara iu, tidak jauh dari makam Seul, seorang pria sedang menundukkan kepalanya dalam-dalam di depan gundukan tanah yang terlihat masih baru.

Sambil berlutut dengan salah satu kakinya, dia memegang nisan di depannya dengan satu tangan. Pundak pria itu bergetar dan tanah di bawah kepalanya yang tertunduk basah oleh tetes-tetes air. Genggamannya di batu nisan begitu erat seolah tidak ingin merelakan kepergian orang yang terkubur di bawahnya. Setelah menyeka air matanya dengan bagian lengan jas yang dipakainya, pria itu meraih karangan bunga di samping tubuhnya.

Tangannya gemetar saat meletakkan buket berisi campuran mawar putih dan anyelir merah muda pucat di depan nisan. Sekali lagi dia menyeka wajahnya dan pergi dengan langkah gontai.

Perhatian Yoonri teralihkan oleh makam yang masih baru itu. Hatinya entah kenapa berdebar melihat karangan bunga yang terletak di atas nisan. Ketika melihatnya, Yoonri seakan bisa merasakan kesedihan si pengirim bunga. Dia mengedarkan pandangannya, mencari. Mungkin saja orang itu masih berada di sekitar sini.

Namun yang tersisa di tanah lapang berumput itu hanyalah dirinya dan suaminya, Hongbin.

Dia tidak menyadari kalau pria yang meletakkan karangan itu masih saja menangis, bahkan setelah masuk ke dalam mobil.

-

A few months later

"Nyonya, kita sudah sampai."

"Terima kasih. Setelah ini aku ingin pergi jalan-jalan seorang diri, jadi nanti tidak perlu menjemputku."

"Kalau begitu saya pulang dulu. Mohon berhati-hati, Nyonya."

"Iya."

Yoonri turun dari mobil. Sedan BMW yang tadi ditumpanginya segera melaju, meninggalkan jalur drop out. Yoonri masuk ke dalam gedung.

Sekarang ini dia tengah berada di Rumah Sakit Internasional Hanyang untuk melakukan check-up rutinnya. Biasanya dia akan datang bersama Hongbin, namun pria itu kini tengah berada di Jepang untuk pertemuan bisnis.

Escapism: Love At 21st CenturyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang