Chapter 4: Those Are Supplementary Tablets

147 17 0
                                    


Writer's POV

Keesokan harinya Yoonri mendapati dirinya duduk di kafetaria.

Kursi yang sama dengan yang didudukinya kemarin bersama Sanghyuk.

Yoonri hanya menatap kosong kopi di hadapannya. Memikirkan Hongbin, memikirkan Seul... tidak ada sesuatu yang lain yang bisa dipikirkannya. Yang membuat situasi makin parah, pemikiran-pemikiran itu membuatnya tidak bisa makan. Yoonri merasa semua permasalahan ini terlalu membebaninya. Masing-masing menyedot seleranya untuk melakukan apapun. Jangan sampai seleranya untuk hidup disedot juga.

Saat Yoonri menghela napas, dia merasakan sentuhan lembut di rambutnya. Yoonri mendapati Sanghyuk tengah memegangi rambutnya.

"Kau...?"

"Tuh kan, kita bertemu lagi," Sanghyuk mengeluarkan senyum innocent-nya.

"Kau ini apa, sih? Penunggu rumah sakit?!"

"Hei, seharusnya aku yang menanyakan itu padamu! Mana ada pengunjung yang pagi-pagi sudah berada di rumah sakit lalu nongkrong di kafetaria? Dengan wajahmu yang pucat itu saja, kau bisa membuat orang-orang ketakutan..."

Yoonri menunduk. Memang benar juga. Dia tidak bisa membantahnya.

Tiba-tiba Sanghyuk meletakkan tiga tablet multivitamin di meja. "Nih. Minum sekaligus setelah makan."

"Mwoya...? Hei, obat ini tidak menimbulkan efek samping apa-apa, kan?"

Sanghyuk yang sudah berjalan berbalik lagi.

"Kau masih belum percaya denganku rupanya. Ya! Modus menculik orang dengan cara memberi obat tidur itu sudah kuno! Aku pun tidak akan menculikmu dengan cara seperti itu. Aku memberimu ini karena kau terlihat pucat. Lagipula ini bukan obat, tapi multivitamin!"

"Oh... jadi tidak apa-apa kalau kuminum?"

Sambil terkekeh, Sanghyuk menundukkan badannya hingga wajahnya sangat dekat dengan Yoonri.

Deg!

"Kau bisa percaya wajah ini, Yoonri-sshi," katanya lalu tersenyum.

-

Next day

"Lagi?"

Yoonri tercengang melihat Sanghyuk kembali memberinya multivitamin. Bentuk tabletnya pun berbeda dari yang kemarin.

"Semua diminum sekaligus setelah makan," ujar Sanghyuk sambil melepas mantelnya. Terlihat sekali pria itu baru tiba dari rumah sakit. "Oh! Jangan-jangan kau malah tidak makan?! Kau mau aku bawakan makanan?!"

"Tidak perlu! Tidak perlu, sungguh. Aku sudah makan!" Yoonri cepat-cepat menggeleng.

Wajah Sanghyuk terlihat puas. Dia tersenyum dengan bibirnya yang tipis.

"Bagus. Diminum, ya. Aku pergi dulu."

Sepeninggal pria itu, Yoonri mengamati tiga macam benda di atas meja. Dua tablet multivitamin untuk orang dewasa dan satu yang berbentuk binatang berwarna oranye. Vitamin C jelly untuk anak-anak.

Yoonri geleng-geleng kepala pada gajah mini di tangannya.

-

Next day

"Lagi...??"

"Hehe..." Sanghyuk tersenyum. Lebih tepatnya menahan tawa, karena bahunya ikut bergetar.

"Tiga hari berturut-turut kau membawakanku vitamin... kau ini pemilik pabrik obat, ya?"

"Sssttt... jangan berisik dan minum saja," ucapnya sambil mengacak rambut Yoonri, menuai erangan dari wanita itu. "Woops... maaf. Tolong jangan membantah. Aku pergi dulu."

Sanghyuk cepat-cepat keluar dari kafetaria. Lagi-lagi Yoonri hanya bisa melihat punggung lebarnya dan menggumam.

"Kalau memang benar-benar sibuk, kenapa susah-susah membawakanku vitamin segala, sih? Bawanya pakai satu-persatu seperti ini, lagi. Kenapa tidak langsung saja dengan kemasannya?"

Dalam pikirannya Yoonri bisa membayangkan Sanghyuk menjawabnya sambil memasang wajah jahil, "Karena Nona Yoonri yang masih polos perlu bimbingan. Kalau aku memberikanmu langsung sebotol, bisa-bisa langsung kau minum semuanya!"

-

Next day

"Seriously, Sanghyuk. Lagi??"

Seperti hari-hari kemarin, lagi-lagi Sanghyuk menyerahkan multivitamin pada Yoonri. Bedanya sekarang hanya ada dua multivitamin, dan Sanghyuk yang biasanya langsung pergi kali ini duduk di depan Yoonri.

"Supaya kau tidak terlihat seperti mayat hidup. Kau harus minum vitamin setiap hari," jelas Sanghyuk, lagi-lagi sambil tersenyum lebar. Yoonri diam-diam bertanya-tanya apakah orang ini benar-benar segitu murah senyumnya. Yoonri berharap, sepuluh tahun ke depan senyum itu tidak menghilang gara-gara terlalu sering dikeluarkan sekarang.

"Kau ini... sebenarnya siapa?"

Sanghyuk memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Yoonri menghela napas. Di samping identitas Sanghyuk, dia juga bingung bagaimana pria itu bisa selal menemukannya; bagaimana Tuhan membuatnya bertemu Sanghyuk, setelah mengalami kecelakaan yang membuatnya terpuruk.

Apakah Tuhan mengirimkan malaikat penjaga untuknya?

Dia tahu ini bukan faktor keberuntungan. Dia tidak seberuntung itu untuk mendapatkan malaikat penjaga setampan Sanghyuk. Dia tinggi, bahunya lebar, senyumnya cerah.

Tapi tidak cukup cerah untuk membuat hati Yoonri berhenti berduka.

Atau mungkin, belum.

"Yoonri... percaya saja padaku, oke?" kata Sanghyuk dengan muka teduh. "Dan minum vitamin-mu."

-

Seminggu berlalu setelah pertemuan pertama itu.

Tanpa siapapun menyadari, Yoonri sudah bertemu Sanghyuk lebih sering daripada yang dia bayangkan. Di koridor, lorong-lorong, pintu masuk kompleks VIP, bahkan taman yang terletak di tengah-tengah bangunan rumah sakit. Mereka berpapasan, saling sapa, dan berakhir mengobrol hangat di kafetaria.

Setelah secangkir kopi masuk ke perut, Sanghyuk akan mengajak Yoonri berkeliling rumah sakit. Yoonri memang tidak terlalu yakin siapa Sanghyuk sebenarnya, dan tidak tahu mengapa Sanghyuk sangat hafal isi tempat ini. Tapi dia membiarkan saja dirinya diboyong ke sana-kemari oleh pria itu. Sampai-sampai dia ikut hafal denah rumah sakit. Dia sudah tahu di mana dapur rumah sakit berada. Dia juga sudah tahu di mana kumpulan laboratorium berada. Semuanya diketahui Yoonri lewat tur singkat Sanghyuk setiap harinya.

Ah, terkecuali ruang anak dan bayi. Yoonri tahu saat dia berjalan-jalan seorang diri. Dan itu menjadi jalan-jalan terakhirnya ke sana. Sanghyuk pun tidak pernah mengajaknya ke ruang bayi. Itu membuat Yoonri bertanya-tanya, apa jangan-jangan Sanghyuk tahu peristiwa kegugurannya? Mengingat dia sudah tahu kecelakaan Yoonri bahkan sebelum wanita itu bercerita.

Namun pada akhirnya Yoonri hanya bisa berucap masa bodoh.

Dia hanya bisa tidak peduli pada identitas pria itu. Yang dia tahu hanyalah nama. Semua tetek-bengek yang lain seolah tidak penting.

Oh, selain nama, satu lagi yang dia tahu. Betapa menyenangkannya bersama Sanghyuk. Pada awalnya Yoonri memang jengkel karena Sanghyuk terus-terusan merecokinya. Tapi pria itu selalu bersikap baik dan lembut. Lama-kelamaan acara jalan-jalan bersama Sanghyuk menjadi pelipur lara atas Hongbin.

Akan tetapi, mungkin memang sudah menjadi takdir Yoonri untuk tahu identitas Sanghyuk yang sebenar-benarnya.

Satu-persatu kartu mulai terbuka. Dimulai pada suatu penghujung sore yang dingin.

--



Author's note: apa mungkin Sanghyuk itu dalang dari kecelakaan Yoonri? :p

Escapism: Love At 21st CenturyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang