Writer's POV
Next morning
Sanghyuk yang terbaring di ranjang seorang diri segera bangun begitu nyawanya terkumpul. Sanghyuk menarik keluar sebuah kaus polos dan celana lalu memakaikannya di tubuhnya yang telanjang. Dia pergi ke kamar mandi untuk menggosok giginya. Sambil menggosok gigi, Sanghyuk mengamati pantulan dirinya di cermin.
Kemarin malam, setelah bercinta di lantai, Sanghyuk menggendong Yoonri ke kamar tidur. Sama sekali tidak ada perlawanan dari wanita itu. Malam itu Sanghyuk merasa telah memiliki Yoonri seutuhnya. Itu adalah pencapaian paling luar biasa di dalam hidupnya.
Tapi dia harus melepas wanita itu lagi hari ini.
Selesai menyikat gigi, Sanghyuk keluar kamar untuk mencari wanita itu. Dia mendengar suara keributan kecil dari dapur, dan memang Yoonri sudah berada di sana.
Sanghyuk menghampirinya. Ternyata Yoonri sedang memasak. Wanita itu sudah tampak rapi dengan rambut dikuncir kuda. Gaunnya pun sudah kembali melekat di badannya. Sanghyuk tersenyum melihat wanita itu sibuk mengaduk-aduk mangkuk.
Melihat penampakan Yoonri saja sudah membuatnya begitu bahagia.
Saat itulah keduanya bertatapan mata. Yoonri segera menutupi keterkejutannya dan tersenyum lebar.
"Selamat pagi."
"Pagi juga. Kau membuat sarapan? Apa yang kau buat?"
"Pancake. Kau suka?"
"Sangat," Sanghyuk tersenyum lebih lebar. "Dan aku juga sudah sangat lapar."
Beberapa menit kemudian sarapan akhirnya siap. Mereka duduk di dapur Sanghyuk yang sudah menyerupai pantry di kafe. Sejenak keduanya hanya menikmati pancake hangat tanpa berkata apapun. Selesai makan, Yoonri yang membersihkan piring-piring kotor berkata kepada Sanghyuk.
"Sanghyuk-sshi," Yoonri menarik napas dalam-dalam. "Setelah ini... setelah ini, kuharap... kuharap kau mau pergi ke psikiater."
Setelah mengucapkan itu Yoonri hanya tertunduk, tidak berani menatap Sanghyuk. Sementara Sanghyuk hanya menggigiti bibirnya sambil sibuk dengan pikirannya sendiri. Pada akhirnya dia hanya menjawab dengan suara pelan.
"Baiklah."
Sanghyuk lalu berdiri dan menghampiri Yoonri. Dia membantu wanita itu mencuci tangan.
"Kau tidak perlu membereskan piring-piring ini," kata Sanghyuk. Yoonri menatapnya terheran-heran.
Pria itu kemudian menarik tangan Yoonri ke ruang tengah. Yoonri mengamati Sanghyuk. Pria itu terasa berbeda, terasa sangat dingin. Bahkan dari tadi dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Yoonri tidak dapat menebak isi hati Sanghyuk dari ekspresinya.
Grep! Sanghyuk tiba-tiba memeluknya dengan sangat erat, membuat Yoonri terkejut. Yang lebih membuatnya tercengang, pelukan Sanghyuk ternyata sangat berkebalikan dari ekspresi wajahnya. Pelukan yang hangat dan peduli. Cukup persuasif untuk membujuknya agar berada di sana lebih lama.
"Seandainya saja perasaan bisa dilihat, mungkin kau akan terkejut melihat betapa indahnya perasaanku untukmu," bisik Sanghyuk dengan suara serak. "Aku mencintaimu sebagai Do Yoonri. Cintaku tidak melihat siapa kau, posisimu, statusmu."
Mendengar itu Yoonri mulai merasakan matanya memanas lagi.
"Tapi sepertinya memang tidak bisa begitu saja, ya." Sanghyuk melepaskan pelukannya tepat saat tangis Yoonri akan meledak. "Pergilah. Aku akan melepaskanmu. Setelah ini aku akan melupakanmu."
"Sanghyuk-sshi! Tolong jangan bilang kau akan melupakanku! Karena aku tidak akan melupakanmu..." Yoonri berkata dengan lantang.
Dalam keheningan, Sanghyuk hanya bisa menatapnya.
"Tolong jangan pernah lupakan aku..."
"Aku tidak akan berjanji padamu." Sanghyuk melayangkan satu senyuman kecut. "Aku akan berusaha. Tapi menurutku akan lebih baik kalau kita tidak bertemu lagi. Atau mungkin bertemu sebagai Ketua Han dan Nyonya Lee."
Sanghyuk memegang tangan Yoonri. Selama beberapa detik dia menyimpan kenangan tangan wanita itu untuk yang terakhir, sebelum melepaskannya. Tanpa berkata apa-apa lagi Sanghyuk memalingkan muka.
Walau terlihat tegar, baik Sanghyuk dan Yoonri dapat melihat bahu pria itu bergetar. Sanghyuk menutup matanya dan sedikit air mata tumpah ke pipinya. Yoonri segera memalingkan muka. Mata Sanghyuk adalah salah satu yang membuatnya sangat ingin tinggal. Tapi sama sekali tidak ada waktu lagi bagi mereka untuk bersama.
"Selamat tinggal, Sanghyuk..."
Yoonri segera pergi setelah mengatakan itu. Bahkan setelah membuka pintu keluar, Yoonri sama sekali tidak melihat ke belakang. Baru setelah setengah dari perjalanan menuju gerbang, Yoonri menoleh, menatap rumah besar itu dengan tatapan nanar. Tetapi hanya sebentar, setelah itu dia tersenyum simpul. Yoonri meneruskan perjalanannya.
Dia memutuskan menjadikan semua kenangannya bersama Sanghyuk sebagai sesuatu yang indah.
-LAST-
A/N: dengan berakhirnya chapter ini, saya mau pamitan dengan kalian semua :D maafin ya kalo akhir-akhir ini Author ngaret terus update-nya T_T
Terima kasih buat yang tetap setia sampai chapter terakhir ini. Update selanjutnya epilog ya!
Oh ya baca juga dong story Author yang lain, ada GR8U nih. Saya bakalan publish GR8U sampai tamat setelah ini. Sekali lagi makasih ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism: Love At 21st Century
Fanfiction"Aku tahu, aku sakit. Aku bahkan sudah menyusun kata-kata jika akhirnya merasa perlu pergi ke dokter." "Dokter, aku jatuh cinta pada seorang wanita. Yah, berkali-kali sudah aku jatuh cinta pada wanita, dan aku pernah memberikan semua kasih sayang ya...