Writer's POV
"Bolehkah aku... bolehkah aku menciummu?"
"Apa?!"
"Aku bukan pria brengsek yang sukanya langsung saja. Aku sedang minta izin sekarang." Sanghyuk menatap manik mata Yoonri penuh ketulusan.
Seekor kupu-kupu lewat di antara mereka. Termasuk pemandangan langka di tengah kota besar seperti Seoul ada kupu-kupu. Sayapnya cantik berwarna putih. Sejenak dua orang yang sedang berpegangan tangan itu tersita perhatiannya. Beberapa detik kemudian keduanya larut dalam tawa. Sunyi lagi setelah saling bertukar pandang.
Entah siapa yang memulai, wajah mereka tiba-tiba semakin mendekat. Ciuman yang diinginkan Sanghyuk pun tercipta. Dengan lembutnya Sanghyuk menempelkan bibirnya di bibir Yoonri. Tangannya masih menggenggam erat tangan wanita itu. Yoonri sangat takut mengeluarkan reaksi apapun. Dia hanya menerima semua perlakuan Sanghyuk yang—tidak disangka—membuatnya nyaman.
Bibir tipis Sanghyuk mendominasi miliknya. Ciuman itu menghangatkan hatinya hingga sehangat tengah hari ini.
Tidak ada hal lebih yang dituntut Sanghyuk. Dia mencium Yoonri seperti seorang anak SD yang baru belajar berciuman. Beberapa detik kemudian Sanghyuk menjauh.
"Hei... ada apa, Tuan Putri?" Sanghyuk mengelus dagu Yoonri. "Kau marah karena akhirnya aku menciummu tanpa persetujuanmu?"
Wanita itu menggeleng.
"Aku harap aku tidak membuat kesalahan."
"Pergilah, Sanghyuk. Kau sudah terlambat," kata Yoonri pelan.
"Ah, kau benar." Sanghyuk menunduk, lalu dengan sedikit malu-malu berkata, "Kau tahu, ini pertama kalinya aku tidak ingin berpisah darimu. Tidak peduli ini sudah di atas pukul dua belas siang."
Arloji di tangan Sanghyuk menunjukkan pukul setengah satu ketika pria itu berpisah dengan Yoonri.
-
Dua belas lewat tiga puluh tiga, dan Yoonri masih berdiri di tempatnya.
Apakah artinya satu ciuman tanpa nafsu? Efeknya terlalu besar bagi Yoonri untuk sekedar dianggap angin lalu. Sejak Sanghyuk memegang tangannya sampai sekarang, jantung Yoonri terus berdetak kencang seperti palu godam yang dihentakkan ke besi.
Apakah mungkin karena beberapa meter dari sini ada Hongbin yang sedang terbaring tidak sadarkan diri?
Sepertinya bukan itu alasannya.
'Kenapa pria itu...'
'Sejak kapan dia menjadi orang penting dalam hidupku?!'
Yoonri mendengus marah. Dia keluar dari taman dengan berjalan cepat. Dia tidak merasa bersalah telah percaya pada Sanghyuk sampai seperti ini, termasuk apa-apa yang sudah mereka lakukan. Mengobrol, saling mengetahui rahasia hidup satu sama lain, bercerita masa lalu, makan bersama, minum kopi....
Namun yang barusan...
Ciuman itu sungguh tidak bisa diampuni Yoonri. Dia bukanlah wanita single yang bisa sembarangan dirayu, dan disentuh sembarangan seperti itu. Padahal Sanghyuk juga sudah tahu hal ini, dan bahkan dia sendiri adalah partner kerja Hongbin!
Yoonri bermaksud mencari Sanghyuk untuk meminta kejelasan. Yoonri menyusuri koridor tempat Sanghyuk terlihat terakhir kali. Namun dia tidak kunjung menemukannya setelah belok kiri-belok kanan. Yoonri jadi semakin penasaran ke mana Sanghyuk menghilang. Dia terus menyusuri lorong-lorong rumah sakit yang dingin, sambil mengira-ngira apakah pria itu ada di ujungnya. Jika tidak puas, Yoonri akan mengulangi hingga tikungan terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism: Love At 21st Century
Fiksi Penggemar"Aku tahu, aku sakit. Aku bahkan sudah menyusun kata-kata jika akhirnya merasa perlu pergi ke dokter." "Dokter, aku jatuh cinta pada seorang wanita. Yah, berkali-kali sudah aku jatuh cinta pada wanita, dan aku pernah memberikan semua kasih sayang ya...