Writer's POV
Satu-persatu kartu mulai terbuka. Dimulai pada suatu penghujung sore yang dingin.
Yoonri dibangunkan oleh suara hujan deras. Yoonri menegakkan punggungnya yang terasa ngilu. Selama ini dia duduk menelungkup di ranjang Hongbin, dan tertidur dalam posisi itu. Yoonri mendapati seorang perawat tengah berdiri di belakangnya, dengan muka kaget dan selimut terbentang di kedua tangannya. Setelah menyadari kehadiran perawat itu, muka Yoonri terlihat sama kagetnya.
"Nyonya, ah, jeosonghabnida. Saya masuk tanpa permisi. Saya tidak ingin membangunkan Nyonya."
Yoonri hanya mengangguk masih dengan wajah bingung. Dia menguap, masih bersisa kantuk di matanya. Lalu dia menyadari pose pertama perawat itu, seperti akan menyelimutinya.
"Em, selimut itu...?"
"Oh, saya tadinya ditugaskan untk menyelimuti Anda karena harinya cukup dingin. Kalau Anda bertanya-tanya, saya diberi tugas oleh Ketua."
"... 'Ketua'?"
"Ne. Ketua Han Sanghyuk."
Kantuk yang tadi masih tersisa sekarang sepenuhnya menguap. Yoonri segera paham apa yang dimaksud "ketua" itu. Dan dia tak sanggup lagi berkata-kata karena akhirnya mengetahui identitas pria yang akhir-akhir ini mengisi hari-harinya.
Sanghyuk, atau Han Sanghyuk, adalah kepala rumah sakit ini. Posisi tertinggi di gedung ini.
-
Keesokan harinya Yoonri langsung menembak Sanghyuk perihal identitas itu.
"Ternyata kau ini kepala rumah sakit?"
Sanghyuk terdiam.
"Ey..." cibir Yoonri, "Kalau kau mau merahasiakannya, kau harus melakukan yang lebih baik dari ini! Suruh juga anak buahmu untuk tutup mulut, setidaknya."
"Aku sebenarnya tidak bermaksud merahasiakannya. Aku hanya ingin kau tahu dengan usahamu sendiri," ujar Sanghyuk. "Karena aku ingin tahu, seberapa dalam rasa penasaranmu terhadapku."
"Kau memang orang aneh!"
Sanghyuk tertawa, menghangatkan suasana kafetaria.
"Nngg... apa karena itu kau tahu kalau aku pernah keguguran sebelumnya?"
"Huh?"
"Apa karena aku pernah keguguran, kau tidak pernah mengajakku ke ruang khusus anak-anak dan bayi?"
"Ah, itu?" Sanghyuk tiba-tiba tertawa lagi. "Hmm... sebenarnya aku tidak tahu kalau kau keguguran lalu trauma dengan ruang bayi.... Aku beberapa kali malah ingin mengajakmu ke sana, menengok bayi-bayi lucu."
"Tapi?"
"Tapi... aku tidak berani."
"Apa? Mengapa?"
"Aku melihat wajahmu. Kau selalu menunjukkan gerak-gerik tidak nyaman. Bahkan ketika kita mendekati tikungannya saja, ekspresi mukamu sudah benar-benar masam. Hahaha..."
"Sial! Memangnya terlihat jelas, ya?"
Pria berambut hitam legam itu tersenyum. "Kau kan tidak bisa menyembunyikan ekspresimu."
Yoonri salah tingkah dan hanya bisa menggaruk tengkuknya.
"Oh, aku lupa sesuatu!"
Sanghyuk merogoh sakunya dan mengeluarkan botol kaca kecil. Di dalamnya terdapat dua kapsul multivitamin. Sanghyuk mengeluarkan semuanya dan memberikannya pada Yoonri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism: Love At 21st Century
Fanfiction"Aku tahu, aku sakit. Aku bahkan sudah menyusun kata-kata jika akhirnya merasa perlu pergi ke dokter." "Dokter, aku jatuh cinta pada seorang wanita. Yah, berkali-kali sudah aku jatuh cinta pada wanita, dan aku pernah memberikan semua kasih sayang ya...