Writer's POV
"Sanghyuk-sshi, ada satu tempat di rumah sakit ini yang belum kau tunjukkan padaku," kata Yoonri setibanya mereka di rumah sakit.
"Apa itu?"
"Ruang kerjamu."
"He? Kau ingin melihatnya? Ruanganku biasa saja, seperti ruang-ruang kerja di kantor."
"Aku ingin melihat tempat bebekku bekerja."
"Urgh! Stop calling me duck!" erang Sanghyuk. Tapi pada akhirnya dia menyetujui. "Baiklah. Ayo."
Mereka masuk ke gedung rumah sakit, langsung berjalan ke lift. Sayang, lift itu sedang penuh. Mereka terpaksa menunggu.
Sementara menunggu, Yoonri melirik arloji Sanghyuk yang sedang berdiri di sampingnya. Pukul sebelas lewat. Itu berarti waktunya bersama Sanghyuk kurang dari satu jam lagi. Yoonri menarik tangan Sanghyuk menjauhi lift.
"Kita naik tangga saja. Lift-nya terlalu lama."
"Eh?" Sanghyuk menatap wanita itu tidak percaya. "Kau yakin? Naik tangga ke lantai sepuluh?"
Yoonri mengangguk yakin.
"Oke." Sanghyuk langsung menarik tangannya lagi.
Mereka menggunakan tangga darurat yang terletak di dekat parkiran. Yoonri menaiki tangga dengan semangat, meninggalkan Sanghyuk di belakang. Pria itu susah-payah mengekor di beberapa anak tangga di bawahnya. Beberapa saat kemudian, Sanghyuk akhirnya mampu menahan tangan Yoonri.
"Hei...," panggilnya dengan terengah-engah. "pelan-pelan... kau terlalu cepat..."
Yoonri tertegun. Sanghyuk membungkuk di depannya dengan napas tersendat. Butiran keringat sebesar biji jagung bermunculan di wajahnya.
"Baiklah. Ayo istirahat di sini sebentar," kata Yoonri sedikit tidak rela.
Sanghyuk menyandarkan punggungnya di dinding. Dia masih berusaha mengatur pernapasannya. Yoonri yang merasa kasihan menyerahkan selembar saputangan.
Satu-satunya saputangan yang dibawanya. Sanghyuk menatap sekilas saputangan itu. Terasa sangat familiar. Sanghyuk mengambilnya dan membuka lipatannya.
Dugaannya tidak salah. Sanghyuk mengelus sulaman berbetuk tiga huruf di pojok kain segi empat berwarna kuning pastel itu.
"HSH..." gumam Sanghyuk di sela napasnya. "Yoonri... di mana kau mendapat saputangan ini?"
"Hm?" Yoonri menoleh. "Saputangan itu bukan punyaku. Seseorang memberikan itu padaku dulu... maaf. Aku terpaksa menyerahkannya padamu karena hanya itu yang kubawa sekarang ini. Aku selalu menjaga saputangan itu agar tetap bersamaku. Aku ingin mengembalikan kepada pemiliknya."
"Oh?"
"Tapi itu benar-benar sudah lama sekali. Kurasa aku sudah menyerah mencarinya. Jadi kau bisa memakainya."
"Kenapa kau menyerah mencari pemiliknya?"
"Well... kukira aku sudah melupakan wajahnya. Orang itu juga... pertemuan kami singkat sekali. Saat itu aku sedang duduk sendirian di taman dan menangis... lalu dia datang dan memberiku itu."
"Lalu dia langsung pergi?"
"Ya. Dia langsung pergi."
"...."
Hening. Tiba-tiba saja Sanghyuk tertawa.
"Seharusnya kau tidak boleh menyerah, Yoonri," kata Sanghyuk, "karena kau sebenarnya sudah berhasil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism: Love At 21st Century
Fanfiction"Aku tahu, aku sakit. Aku bahkan sudah menyusun kata-kata jika akhirnya merasa perlu pergi ke dokter." "Dokter, aku jatuh cinta pada seorang wanita. Yah, berkali-kali sudah aku jatuh cinta pada wanita, dan aku pernah memberikan semua kasih sayang ya...