Dira
Setelah kejadian 2 hari yang lalu, dimana Revan nembak Fey ditaman, gue berusaha tampil apa adanya di depan mereka berdua walaupun agak susah bagi gue.
Luna beberapa kali nanya sama gue masalah status antara Fey dan Revan karena mereka kelihatan lengket banget. Gue agak ragu bilang sama Luna, dan akhirnya gue gak bilang.
Tapi sekarang gue yakin kalok Luna udah tau apa yang terjadi, karena dia gak pernah bahas itu lagi semenjak kemarin.
"Ra? Dira!!" Ucap seseorang sambil mengguncangkan pundak gue.
"Eh?"
" Lo dari tadi di panggil sama Luna, minta anterin ke kamar mandi tapi lo gak denger. Jadi dia udah duluan. Lo disuruh nyusul" ucap Rani.
"Luna? Oh iya iya gue nyusul" jawab gue.
"Gue ke kantin ya" ucap Rani lagi sebelum meninggalkan gue. Gue hanya mengangguk sebagai jawaban sebelum pergi menyusul Luna.
Setelah gue sampai di depan kamar mandi perempuan, tepat saat Luna baru hendak keluar dari kamar mandi juga.
"Lo ngelamunin apa sih? Sampe bel istirahat yang biasanya ditunggu tunggu banget gak kedengeran di telinga lo. Bahkan teriakan gue yang udah kayak ayam baru netasin telur gak kedengeran juga" Curcol Luna ketika ia melihat gue.
"Bawel banget si lo! Masi mending gue susul"
"Iya mbak iya.. gak usah sebel gitu mukanya. Mending kita kekantin yuk!" Ajak Luna yang hanya gue balas dengan anggukan.
Setelah kami sampai di kantin, gue langsung duduk di bangku yang kosong.
"pesen apa?" tanya Luna.
"Serah. Yang penting bisa dimakan"
"Pinter lo! Kalok lo gak isi kalimat yang penting bisa dimakan udah gue pesenin mangkok nya doang. HAHAHA.. " ucap Luma sambil tertawa.
"Gak usah ngelawak garing gitu lun, gue udah laper" jawab gue dengan wajah datar.
"Gak asik lo!" Setelah melontarkan kalimat tersebut, Luna langsung pergi untuk memesan makanan.
Tak lama setelah Luna pergi, Fey dan Revan datang dari arah pintu kantin menuju meja gue.
Gue sempat menyumpahi mata gue yang melirik ke arah mereka. Ngapain liat kesana nyet!! Gak usah diliat nanti mereka ke GR'an.
"Diraa!!" Terdengar teriakan Fey menyapa gue.
Mati gue! Jangan kesini! Jauh jauh sana!
"Sendiri? Luna mana?" Tanya Fey. Kini ia dan Revan sudah ada di depan meja gue.
"Ha? Iya send-"
"Sorry lama" terdengar suara bariton yang khas memotong ucapan gue.
"Oh.. sama Egy ya? Gue kira sama Luna. Kalo gitu gue sama Revan nyari meja lain aja takut ganggu" Ucap Fey sambil tersenyum menggoda dan mengedipkan sebelah matanya lalu pergi.
Sono pergi. Lo berdua emang ganggu istirahat gue. Kelilipan beneran tau rasa tu mata. Isi sok sokan kedib sebelah gitu.
"Nih makan" ucap Egy sambil menyodorkan nasi goreng dan es jeruk.
"Gak makasi. Gue udah dipesenin sama Luna" ucap gue menolak.
"Ini pesenan lo, gue yang anterin. Luna gue suruh bareng pacarnya" kata Egy dengan santainnya.
"Enak ae lo main nyuruh nyuruh temen gue"
"Udah jangan banyak ngomong. Mending lo makan biar kenyang" ucap Egy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice
Teen Fiction"Sahabat dan keluarga adalah segalanya. Jadi gue harus mengorbankan sesuatu untuk mereka." Begitulah motto yang dimiliki oleh seorang Dira Amara Frisca. Seperti motto yang dimiliki oleh Dira. Kehidupan nyata adalah cerminan dari mottonya. dimana saa...