20

54 8 2
                                    

Author

Revan kini mencerna semua perkataan Feyrin. Entah apa yang ada dipikirannya, sekarang semuanya telah tercampur aduk.

"Maafin gue Fey, gue sayangnya sama Dira bukan sama lo. Dan mungkin kita gak bisa ngelanjutin hubungan kayak gini" Revan menaruh nampan berisi bubur yang sedari tadi ia pegang di atas nakas samping ranjang tempat Feyrin tidur, lalu bergegas pergi meninggalkan ruangan.

"Revan mau kemana?!"

"REVAN!" Feyrin kini tak bisa menahan airmatanya untuk keluar. Ia tidak akan menyangka ini akan terjadi. Bagaimana mungkin Revan mengatakan kalimat yang sangat ia benci, tepat di depan wajahnya tanpa rasa ragu sedikitpun.

*Tes..

"Ah.." Feyrin mendesah ketika tiba tiba iya mengusap airmata di dekat area hidungnya, dan terdapat darah yang ikut mengalir disana.

•••

Di sisi lain, Dira, Luna, Augie, dan Rani sedang asik menyantap makanan mereka masing masing.

"makanan kantin ni rumah sakit enak juga" ucap Luna di sela sela ia mengunyah baksonya.

"Gue mah udah bosen. Hampir setiap hari gue makan disini" Sahut Rani.

"Ngapain lo setiap hari kesini?" Tanya Dira.

"Emak gue kerja disini" jawab Rani.

"Dokter apa?" Tanya Augie.

"Spesialis kandungan. Gue kesini buat nemuin doi gue. Dia jadi salah satu pasien disini. Jadi, Ketemu Emak gue yang kerja disini adalah salah satu alasan yang Bagus banget buat gue bisa sering sering liat dia" Rani kini memasukan bakso yang sedari tadi tertusuk pada ujung garpu ke mulutnya.

"Sumpah, lo keren banget! Gue aja gak segitunya sama doi" Ucap Dira.

" Yaiyalah lo kan cuek banget. Boro boro mau ngelakuin sesuatu biar bisa sering sering liat doi, di suruh milih antara ditraktir nasi goreng 10 piring atau makan berdua sama doi aja milih nasi goreng 10 mangkok." timbrug Augie.

"Apaan sih lo! Ngeselin ta-"

"Ra! Dira! Gue mau ngomong. Tolong ikut gue bentar" Ucap Revan memotong perkataan Dira.

"Nomong disini aja elah. Lagian sekarang lagi ngomong kan?" Celetuk Augie.

"Bukan disini tempatnya"

"Tapi kan sa-"

"Ayolah ra!" Revan mulai meninggikan nada suaranya. Dan Dira pun memilih menuruti perkataan Revan.

Revan menarik Dira menuju taman rumah sakit dan mendudukan Dira di kursi panjang yang sudah disediakan disana.

"Lo kenapa sih van? Aneh banget!"

"Selama ini lo suka sama gue?" Tanya Revan to the point.

"Suka sama lo? Apa apaan sih?yang bener aja gue suka sama lo!" Jawab Dira.

"Gue mohon. Jawab jujur dengan iya dan enggak aja" Revan memajukan tubuhnya dan menggenggam lengan Dira dengan kedua tangannya.

"Iya"

"Lo suka sama gue?" Tanya Revan lagi.

"Iya"

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang