Gue sekarang sampai di depan kantor , gue langsung mengetuk pintu.
Setelah di persilahkan masuk gue langsung masuk,dan betapa kagetnya gue seteleh melihat laki-laki yang sangat gue suka disana
Dia menoleh saat pintu gue buka.
Dan dia kembali fokus dengan tuturan pak Ferdyan atau guru matematika ku."Permisi bu,ibu manggil saya?"tanyaku to the poin ke bu Ega
"Oh Dira, ibu mau bilang nilai mu sudah naik. tapi kenapa sekarang tutun lagi?" kata bu Ega
" masa bu? padahal saya udah belajar sebelum ulangan." kataku antusias
" Ah dasar kamu ini..lain kali harus belajar! yang dapat nilai 50 cuma kamu di ulangan kali ini "
"Iya bu. soalnya bener bener susah. saya gak ngerti. maaf bu Ega. Lain kali saya bakal berusaha bu" kata gue mengiakan dan minta maaf agar percakapan ini selesai. Jika tidak ini tidak akan berujung.
Aku langsung pergi. Dan, kudengar sedikit nama ku dipanggil oleh pak ferdy, tidak jelas tapi aku yakin.
"bapak ada manggil saya? " tanyaku memastikan.
"ah?..kenapa dira?bapak bukan manggil dira kamu tapi dira kelas lain. GR banget kamu " kata pak Ferdy yang bikin gue malu. Bukan malu lagi tapi gue malu maluin.
"ih apaan sih ni bapak!" gerutu gue tapi kayaknya di denger tu sama pak Ferdi.
"ekhm...Dira kamu kelas apa?" tanya pak Ferdy
"11 ipa 2 pak " kataku agak males.
"oh yaudah sekalian. ini hasil ulangan matematika bulan kemarin sama dua bulan kemarin, bapak lupa bagiin. Tolong bagiin ya" kata pak Ferdy sambil memberi segepok kertas.
Berat sumpah. Masalahnya ni ulangan soalnya bejibun. Jadi, ngabisin kertas banyak. dan jadi lah kayak gini beratnya minta ampun.
tapi gue mah sok kuat aja, biar malu yang tadi tu rada ilang dikit. iya lah.. pasti malu.. di bilang GR sama guru di depan orang yang lo suka.
"Revan kamu boleh balik ke kelas" kata pak Ferdy kepada Revan.
Dan sekarang di sinilah gue. lagi jalan berdampingan di koridor sekolah sama Revan.
duh gue gak kuat. gantengnya itu lo...
Revan itu tipe cowok cool. Ada kesan dingin di mukanya. Tapi, rada rada bercampur sama kesan kocak yang bikin gue nambah kelepek kelepek. Dia tinggi dan putih. Sempurna banget dimata gue."berat? mau gue bantu?" tanya Revan ke gue.
"kalo ikhlas sih boleh. Tapi kalo mau, sampe depan kelas ya.."kata gue alakadarnya. Ya karena ini emang berat.
Di ambilah setengah dari tumpukan kertas ulangan tadi sama Revan
"kalo berat harusnya bilang. Lo sok kuat banget" kata Revan dengan jelas tanpa ragu ragu.
rasanya tu..nyess..
entah kenapa gue ngerasa malu sendiri.setelah beberapa menit yang gue anggep lama itu, akhirnya gue sampe di depan kelas gue.
Revan ngasi tupukan kertas ulangan tadi ke gue.
"makasi " kata gue ke Revan.
"sama sama. Btw gue Revan" katanya sambil mengulurkan tangan.
"Dira. Btw gue gak mukin bales jabatan tangan lo kan" sambil mengarahkan mata gue ke tumpukan kertas ulangan.
"gue lupa. duluan ya" katanya dan langsung pergi dari depan kelas gue tanpa babibu.
Atau sekedar nunggu jawaban gue bilang dadah kek,ok kek,sip kek apa kek..dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice
Teen Fiction"Sahabat dan keluarga adalah segalanya. Jadi gue harus mengorbankan sesuatu untuk mereka." Begitulah motto yang dimiliki oleh seorang Dira Amara Frisca. Seperti motto yang dimiliki oleh Dira. Kehidupan nyata adalah cerminan dari mottonya. dimana saa...