Augie POV
Hari ini adalah hari yang melelahkan. Setelah pulang sekolah tadi, gue langsung rebahan di atas kasur dan ketiduran.
Dan pas gue bangun, udah sore aja. Sekarang gue lagi di kamar, habis mandi, dan udah cakep.
*dert..dert..
HP gue bergetar menandakan ada sesuatu yang masuk.
gue mengecek notificationnya. dan gue bisa liat bahwa Revan ngundang gue ke group kelas. Dan gue segera nge'Add.
gue langsung mematikan HP gue kembali, lalu turun ke bawah.
"ma!" gue celingak celinguk mencari mama. Karena tak terdengar jawaban, jadi gue pergi ke dapur. Siapa tau mama lagi masak.
Setelah sampai di dapur, gue melihat mama yang sedang memasak sesuatu.
Gue kagetin ah..
gue mengendap ngendap berjalan ke belakang mama.
"MAMA!" gue menghentakan pundak mama.
"EGY!!"
"AAWW.." mama kaget dan gak sengaja jatuhin spatula yang panas kebawah, dan kaki mama menyentuh spatula yang panas itu.
"Mama gak papa?" Gue mematikan kompor, lalu berjongkok dan mengusap kaki mama yang terkena spatula tadi.
"Egy minta maaf ya ma.." Gue bangun dan membuka kulkas. Gue mengambil es batu yang ada di freezer, lalu membalutnya dengan kain yang ada di rak piring.
gue kembali mendekati mama yang sibuk mengusap usap kakinya. Lalu gue tempelkan es batu yang sudah di balut kain tadi ke kaki mama.
"Maaf ya ma, Egy gak sengaja. Niatnya mau berjanda, tapi malah kayak gini." kata gue sedikit menyesal.
"Hahaaha..." mama tertawa. Gue bingung sih, ngapain mama ketawa coba?
"Kamu ya, Usil banget! Mama jadi inget sama papa deh" mama mengusap wajah gue lalu menepuk-nepuk kepala gue. Entah kenapa gue suka di perlakukan seperti ini.
" Bangunin mama dong. Mama nggak suka duduk di lantai. Dingin!" gue tersenyum dan langsung membantu mama berdiri, lalu mama berjalan ke ruang keluarga. Gue mengikuti mama dari belakang.
Lalu mama duduk di Sofa panjang dan gue duduk disebelahnya.
" Entah kenapa, setiap kamu jailin mama, mama selalu inget papa kamu gy" mama memegang tangan gue.
"Mah..papa udah tenang disana. Dia juga kangen mama kok, Tapi mama harus bisa move on"
"Dasar. mama gak bercanda gy!"
"Egy juga gak bercanda ma. Udah deh, mama gak usah pikirin papa. Sekarang mama lanjutin masak dulu, aku udah laper nih!" gue merengek sambil menujuk perut gue yang sudah lapar ini.
"Kamu ini! makaaan aja pikirannya." mama beranjak dari duduknya lalu pergi ke dapur.
"Oh ya gy, Mama pikir, kalok punya pembantu enak kali ya? mama kan sibuk banget, jadi yang cuci baju kamu sama baju mama siapa? yang bersih bersih rumah siapa? kan jadi repot kalok mama yang kerjain sendiri. ya gak?" mama berbalik dan melihat gue.
"Kenapa kepikiran punya pembantu mah?" tanya gue. Tumben tumbenan mama pengen punya pembantu. biasanya mama gak mau punya pembantu. kenapa sekarang mau punya pembantu?
"Hem..soalnya... bulan depan, mama di angkat jadi...manager!!" mama jingkrak jingkrak kegirangan.
Ngeliat mama kayak gitu, gue jadi seneng banget. Mama bisa ngeikhlasin papa dengan cepat. Gue kira mama bakal stres kayak orang gila saat tau bahwa papa meninggal. Dan ternyata, mama tidak terlarut larut dalam kesedihan, mama bisa menerima kenyataan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice
Teen Fiction"Sahabat dan keluarga adalah segalanya. Jadi gue harus mengorbankan sesuatu untuk mereka." Begitulah motto yang dimiliki oleh seorang Dira Amara Frisca. Seperti motto yang dimiliki oleh Dira. Kehidupan nyata adalah cerminan dari mottonya. dimana saa...