Author
Sunyi. Mobil yang kini jumblah penumpangnga bisa dibilang banyak, yaitu 5 orang, tak sama sekali yang mau membuka atau memulai pembicaraan.
Masing masing berkutat dengan fikiran dan aktifitas mereka sendiri.
Revan selaku orang yang mengemudikan mobil, sibuk dengan aktifitas nyetir dan fikiran khawatir yang masih menghantuinya dari kemarin.
Augie? Rani? Mereka tak kalah sibuk dengan ponsel masing masing.
Luna yang merasa canggung dengan keadaan di dalam mobil ini menatap ke arah Dira yang duduk di sampingnya.
Dira kini menatap keluar jendela dengan wajah yang sangat khawatir. Sejak kemarin ia tidak tau bagaimana keadaan Feyrin sahabatnya. Makanya iya memaksa Augie untuk pergi ke rumah sakit tempat Feyrin di rawat sekarang juga bersamanya.
Ya. Sekarang 5 orang anak yang ada di dalam mobil sunyi ini akan pergi ke rumah sakit. Kebetulan guru sedang rapat jadi banyak siswa siswi yang membolos.
Tak lama kemudian merekapun sampai di Rumah Sakit Bhakti Mulya tempat dimana Feyrin di rawat.
Serempak mereka keluar mobil dengan langkah yang sedikit tidak sabaran.
"Kamar Fey dimana ya?" Tanya Luna.
"Kemarin dia masuk ICU tapi gue gak tau udah dipindah atau belum" Jawab Revan.
"Coba lo tanya deh van" Usul Dira.
Tak lama kemudian Revan pun kembali.
"Lantai dua nomor 204" Ucap Revan. Lalu mereka pun langsung bergegas menuju lift dan naik ke lantai dua.
Tak lama mencari, akhirnya mereka menemukan kamar nomor 204.
"Eh ini 204!" Kata Augie.
"Eh iya iya" sahut Rani.
Semuanya pun pergegas. Sampai di depan pintu entah kenapa semuanya jadi ragu ragu dan takut untuk membukanya.
Setelah beberapa menit hanya menatap kenop pintu, Dira memberanikan diri untuk memutar kenop pintu itu dan mendorong pintunya.
*Krrek..
Kini pintu telah sempurna terbuka.
Bahkan mereka yang ada di luar bisa melihat seorang perempuan sedang duduk sambil membaca buku di dalam ruangan tersebut, dan kini ia melihat kearah pintu yang terbuka.
"Wah!! Ada tamu. Sini masuk!" Ucap seorang wanita paruh baya yang awalnya menonton TV di sofa yang sudah di sediakan oleh rumah sakit ini.
" Hehe.. Iya tante" Jawab Dira, Augie, Revan, Luna dan Rani berbarengan sambil tersenyum.
"Eh rame banget! Makasi udah dateng" Feyrin tersenyum senang sambil menutup buku yang baru saja ia baca dan melepas kaca matanya.
"Gimana keadaan lo? Gue bener bener khawatir banget dari kemarin tau!" Dira menatap Feyrin dengan wajah yang khawatir.
"Gue gapapa. Cuma lemes aja" Jawab Feyrin.
"Eh Fey.. Ini kaca mata siapa?" Tanya luna sambil menggenggam kaca mata yang dipakai oleh Feyrin tadi.
"Kaca gue. Gue silinder sama minus dari kelas 10" Jawab Feyrin.
"Kok gue baru tau sih?" Tanya Dira.
" Iya gue selalu pake softlens. Tapi sekarang kan gak sempet" Jawab Feyrin lagi.
Semuanya pun mengangguk dan membulatkan bibirnya membentuk huruf O mendengar ucapan Feyrin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice
Teen Fiction"Sahabat dan keluarga adalah segalanya. Jadi gue harus mengorbankan sesuatu untuk mereka." Begitulah motto yang dimiliki oleh seorang Dira Amara Frisca. Seperti motto yang dimiliki oleh Dira. Kehidupan nyata adalah cerminan dari mottonya. dimana saa...