DBHP'2

258 30 2
                                    

-----

"Gila, tuh cowo apa cowo sih! Ganteng banget...!" Ujar Irene dengan suara super toa. Kedua tangannya memegang pipi, tersenyum menghadap siswa yang baru dia lihat.

Sahabatnya yang berada di dekat Irene hampir saja gendang telinganya pecah mendengar teriakan Irene tadi. "Ren, bisa gak sih volume suara lo dikecilin?!" Cibir Mesya.

"Gak bisa!" Cibir Irene dan menatap Mesya sinis, Mesya menjauhkan kepalanya dari bibir Irene.

"Tapi dia---" Baru dua kalimat Mesya ucapkan, dipotong oleh Irene.

"Tapi dia ngelirik Jessi doang deh, jangan-jangan..." Ujar Irene menggantung yang membuat para sahabatnya penasaran. Dan ketika mengucapkan kalimat 'jangan-jangan' Irene memutarkan kepalanya ke Jessica. Jessica mengerutkan keningnya, ia bingung kenapa semua sahabatnya menatap seperti itu.

Bel masuk berbunyi menandakan semua murid segera masuk ke kelas masing-masing. Menurut Jessi ini adalah kesempatannya untuk lari dari hadapan kelima sahabatnya yang sedang gila akibat tingkah laku Irene, Semua jadi terkena virus kepo.

"Awas!" Ujar Irene berusaha berdiri. "Gue pengen ke kelas udah bel, nih." Sambungnya dan meninggalkan sahabatnya yang masih duduk di tempat tadi.

Irene membalikkan badannya ke arah Jessi yang tengah melangkah pergi. "JES, JANGAN-JANGAN ITU COWO SUKA SAMA LOH!" Teriak Irene. Jessi mendengar teriakan Irene tapi dia mengabaikannya dan fokus berjalan.

Irene berdecak kesal, Jessi tidak menoleh kearahnya ataupun menjawab perkataannya. Para sahabat Irene hanya menatapnya datar kemudian meninggalkannya sendirian. Begitu sahabatnya sudah melangkah jauh, Irene berdecak kesal. "Sahabat sih gitu!" Ucap Irene menggerutu sendiri.

¤¤¤

Agesta telah sampai di depan pintu kelas XI IPA 2. Pintu kelas itu tertutup, tapi suara ocehan terdengar di telinga Agesta. Tak menunggu lama lagi, Agesta memutarkan knop pintu tersebut. Lalu membukanya.

Tiba-tiba saja ocehan para murid kelas XI IPA 2 terhenti, begitu melihat sosok Agesta yang berada di pintu kelas. Agesta berusaha bersikap sopan untuk menarik simpati mereka. Terbuailah senyum kemenangan dihati Agesta.

"Permisi." Sahut Agesta sopan. Ia melihat kursi kosong di pojok kiri paling belakang. Agesta menghampiri kursi itu. Tatapan mereka mengikuti arah kemana Agesta berjalan. Agesta bingung mengapa orang-orang menatapnya seperti hantu. Apa ada yang salah dengan penampilannya.

Justru penampilan dan wajah Agesta membuat murid di kelas ini menjadi pusat perhatian mereka. Agesta membalas dengan tersenyum tipis.

Beberapa kemudian semua pasang mata yang menatap Agesta teralihkan. Ketika seorang pria memasuki kelas mereka. Nama pria itu Gio Jino Prasetyo. Salah satu badboy di SMA Kartika.

Begitu pandangannya tertuju ke arah Agesta, langkah kakinya terhenti. Raut wajahnya yang semula riang berubah menjadi penuh kekesalan.

Agesta yang sudah duduk di tempatnya sambil membaca buku. Ia tahu ada seseorang yang menatap kearahnya, tapi ia tidak memandang orang tersebut. Hanya sedikit mencuri pandangan kearah orang yang Agesta tidak kenal.

Gio kesal, karena kursi yang seharusnya ia duduki berganti di tempati oleh orang yang ia tak kenal. Dan menempatinya tanpa seizinnya. Ia sudah memesan kepada teman-temannya bahwa bangku yang berada di pojok kiri paling belakang itu adalah tempatnya. Hati Gio tambah geram. Kakinya kembali melangkah menuju tempat duduknya.

"Woy! Ngapain lo duduk disini!" Bentak Gio sambil menggebrak meja dengan tangan kanannya. Agesta tersentak kaget, buku yang ia baca sedikit terangkat.

Di Balik Hati PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang