DBHP'16

77 10 1
                                    

Vote & Comment!!😍
___

Mereka yang melihat tubuh Jessi roboh, berhenti melakukan aksi tinju-meninju. Chiko dan Agesta terkejut melihat Jessi terdampar di tanah.

"Biar gue yang angkat dia! Mending lo cari taksi!" Titah Chiko. Dan kali ini Agesta menuruti perintah Chiko hanya demi Jessi.

Chiko segera membopong tubuh Jessi sedangkan Agesta pergi mencari taksi.

¤¤¤

Ketika mereka sampai di depan rumah Jessi, Agesta segera mengetuk pintu rumah kekasihnya itu.

Tok, tok, tok.

"Bi, bibi!" Panggil Chiko seraya membopong tubuh Jessi. Tak berselang waktu kemudian Mba Jijah membukakan pintu tersebut.

Chiko segera masuk ke dalam membawa Jessi ke kamarnya, dan Agesta hanya mengikuti dari belakang. Sedangkan Mba Jijah kebingungan apa yang sebenarnya telah terjadi dengan Jessi.

"Aduh, jangan-jangan mba Jessi..." Mulut Mba Jijah berkutat sendiri.

Di dalam kamar Jessi berbaring pulas, entah sampai kapan ia terbangun dari pingsanya itu. Sedangkan Agesta dan Chiki hanya dapat berdiam diri.

Diantara mereka tidak ada yang mau membuka suara. Hanya beberapa detik mata mereka bertemu namun setelah itu dialihkan kembali.

Tiba-tiba pintu kamar Jessi terbuka, dan ternyata Mba Jijah yang membukanya. "Mas Chiko, sebenarnya apa sudah terjadi sampai Jessi seperti ini?" Tanyanya penuh kekhawatiran.

"Kita berdua sempat berantem dan Jessi pengen memisahkan pertengkaran kita. Tapi cowok ini malah ninju Jessi sampai pingsan begini, Bi." Ujar Chiko seraya tersenyum licik ke arah Agesta.

Dan Agesta yang mendengar ucapan Chiko merasa geram, ucapannya itu sama sekali tidak benar. Sepertinya Chiko memang sengaja ingin membuat Agesta meluapkan emosinya di depan Mba Jijah.

"Itu nggak benar Bi!" Tegas Agetsa.

"Jujur aja si, sok-sok'an jaga image." Pekik Chiko membuat Agesta tidak bisa menahan emosinya itu. Ia berdiri dan melayangkan sebelah tangannya ke arah Chiko.

"Stop Agesta." Ucap seseorang dengan nada suara lirih, membuat Agesta berhenti melakukan aksi tersebut. Dan ternyata itu suara Jessi, ia sudah terbangun dari pingsannya.

"Jes, kamu udh bangun?" Ucap Agesta seraya mengusap dahi Jessi.

Jessi tersenyum, "Sebenarnya kalian punya masalah apa sih, sampai kalian bertengkar seperti tadi?"

Hening.

Chiko dan Agesta bungkam, diam seribu bahasa. "Kenapa pada diam?" Ucap Jessi seraya menatap mereka berdua secara bergantian.

Mba Jijah yang melihat suasana seperti itu segera keluar dari kamar Jessi. "Non, bibi keluar dulu ya?" Pamit Mba Jijah dibalas dengan anggukan kepala oleh Jessi.

Dan ternyata mereka masih membisu, kemudian tangan kanan Jessi meraih lengan kanan Agesta dan tangan kirinya meraih lengan kanan Chiko.

Seketika mereka terkejut dan mata mereka teralihkan untuk melihat apa yang akan selanjutnya Jessi lakukan.

Jemari tangan Agesta dilekatkan dengan Jemari tangan Chiko. "Gue pengen tuh kalian damai." Ujar Jessi lembut.

Jessi menghela nafas pelan, "Gini deh, kalo kalian nggak mau cerita tentang masalah kalian, gue pengennya kalian damai sekarang di depan gue apapun caranya." Titah Jessi, mereka berdua yang mendengar ucapan terkejut dalam diam.

"Please, gue mohon sama kalian." Jessi memasang wajah puppy eyes. "Kalau kalian sayang sama gue, turuti perintah gue kali ini aja." Lanjutnya.

"Ya udah, gue mau minta maaf sama lo Ges." Ujar Chiko datar, yang ia lakukan hanya sangat terpaksa karena dia ingin membuat Jessi senang dan meluluhkan hatinya.

Dalam pikiran Agesta, Chiko pasti melakukan hal itu cuma rekayasa. Dia pun melakukan hal yang sama seperti Chiko.

"Oke, maafin gue juga ya." Mereka saling menjabat tangan dan menampakkan fake smile mereka masing-masing.

"Nah gitu dong, jadi gue seneng liatnya." Ujar Jessi.

"Ya udah Jes, urusannya udah selesai kan. Gue mau cabut dulu, semoga cepet sembuh ya." Ujar Chiko seraya berdiri.

"Oke, hati-hati ya." Chiko tersenyum ke arah Jessi dan ia pun membalas tersenyum untuk Chiko. Dan setelah itu Chiko segera keluar dari kamar Jessi.

¤¤¤

Agesta telah berpamitan kepada Jessi bahwa ia ingin pulang, namun nyatanya ia pergi menemui Mba Jijah yang berada di dapur sedang mencuci piring.

"Mba Jijah." Panggilnya dengan nada datar, sontak Mba Jijah menoleh ke arah sumber suara.

"Iya, ada apa mas Agesta?"

"Saya mau tanya, Chiko itu memang udah deket banget sama Jessi?" Tanyanya dengan serius.

"Kenapa nanya soal itu, mas?" Ujar Mba Jijah.

"Yaelah, tinggal jawab doang pake nanya lagi." Titah Agesta sedikit kasar ucapannya.

"Chiko memang sudah kenal Jessi sejak kelas 10, waktu itu mereka sangat dekat sampai mas Chiko sering ke sini dari menjemput dan mengantarkan Jessi pulang. Tapi semenjak kelas 11 mereka rada renggang gitu kedekatannya apalagi semenjak..." Jelas Mba Jijah namun terhenti sedikit membuat Agesta penasaran.

"Semenjak, apa?" Tanya Agesta dengan tatapan yang melekat ke arah Mba Jijah, namun Mba Jijah hanya membisu.

"Jawab, bi!" Tegas Agesta

"Ngapain nanya-nanya masa lalu orang, urusin dulu tuh diri lu!" Ucap seseorang membuat Agesta tersontak kaget dan menoleh ke belakangnya. Entah sejak kapan Chiko berada di belakang Agesta.

"Chiko."

"Lo takut Jessi jadi milik gue?" Ucap Chiko dan memberi penekanan disetiap kalimat.

"Kalo emang udah takdir gimana, apa lo mau ubah takdir itu. Sama aja lo menantang tuhan!" Pekik Chiko.

Dan Agesta hanya diam mendengar ucapan Chiko, dalam batinnya seorang pembunuh itu kehilangan kesadaran dan pasti tak tau ataupun tak mengetahui adanya tuhan.

"Oh iya, tadi itu gue minta maaf sama lo cuma rekayasa. Kita tetap berperang sesuai Janji itu" Titah Chiko.

Agesta tak mau mendengar ucapan yang akan dikeluarkan dari mulut Chiko selanjutnya, ia segera pergi dari dapur menuju teras. Setelah itu Chiko tersenyum miring.

"Bi, jangan bilang soal tadi ke Jessi ya?" Pinta Chiko.

"I-iya mas." Mba Jijah mengangguk mengerti namun hatinya merasa tidak tenang mendengar ocehan Chiko tadi terhadap Agesta.

¤¤¤

Salam-Dellazzoit31⬇

Di Balik Hati PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang