DBHP'13

79 11 2
                                    

___

"Eh kenapa ada mobil polisi kaya gini?" Ujar Kiki yang baru sampai di depan sekolah, ia penasaran ketika melihat situasi sekolahnya. Mereka tengah berdiri di depan pintu gerbang.

"Coba kita liat ke dalam." Mereka segera masuk dan memang benar banyak aparat kepolisian yang datang.

"Pak, ini ada apa ya?" Tanya Jessi kepada salah satu anggota polisi.

"Ada peristiwa pembunuhan yang korbannya salah satu murid disekolah ini dan pelakunya itu adalah satpam sekolah kalian." Ujar Pak polisi.

"Oke terima kasih ya Pak informasinya." Ucap Jessi seraya tersenyum.

Pak polisi itu mengangguk dan tersenyum kemudian pergi.

"Kok gue nggak nyangka dah, satpam yang punya hati baik seperti dia membunuh orang. Apa dia ada masalah." Ujar Jessi.

"Kita ke sana aja liat apa yang sebenarnya terjadi." Titah Irene.

Mereka menghampiri kerumunan orang yang entah sedang melihat apa di sana. Dan ketika mereka berhasil membuka kerumunan tersebut agar dapat melihat apa yang terjadi, ternyata sedang melihat Pak Satpam yang ingin di bawa ke kantor Polisi untuk dipertanyakan tentang kejadian itu.

"Jessi lo mau tau nggak alasan Pak Satpam bunuh Reno?" Celetuk Mesya yang entah datang dari mana, pasalnya ia tidak berangkat bareng dengan Jessi.

"Korbannya Reno?"

"Iya, katanya sih gara-gara dia nggak punya uang untuk memenuhi kebutuhan dan dia terpaksa membunuh si Reno. Terus dia mengambil organ dalamnya untuk dijual." Jelas Mesya dengan detail.

"Cuma gara-gara itu, tega banget si Satpam dan yang dia bunuh adalah murid terpintar di sekolah ini. Pasti orangtuanya sedih banget." Irene mengoceh tanpa henti dia begitu antusias dengan emosinya yang meluap-luap.

"Ya sudah kita ke kelas." Titah Jessi.

"Lah, emangnya nggak libur gitu." Tanya Kiki kepada teman-temannya namun tidak ada yang merespon sama sekali. Di dalam otaknya hanya ada kata 'libur' ketika masuk ke sekolah.

¤¤¤

"Akhirnya semua berjalan dengan lancar tanpa ada yang tahu tentang hal ini." Ucap batin Agesta, dia melihat kejadian itu dari kejauhan.

"Gue dapat duit 500 juta cuman menjual organ Reno, berharga juga dia." Ujarnya cukup pelan, ia tersenyum bahagia di atas penderitaan orang.

"Oh ternyata semua ini lo yang melakukan bukan Pak Satpam. Dan gue akan ngebongkar soal ini." Titah Chiko dari belakang Agesta dengan suara yang lumayan terdengar keras, untung saja tidak ada yang mendengar ucapannya.

"Sekarang pun gue bisa ngebongkar itu semua." Chiko tersenyum menyeringai.

Agesta diam seribu bahasa ternyata ada orang mendengar ucapannya tadi, ia bingung apa harus memohon dengan Chiko atau ia membiarkan saja tapi dia akan kena masalah.

"Kenapa diam?"

"Oke gue nggak akan ngebongkar ini semua, tapi gue akan membuat hubungan lo dengan Jessi pecah." Titah Chiko penuh penekanan setiap kata.

"Terserah lo mau melakukan apa, tapi gue akan tetap mempertahankan hubungan gue dengan Jessi apapun caranya." Tegas Agesta dengan nada suara rendah.

"Mempertahankan dengan kebohongan, itu nggak akan bisa karena pasti akan terbongkar." Chiko terkekeh.

Emosi Agesta perlahan-lahan mulai naik akibat tingkah Chiko terhadapnya. Ia mulai geram dan Agesta meninju rahang Chiko hingga sebelah sudut bibirnya berdarah.

Chiko mengusap sudut bibirnya yang berdarah itu. "Maksud lo apa!" Chiko membalas meninju rahang Agesta.

"Stop!" Teriak seseorang membuat aksi tinju-meninju terhenti.

"Kalian kenapa berantem kaya gini, kalo ada masalah diselesaikan baik-baik." Ujar Jessi.

Chiko pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun sambil membawa raut wajah kesalnya.

"Sebenarnya ada apa sih Agesta?" Tanya Jessi dengan raut wajah penasaran.

"Lo nggak usah ikut campur masalah gue dengan dia." Tegas Agesta seraya pergi dari twmpat itu membuat Jessi terkejut dengan ucapan kekasihnya.

"Kenapa dia ngomong kaya gitu, apa dia ada masalah besar dengan Chiko. Tapi seharusnya dia kasih tau gue biar gue cari solusinya buat nyelesain masalah itu karena gue kekasihnya" Ucap Batin Jessi, ia kecewa dengan sikap Agesta tadi.

"Jes, nggak usah dipikirin mungkin dia punya masalah pribadi dengan Chiko." Irene mencoba menenangkan Jessi seraya mengusap pundak temannya itu.

Mereka kembali ke kelas karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.

¤¤¤

Bel pulang berbunyi, Jessi menarik lengan Irene untuk segera keluar kelas. Jessi dengan Agesta tidak ada yang mau membuka suara sejak kejadian tadi pagi. Jessi masih kecewa dengan ucapan Agesta.

"Lo kenapa sih buru-buru amat?" Ujar Irene dengan kesal akibat tingkah Jessi tadi.

"Ayo cepet pulang."

Jessi berjalan dengan terburu sambil menarik lengan Irene tanpa melihat ke arah depan, hingga ia tertabrak dengan seorang pria. Untung saja pria itu menahan tubuh Jessi kalau tidak mungkin ia sudah jatuh ke lantai.

Agesta yang baru saja keluar kelas melihat kejadian itu tambah merasa geram dengan Chiko, ia segera pergi menuju parkiran. Jessi pun melihat kepergian Agesta saat kejadian itu berlangsung.

"Makasih ya Chiko." Ucapnya.

Chiko tersenyum tipis seraya pergi tanpa mengatakan apapun.

Jessi memasang raut cemas, takut kalau Agesta marah melihat kejadian tadi.

"Lo kenapa cemas kaya gitu, takut Agesta jealous ngeliat lo ditolongin Chiko." Ledek Irene.

"Ng-nggak."

"Yaelah nggak usah bohong kali, gue udah tau kok kalo lu tuh udah jadian sama Agesta."

"Tau dar..." Dan Irene yang sekarang menarik lengan Jessi seraya berjalan menuju gerbang. Mereka menghampiri teman-temannya yang menunggu mereka dari tadi.

¤¤¤


Salam_Dellazzoit31👈

Di Balik Hati PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang