DBHP'11

109 12 0
                                    

Vote+komennya readers!!
___

Malam ini terasa sangat membosankan bagi Jessi mungkin karena ia sendirian di rumah, hanya ada Mba Jijah pembantunya. Orang tuanya pergi ke luar negeri untuk menjalankan cabang usahanya disana dan mereka hanya pulang satu bulan sekali. Itu pun belum tentu mereka pulang.

Jessi merasa kesepian dan terkadang ia ketakutan ketika mengingat kejadian pembunuhan di rumah tetangganya. Situasi yang ramai ialah ketika teman-temannya berkumpul di rumah dia.

Tiba-tiba ponsel Jessi menyala menandakan ada yang mengirimnya pesan.

[Agesta Prajoerney]

Mett malam, udah tidur ya?

Belum kok, ada apa ya?

Bsk gue mau ngajak lo jalan-jalan, mau nggk?

Mau sekalian refresing.

Ok, jam 7 malam gue jemput lo.
Jngn ngaret, nggk perlu make up udah CANTIK kok.

B aja.

Pipi Jessi mendadak blusing ketika Agesta mengatakan 'cantik'. Seketika perasaan Jessi terbawa asmara yang begitu dalam.

Jngn baper.

Nggk.

Ywdh mett tidur Jes, smoga mimpi indah.
[Read]

Jessi tersenyum sendiri, Agesta berhasil membuat dirinya terpanah. Kini dia merasakan hal itu walaupun berupa ketikan dari Agesta.

¤¤¤

Malam ini Jessi sudah siap dengan busana yang telah ia kenakan. Dan terlihat bahwa Jessi cantik dan fashionable malam ini. Agesta yang sedari tadi melihat gadis itu di depannya terpesona. Walaupun Jessi mengenakan pakaian yang sederhana ia tetap terlihat cantik di mata Agesta.

"Agesta." Panggil Jessi.

"Ya."

"Kapan mau berangkatnya?"

"Sekarang, ayo naik." Jessi langsung menghampiri jok motor Agesta dan menaikinya.

Agesta melajukan motor dibawah rata-rata, ia ingin menikmati angin malam yang segar ditemani perempuan di belakangnya.

"Lo nggak kedinginan Jes?" Tanya Agesta.

"Enggak lok malahan gue menikmati angin malam kaya gini." Ujar Jessi.

"Lo pasti menikmati juga gimana rasanya diboncengin sama gue, lebih segar dari angin malam." Ujar Agesta tersenyum penuh arti.

Untuk kedua kalinya Agesta membuat Jessi salah tingkah seperti ini.

Sesampainya di tempat tujuan mereka turun dari kendaraan milik Agesta. Jessi bingung kenapa Agesta berhenti di cafe, tujuan mereka yaitu jalan-jalan menelusuri sepanjang lalu lintas.

"Kenapa kita ke sini?" Tanya Jessi sebelum mereka masuk ke dalam cafe tersebut.

"Gue pengen ngomong sesuatu sama lo." Ujar Agesta dan saat itulah ia menarik lengan Jessi agar segera masuk.

Mereka duduk di kursi kosong perasaan bimbang melanda hati Jessi.

"Ges lo mau ngomong apa?"

"Lo menganggap gue sebagai apa?" Tanya Agesta dengan tatapan yang dingin.

"Sebagai teman." Jawab Jessi penuh keraguan sebenarnya bukan itu yang ingin ia jawab.

"Gue juga menganggap lo sebagai teman, tapi kalau dari hati gue lo bukan teman melainkan bidadari yang udah menjebak hati gue" Ujar Agesta sesuai dengan isi hatinya.

Di Balik Hati PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang