DBHP'8

103 16 2
                                    

___

Selepas pulang sekolah Agesta sibuk mempersiapkan barang-barang belatinya yang akan dimasukkan ke dalam tas hitam miliknya. Dirinya sudah rapi dengan pakaian serba hitam. Agesta akan menjalankan sebuah aksi brutalnya yang ditugaskan oleh seseorang dan dibayar dengan sejumlah lembaran uang.

Ini salah satu prioritasnya.

Lima belas menit sudah Agesta mempersiapkan semuanya dan sekarang ia sudah berada di teras sedang menyalakan motornya. Setelah itu ia siap untuk melajukannya.

Arah yang ia tempuh bukan menuju ke tempat orang yang akan ia bunuh, melainkan ke tempat orang yang telah menyuruhnya melakukan aksi ini.

¤¤¤

Sesampainnya di tempat tujuan pertama, Agesta turun dari motornya. Ia melihat sekeliling rumah tersebut yang terlihat mewah dengan lampu-lampu yang menghiasi pada malam ini.

Begitu Agesta melihat door bell yang terpasang di tembok samping pagar. Agesta menekan tombol tersebut. Tak lama kemudian pemilik rumah keluar dan menghampiri Agesta yang berdiri di depan pagar.

"Hai selamat malam." Sapa pria yang terlihat sudah berumur tiga puluh keatas.

"Selamat malam pak."

"Lebih baik kita ke dalam saja." Ajak pria paru baya tersebut. Agesta mengikutinya dari belakang.

Begitu mereka sudah berada di dalam, pria itu mempersilahkan Agesta duduk di sofa. Mulailah mereka berbincang-bincang tentang misi mereka yang akan dilakukan oleh Agesta.

"Baik, kamu harus melakukannya dengan teliti dan jangan sampai gagal ataupun ketahuan orang lain." Titah pria itu kepada Agesta.

Agesta tersenyum dengan kesan yang menyombongkan diri. "Yaelah bos tenang aja semua bakalan beres tanpa kendala apapun." Ujar Agesta.

"Oke kalau begitu, ini saya kasih DP 20 juta dulu nanti kalau kamu berhasil akan saya tambahkan 50 juta." Ujar pria tersebut sambil menyerahkan sebuah amplop coklat tebal yang berisikan lembaran uang.

Senyum kemenangan terbentuk di sudur bibi Agesta. "Sip bos."

"Dan ini alamatnya." Pria itu menyerahkan selembar kertas kecil yang telah tertulis alamat rumah yang akan Agesta tujui nanti.

Tangan Agesta langsung mengambil kertas tersebut. Begitu ia baca alamat yang tertera wajah Agesta terbelalak kaget. Alamatnya sama persis dengan alamat rumah Jessi, hanya nomor rumah yqng berbeda.

Namun Agesta tidak perlu takut, karena mangsa yang akan ia bunuh kata sang pria di hadapannya tidak mempunyai seorang anak. Kemungkinan besar memang bukan rumah Jessi yang akan ia tujui, tapi rumah orang lain yang berdekatan dengan rumah Jessi.

Kemudian Agesta berdiri dan bergegas keluar rumah pria tersebut. Setelah Agesta memakai helm dan menaiki di jok motornya, pria tadi keluar dan berdiri di ambang pintu rumahnya.

"Ingat jangan sampai gagal." Titah pria itu. Agesta hanya mengacungkan jari jempolnya. Dan setelah itu ia melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

¤¤¤

Malam ini Jessi tidak bisa tidur, ia melirik jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sedari tadi dia sudah mencoba untuk tidur dengan membaringkan tubuhnya, mengerjap-ngerjapkan matanya setiap detik agar matanya cepat kantuk. Tapi itu semua tak kunjung membuahkan hasil.

Dirinya sedang dilanda insomnia.

"Aduh kenapa mata gue nggak bisa merem sih!" Gerutu Jessi kesal.

Jessi berusaha memejamkan matanya dengan bantal kecil, namun dirinya tetap tidak bisa tidur. Saking kesalnya ia melempar bantal tersebut.

"Ih... gue kesel banget." Jessi mengacak-acak rambutnya frustasi. Kemudian ia mengambil remote TV yang ada di sampingnya kemudian menekan tombol merah.

Chanel yang terlayar di TV-nya merupakan seputar berita di malam hari.

"Kembali lagi di News ID, malam ini saya akan membawakan seputar berita kriminal yang sering terjadi di beberapa kota ini. Dikarenakan maraknya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang psikopat yang kerap terjadi di masyarakat luas."

Jessi mendengus kesal mendengar pembukaan berita tersebut. Dia mematikan Televisi-nya. "Yaelah tentang psikopat!" Gerutunya. "Tapi kok gue jadi ingat pembunuhan Gio yah." Sambungnya.

"Ah bodo amat, mending gue tidur."
Dia kembali membaringkan tubuhnya menyamping ke arah jendela. Perlahan matanya terpejam. Dia menguap pertanda ia sudah mulai kantuk.

"Akhirnya ngantuk juga." Ujar Jessi sambil menguap. Matanya mulai terpejam pergi ke alam mimpi.

Namun baru 15 menit Jessi terlelap tidur, suara jeritan dari luar rumah membuat ia terkejut.

"Aaaaa..."

Jessi terkejut, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. "Aduh... suara siapa sih!" Gerutunya dan segera beranjak menuju jendela. Kamar Jessi berada di lantai dua, jadi ia bisa melihat keadaan di bawah rumahnya.

Jessi mengucek sebelah matanya yang agak sedikit gatal, setibanya di jendela Jessi melihat seseorang yang ingin mengendarai sepeda motornya di sebrang sana. Di depan rumah tetangganya.

Begitu Jessi melihat model motor orang tersebut, sepertinya motor itu terlihat familiar di mata Jessi. Ketika Jessi ingin melihat bagian nomor plat motornya. Motor itu dilajukan oleh pengemudinya.

"Kok motornya mirip kayak punya Agesta?" Tanya Jessi pada dirinya sendiri.

¤¤¤

Salam-Dellazzoit31👀👅

Di Balik Hati PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang