DBHP'9

110 12 0
                                    

____

"Kok tumben, si Jessica belum datang?" Tanya Irene kepada teman-temannya yang sejak tadi menunggu kehadiran Jessi di koridor bawah, serta sambil menunggu bunyinya bel masuk.

"Tau, padahal lima menit lagi bel masuk." Ujar Mesya sambil melirik jam tangannya.

"Dia pasti datang kok cuma agak lambat." Ujar Dera, namun tak lama kemudian orang yang ditunggu akhirnya tiba di hadapan mereka dengan nafas tersengal-sengal akibar berlari.

"Huft!"

"Lo tumben telat?"

"Iya nih, soalnya tetangga gue jadi korban pembunuhan." Ketika mendengar ucapan Jessi mereka terkejut.

"Astagfirullah, tetangga lo yang rumahnya di mana Jes?" Tanya Irene dengan hebohnya.

"Itu tetangga yang di depan rumah gue. Di situ ramai banget banyak aparat kepolisian sama warga pada datang." Jelas Jessi. "Sampai gue susah keluar rumah saking ramainya."

"Owh, ya udah kita ke kelas dulu, keburu bel nanti." Titah Kiki.

"Ih nanti dulu, gue mau tau ceritanya Jes." Rengek Irene. "Ceritain dong."

"Di kelas aja sih Ren."

Mendengar ucapan Jessi wajah Irene langsung menggerutu kesal. Pasalnya sedari tadi teman-temannya tidak ada yang mau membelanya untuk membujuk Jessi. Irene memang selalu kalah dalam hal meminta apa yang ia mau agar segera dilakukan. Mereka akhirnya pergi ke kelas masing-masing bersamaan dengan bunyinya bel masuk.

¤¤¤

"Bye kawan-kawan!" Jessi dan Dera melambaikan tangannya kepada keempat sahabatnya yang pulang lebih dulu, karena dia dan Dera ingin membicarakan sesuatu.

Ketika Irene dan yang lainnya sudah keluar dari  gerbang sekolah, Jessi dan Dera duduk di kursi panjang yang dekat dari tempat mereka berdiri.

"Jes, lo mau ngomongin soal orang misterius yang bunuh tetangga lo dan yang lo sangka itu Agesta?" Tanya Dera.

"Iya Der, habisnya gue penasaran banget."

"Memang lo udah yakin kalau yang lo liat itu motornya Agesta?" Lagi-lagi Dera bertanya.

"Ya gue juga kurang tau, tapi motor yang gue liat itu hampir sama kayak motornya Agesta. Dilihat dari model dan warna motornya." Jelas Jessi. "Tapi gue juga nggak sempet buat lihat nomor plat motornya, aduh gue penasaran Dera. Coba dong lo introgasi pakai kekuatan lo itu." Titah Jessi dengan memasang tampang frustasi.

"Aduh gue juga nggak tau kalau tentang itu." Ujar Dera kikuk yang tanpa di ketahui oleh Jessi.

"Gimana dong gue penasaran." Gerutu Jessi.

Dia takut kalau orang yang dilihat waktu itu adalah Agesta dan terbukti kalau Agesta yang sudah membunuh tetangga Jessi. Dia akan berusaha menjauhi Agesta agar hati Jessi tidak terlalu dalam menanggapi rasa yang ada di hatinya untuk Agesta saat ini.

"Maafin gue Jes, maafin gue udah bohong sama lo. Padahal gue tau siapa yang melakukan itu semua, tapi gue takut kalau lo tau pembunuhnya itu Agesta lo pasti bakal jauhin dia. Dan gue khawatir Agesta akan melakukan hal buruk kepada lo." Ujar batin Dera

"Saat ini gue hanya mengawasi lo dari kejauhan saja, kalau lo memang mulai dekat sama dia."

"Dera?" Panggil Jessi sambil melambaikan sebelah tangannya ke hadapan Dera.

Dera tersentak bangun dari lamunannya, "Iya Jes."

"Kok lo melamun sih, lagi mikirin sesuatu ya?"

Di Balik Hati PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang