DBHP'4

212 25 11
                                    

___

Deruman motor Agesta berhenti di depan rumahnya. Agesta membuka helm dan melangkah menuju pintu rumahnya. Agesta mencoba memutarkan knop pintunya, ternyata tidak di kunci. Begitu pintu telah dibuka, ia melihat adiknya --Tara-- sedang tertidur pulas di sofa. Ia menggelengkan kepala melihat tingkah laku adikknya. Kemudian ia melangkah menuju kamarnya.

"Huft... hari yang melelahkan." Agesta menghembus nafas gusar, kemudian menaruh tasnya di lantai karena tas itu juga terkena darah Gio sebab Agesta menaruh benda belatinya di tas tersebut.

Agesta duduk di tepi tempat tidurnya. Tapi ia mencium bau darah di sekitar tubuhnya. Agesta membuka jaketnya yang sedari tadi masih ia kenakan. Ternyata, hampir seluruh baju seragamnya ternodai darah Gio.

"Pantes bau hanyir." Agesta bangkit dan mengambil handuk. Lalu bergegas ke kamar mandi.

Setelah Agesta membersihkan tubuh dan semua pakaiannya yang ternodai cairan merah. Kemudian ia memasak santapan malam. Malam ini dia tidak memakai menu "Human Flesh". Melainkan hanya daging biasa. Padahal Agesta sudah berjanji pada adiknya, bahwa akan membawakan daging manusia dan akan dijadikan santapan malam ini. Menurut dia belum waktunya. Walaupun 4 jam yang lalu ia berhasil membunuh manusia.

"Kak!" Teriak Tara dari ruang tamu.

"Apa!" Sahut Agesta dari dapur.

Tak lama kemudian, Tara menghampiri Agesta yang sedang memasak. Tara mengendus-ngendus ke setiap sudut ruangan dapur. Bagaikan anjing yang sedang melacak.

"Ngapain ngendus-ngendus begitu. Udah kaya anjing tau." Cibir Agesta ketika melihat tingkah adikknya.

Tara memutar bola matanya sinis. "Eh, lo bukan masak daging manusia ye?" Tara menunjukkan daging yang ada di atas nampan ke Agesta. Agesta mengangguk pelan. "Lho, kenapa? Nggak ada mangsa? Atau---"

"Gagal." Tara belum sempat menyelesaikan ucapannya, Agesta memotongnya.

"Gagal? Baru kali ini gue denger lu gagal ngebunuh orang." Timpal Tara.

"Udahlah jangan banyak ngomong, tunggu aja sih di meja makan." Ujar Agesta ketus. Tara yang mendengar ucapan itu langsung melangkah menuju tempat yang Agesta ucapkan. Kalau sudah berbicara soal makanan dengan Tara, tidak akan selesai. Selalu di pertanyakan. Makanya, Agesta selalu mengakhiri ucapannya dengan ketus agar Tara berhenti bercakap.

¤¤¤

Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Agesta sudah berada di sofa dengan seragam yang telah ia kenakan. Ia tidak mungkin memakai seragam kemarin sebab noda merah tidak bisa hilang apalagi sebanyak itu. Untung saja Agesta punya 3 baju seragam jadi ia masih punya cadangan.

Agesta duduk di sofa sambil menatap layar televisi. Begitu lagi asyik nonton kartun, gambar yang tertera bukan sebuah film kartun namun terganti menjadi seputar berita hangat yang terlayar di televisi. Menurut Agesta itu berita hot, berita pembunuhan.

"Sekilas berita pagi ini di tegangkan dengan berita pembunuhan di jalan Mekar Kosong. Seorang remaja SMA tewas di bunuh. Sebelah mata korban dicongkel oleh sang pelaku. Dan hampir seluruh tubuhnya di penuhi oleh darah. Pembunuhan keji ini terjadi kembali. Sekarang polisi sedang melakukan TKP dan mencari pelaku pembunuhan tersebut." Itulah sekilas berita yang Agesta dengarkan.

Agesta bukannya merasa takut atau terkejut, melainkan menimbulkan ekspresi kemenangan di wajahnya. "Gue yang bunuh dia..." Agesta berbicara sendiri seakan ia jujur di depan publik bahwa dia yang sudah membunuh Gio.

Satu hal yang Agesta bayangkan, akan ada berita hot di sekolahnya. "Bakalan ada berita besar nih." Agesta terkekeh sendiri.

Tak lama kemudian Agesta beranjak mengambil tasnya. Tas yang kemarin pun berbeda dengan tas yang sekarang ia pakai. Sebab tas yang kemarin juga terkena darah Gio akibat Agesta menaruh benda belatinya di tas tersebut. Tapi itu tak masalah baginya.

Di Balik Hati PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang