DBHP'14

82 9 2
                                    

___

Jessi menyusuri lorong koridor menuju kelasnya, ia berjalan dengan santai. Karena dia datang sangat awal terlihat suasana koridor cukup sepi hingga suara hembusan angin pun terdengar di telinganya.

Namun ketika beberapa langkah lagi ia sampai di depan kelasnya, seseorang memegang pundak Jessi. Refleks Jessi menoleh ke belakang dan ternyata itu Agesta.

Wajah Jessi berubah menjadi murung, ia mengalihkan pandangannya ke depan.

"Ada apa?" Ujar Jessi singkat, dan Agesta memegang kedua tangan Jessi.

Dan Jessi yang tersentak kaget melihat pria yang ada di depannya itu memegang tangannya.

"Jes, maafin gue kemarin ngomong kaya gitu sama lo." Ujar Agesta. "Gue bukan bermaksud begitu, dan emosi gue kemarin nggak terkontrol. Please maa..." Ujar Agesta namun dipotong oleh Jessi.

"Gue udah maafin lo kok." Titahnya. "Sebenarnya lo punya masalah apaan sama Chiko, cerita sama gue kali aja gue bisa bantu." Ujar Jessi penuh pengertian.

"Hmm, gue nggak mau lo terlibat dalam masalah gue. Please lo nggak perlu tau masalah ini lagi pula cuma masalah kecil kok." Jelasnya.

"Okey." Jessi tersenyum simpul ia pasrah dengan Agesta. Walaupun ia ingin tahu masalah apa yang sedang dihadapi kekasihnya itu dengan Chiko.

Agesta pun membalas senyuman Jessi dengan mencium lengan perempuan yang ada di hadapannya.

Dan tiba-tiba seorang perempuan datang mengacaukan suasana damai mereka.

"Dasar cewek kecentilan nggak tau malu! Dia itu bukan pacar lo, seenak jidat lo ngedeketin dia. Jangan harap lo bisa dapetin Agesta!" Tegas Megan yang tiba-tiba datang mengehentak tangan Agesta ketika mengenggam tangan Jessi.

"Apa-apaan lo ngegentak sahabat gue kaya gitu!" Celetuk Irene yang tiba-tiba datang dan membela Jessi. Lagi-lagi Irene yang membantu Jessi melawan ocehan Megan.

"Apa urusannya sama lo, jangan ikut campur deh!" Ketus Megan menatap sinis Irene.

"Eh Cewek kecentilan udah berapa kali sih gue bilang sama lo, jangan deket-deket Agesta. Lo nggak berhak karena lo bukan siapa-siapa dia!"  Tegas Megan membuat Jessi tambah kesal dengan ucapan Megan kali ini, ia tidak tinggal diam.

"Kenapa gue nggak berhak deket sama Agesta, gue sekarang udah jadi pacarnya dia. Sedangkan lo siapa? Pacar bukan, teman bukan, orang tuanya bukan, kenapa lo seenaknya ngelarang gue!" Ujar Jessi saking kesalnya seraya mengandeng lengan kiri Agesta. Membuat Megan mendadak naik darah mendengar ucapan Jessi dan tangan Jessi yang melingkari lengan kiri Agesta.

"Apa! lo udah jadian sama Agesta, nggak mungkin!" Megan tak percaya bahwa Jessi telah resmi berpacaran dengan Agesta ia merasa malu dan segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Gitu dong Jes, jangan mau kalah sama orang kaya dia." Celetuk Irene seraya melepaskan tangan Jessi yang melingkari lengan Agesta.

"Nanti aja pegangan tangannya, takut yang jomblo ngiler." Ujar Irene membuat Jessi dan Agesta terkekeh.

"Jes, temenin gue keperpus dulu ya?" Ujar Irene kemudian Jessi mengangguk.

"Ges...," Belum Jessi berbicara Agesta memotongnya.

"Ya udah gue ke kelas duluan deh." Ujar Agesta seraya berjalan menuju kelas.

¤¤¤

Jessi berjalan menuju toilet, waktu istirahat telah habis namun Jessi ingin buang air kecil terlebih dahulu sebelum guru jam pelajarannya datang.

Dia menyusuri koridor menuju toilet, namun Jessi merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Dan ia mencoba menoleh ke belakang. Ternyata tidak ada siapa-siapa.

"Apa perasaan gue aja ya." Pikirnya.

Jessi melanjutkan berjalan, ketika sampai di depan toilet ia segera masuk.

Sekitar 3 menit Jessi berada di dalam toilet ia keluar dan wajahnya mendadak terkejut ketika matanya tertuju pada kaca yang terdapat pada wastafel.

Di kaca tersebut terdapat tulisan misterius bertinta merah, "Your love story will end with him."

Jessi melangkah menuju wastafel tersebut, ia menghiraukan tulisan itu walaupun dirinya merasa takut. Jessi memutarkan keran mengusap-ngusap telapak tangannya ke air yang mengalir itu dengan pandangan menatap ke bawah.

Saat Jessi menatap cermin ia melihat sosok misterius di belakangnya memakai hoodie hitam, celana jeans, serta masker hitam untuk menutup sebagian wajahnya.

Dirinya semakin takut ketika sosok misterius di belakangnya mengeluarkan sebuah pisau runcing. Sosok itu menghampirinya perlahan-lahan.

Jessi menjerit ketakutan sambil menutup matanya dengan kedua tangannya. Setelah itu ia membuka matanya mengintip melalui cermin, apakah sosok misterius tadi masih ada atau tidak.

Dan ternyata sudah tidak ada, ia segera pergi dari toilet itu. Ia akut sosok misterius tadi datang kembali menerornya. Jessi berlari menuju kelasnya tanpa melihat apa yang ada di depannya.

Brukk.

"Aduh." Jessi menabrak Chiko tapi untung saja Chiko menahan tubuh Jessi agar tidak jatuh ke lantai. Mereka saling tatap-menatap selama 3 detik dan setelah itu Jessi berdiri.

"Makasih ya Chiko, sorry gue buru-buru jadi nabrak deh." Ujar Jessi kikuk.

"Iya nggak apa-apa kok." Chiko tersenyum. "Gue ke kelas dulu ya." Ujarnya dan Jessi mengangguk ia pun segera pergi menuju kelas.

¤¤¤

"Begitu deh ceritanya, Ges." Jessi dan Agesta sedang duduk di taman sekolah. Jessi menceritakan kejadian tadi kepada Agesta.

"Tapi lo nggak apa-apa kan?" Tanya Agesta penuh kekhawatiran.

"Nggak kok, tadi gue juga sempat nabrak Chiko tapi untung aja dia nyelamatin gue." Ujarnya namun mendadak wajah Agesta terlihat tidak senang ketika nama Chiko disebut.

"Lo cemburu ya." Ledek Jessi sedangkan Agesta diam mendengar ucapan Jessi itu.

"Kalo lo diam gue pulang deh." Ucap Jessi seraya berdiri. Agesta pun ikut berdiri dan mengendong Jessi menuju parkiran. Jessi yang digendong pun terkejut dan takut dengan ketinggian.

"Gue anterin lo pulang." Titah Agesta.

"Turunin gue, Ges." Titah Jessi, pasalnya ia takut digendong seperti ini. Lebih tepatnya trauma.

¤¤¤

A/n. Maaf klo part ini rada gk nyambung guyss. Sebenarnya lagi gk mood bikin cerita. Tapi karena untuk readers ya mau gimana lagi kan.

Ohya, Go to 2k readers nih. Mohon dibaca+vote kalau kalian suka yaw! Dan comment kalau kalian ingin berpendapat!!👍👍

Salam-Dellazzoit31♥

⬇⬇⬇
Vote&Comment♥👍




Di Balik Hati PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang