~Tiga~

141 26 25
                                    

Dahulukan Vote sebelum membaca.
~Thank You~
•Happy Reading•


*****
 

 
Ckit ckit...

   Suara gesekan sepatu di lantai, menandakan ada seseorang yang tengah berlari di sepanjang koridor sepi ini. Ia yang tak lain adalah Cinta. Cinta berlari menelusuri koridor sekolah yang begitu sepi, Cinta sendiri tak perduli dengan siapapun yang akan melihat dirinya sedang menangis, hatinya sudah terasa sangat sakit sehingga tidak bisa lagi ia kendalikan. Tapi ia tidak perduli dengan semua itu, entah mengapa saat ini ia ingin berlari menjauh dari sekolahan ini, tapi seketika langkahnya terhenti saat ia merasakan bagian kiri atas pinggulnya terasa tertekan dan seperti tertusuk benda tajam.

'Nyuuutt'

    Suara itu seperti terdengar di bagian kiri pinggul Cinta, karena ia tak tahan dengan rasa sakit yang ada pada  tubuhnya, akhirnya ia memilih menghentikan langkahnya lalu menyenderkan tubuhnya pada dinding sekolah.

"Arghh" teriakan kecilnya berhasil lolos dari mulut Cinta.

   Padahal ia sudah menenangkan dirinya, tetapi rasa sakit di bagian pinggulnya malah semakin terasa menyakitkan, hingga rasanya kini ia tidak bisa menahan sakit itu. Akhirnya ia hanya bisa pasrah, karena kondisi matanya pun sudah mulai meremang-remang dan kabur. Di saat seperti ini ia hanya berharap ada seseorang yang akan menolongnya.

                              *****

    Selang beberapa menit Cinta tersadar dari tidurnya. Walaupun kondisinya masih sangat melemah, ia tetap berusaha mencari-cari di mana keberadaannya sekarang. Pandangannya kabur atau bisa di bilang seperti berbayang, itulah yang ia lihat. Tetapi, saat Cinta mencoba membangunkan diri, tiba-tiba ia melihat ada sosok lelaki yang berjalan ke arahnya.

"Jangan maksa!! Kondisi lo masih belum stabil" suara itu meyakinkan Cinta bahwa saat ini ia sedang bersama temannya yang bernama Rafa, tapi batinnya selalu bergumam dalam hati, 'kenapa cuma ada Rafa di sini? Di mana yang lain?'.

    Tanpa ingin memikirkan hal lain, ia pun tak ingin ambil pusing dan akhirnya membaringkan tubuhnya lagi, karena saat ini bagian pinggulnya masih terasa sedikit nyeri.

"Lo sakit?" lagi-lagi Rafa bersuara, memecahkan keheningan.

"Nggak, gue cuma cape aja. Karena terlalu banyak lari," balas Cinta mengalihkan pandangannya ke arah berlawanan dari pandangan Rafa, saat ini ia tidak ingin melihat tatapan dari Rafa, yang ia yakini bahwa Rafa tengah khawatir terhadapnya.

"Tadi kata Dokter sekolah, lo harus di bawa ke Rumah Sakit, untuk pengecekan ulang," jawab Rafa dengan nada tenang.

"Buat apa? Gue kan udah bilang kalo gue gapapa!!" bentak Cinta. "Lagian juga gue tuh cuma kecapean karena lari tadi," lanjutnya.

"Kalo emang lo cuma kecapean, itu Dokter gak akan nyuruh gue bawa lo ke Rumah Sakit, Ta!!! Tadinya pas lo pingsan gue mau bawa lo ke Rumah Sakit, tapi karena gue tau lo benci banget sama yang namanya Rumah Sakit, akhirnya gue batalin niat gue dan nungguin lo bangun buat minta persetujuan dari lo," tegas Rafa yang kini membalikan pandangan Cinta tepat di hadapan tatapannya.

"Lepasin!!!" bentak Cinta melepaskan jari-jari Rafa yang mencekal dagunya.

"Gak usah lo urusin hidup gue, gue bilang gapapa ya gapapa," lanjutnya lagi, sambil berusaha membangunkan tubuhnya.

'Nyuuutt'

Lagi-lagi pinggul Cinta berdenyut dan membuatnya hampir terjatuh, kalau saja tidak di pegangi oleh Rafa mungkin ia akan jatuh pada saat itu juga.

Cinta Or CindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang