~Tujuh~

66 9 0
                                    

Dahulukan Vote sebelum membaca.
~Thank You~
•Happy Reading•

*****

Dikala jemariku sudah tak mampu menggapaimu, maka biarkan nafas ini berbagi udara dengan mu.
Tetapi jika nafas ini juga tidak dapat berbagi, maka biarkan hati ini menelusup ke dalam hati. Memberikan fakta kebenaran bahwa aku Cinta kamu.

*****

Sebulan telah berlalu, Cinta rasa ia sudah cukup sehat untuk kembali bersekolah. Karena hari ini ia juga ingin bertemu dengan kawan-kawannya di sekolah.

Entah mengapa Cinta rindu dengan seluruh isi sekolah ini, Cinta sendiri penasaran bagaimana ekspresi wajah kawan-kawannya saat melihat Cinta Alena Lingga telah kembali bersekolah, selama sebulan penuh tak ada kabar hanya para guru yang mengetahui itu, dan mereka semua sengaja bungkam untuk merahasiakan keberadaan Cinta dimana karena Cinta sendiri yang memohon untuk tidak memberitahukan berita itu kepada teman-teman sekolahnya. Termasuk menyembunyikan rahasia Cinta di depan sahabatnya. 'Lalu bagaimana dengan kedua orangtuanya?' entahlah Cinta tidak memikirkan banyak tentang mereka, dan Cinta sudah tahu jawabannya apa 'mereka tidak akan pernah perduli kepadanya'.

Tok, tok, tok
"Assalamualaikum," teriak Cinta tepat di depan pintu masuk kelas sambil menggedor-gedor kan pintu itu. Sontak semua mata memandang sinis ke arahnya, yang tadinya pandangan itu sebuah kebencian karena telah mengganggu kegiatan mereka di pagi hari. Kini berubah menjadi tatapan sebuah kebahagian atau lebih tepatnya—rindu.

Well.. Ketiga laki-laki yang tadi Cinta lihat sedang murung entah memikirkan apa, kini berlari sekencang-kencangnya menuju Cinta dan memeluknya dengan erat. Ada sebesir rasa rindu di antara mereka, walau tak ada yang berbicara, tapi masing-masing tahu soal perasaan mereka selama sebulan ini.

Yahh setidaknya pagi ini adalah pagi yang cukup Indah dengan penyambutan yang hangat dari mereka. Cinta sangat bahagia dengan hari pertamanya bersekolah, karena menurutnya tidak terlalu buruk. Masalah tentang kemarin-kemarin? Biarlah berlalu dan biar waktu saja yang memberikan jawabannya.

*****

Bel istirahat pertama telah berbunyi, semua murid seantreo sekolah berhamburan keluar kelas dan berlalu lalang ke sana-sini salah satunya pasti menuju tempat utama, yaitu 'kantin', ada juga yang langsung berlari menuju lapangan basket seraya berjumpa dengan teman-temannya dan bermain basket di sana.

Cinta bernafas lega hari ini, yahh karena hari ini lah yang Cinta nanti. Cinta tidak ingin ada masalah di setiap harinya 'semoga selalu begini di hari berikutnya' batinnya terus berdoa berharap agar harinya tak pernah ada masalah yang mebebaninya.

"Oyy 'Talenan' makan yokk laper gue," ucap Iyan kepada Cinta dengan menepuk-nepuk perutnya yang terlihat sedikit—membuncit? Bagaimana bisa? Di saat temannya hilang entah kemana, mengapa anak yang satu ini bisa terlihat sehat seperti sekarang, sedangkan yang lainnya malah terlihat kurus.

Entahlah Cinta tidak perduli mengenai hal itu, karena Cinta kini mendengar julukan baru yang di ucapkan oleh si 'Iyan buncit' itu. Cinta melototi Iyan dengan tatapan membunuh, sedangkan yang di tatap masih bertahan dengan mengelus-eluskan perutnya, seperti ibu yang sedang hamil. 'Iiuhh'.

"Lo ngomong apa tadi?" ucap Cinta dengan tatapan elangnya.

"Apa? 'Gue laper?'," ucap polosnya Iyan.

"Nama gue?" tegas Cinta sekali lagi.

"Ohh 'Talenan?'," jawab Iyan dengan menggaruk tengkuknya yang mendadak terasa gatal. Mengapa bisa tiba-tiba gatal? Yah entahlah mungkin efek dari tatapan Cinta yang membuat seluruh bulu kuduknya berdiri sehingga membuat rasa geli dan ngeri bercampur aduk menjadi satu yaitu 'gatal'.

Cinta Or CindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang