~Tujuh Belas~

20 1 0
                                    

Hai senja, hai mentari, hai embun, hai tata surya, hai semua hal yang ada di dunia ini. Hari ini adalah hari yang paling mengesankan, walaupun tak dapat sambutan hangat dari orang tua setidaknya aku merasa senang karena bisa bersyukur telah di beri kebahagiaan kecil.

Sinar mentari yang menyinari wajah putihnya itu terlihat bercahaya, senyumnya yang manis dengan bibir yang merah marun itu tampak indah di pandang mata, siapapun lelaki yang melihatnya pasti terkesan melihat seorang wanita yang mempunyai paras begitu cantiknya.

Satu tetesan keringat mengucur dari pinggiran keningnya, ia mengusap nya dengan lembut, matanya yang kecoklatan menatap terangnya cahaya mentari di pagi hari, sungguh pagi yang indah.

"Gak usah tebar pesona," suara serak dan berat itu menganggu ketenangannya, kepalanya seketika menoleh cepat ke arah sumber suara. Lengkungan bibirnya seketika berubah menjadi kerucutan sebal.

Di usap lembut kepala gadis itu dengan tanda penuh sayang, senyumannya yang terus terukir di wajah tampannya tak pernah hilang kala ia melihat perempuan nya begitu cantik setiap hari.

"Aku sayang kamu," kata itu sukses membuat sang pendengar merona malu di buatnya, sang lelaki hanya terkekeh kecil karena gemas melihat reaksi wanitanya itu.

Jari-jarinya sibuk bergulat satu sama lain, kakinya yang tak henti menendang kedepan dan kebelakang sangat terlihat jelas bahwa ia sangat canggung sekarang, "gue udah bilang kan ka, ka Rey itu cuma sekedar kaka kelas buat Cinta, gak lebih."

Lelaki selaku Rey itu kembali mengusap kepala Cinta lembut dengan tawa kecil, "lo kan udah nerima perasaan gue, kenapa harus ragu buat gak manggil lo sayang?"

Kalimat yang selalu Cinta tak ingin dengar, perasaan yang seharusnya tidak muncul, hubungan yang seharusnya tidak terjadi selalu tidak bisa di sangkal oleh Cinta mengingat bagaimana Rey memperlakukannya,  Rey selalu menyangkut kan pernyataan yang Cinta sendiri terpaksa harus mengungkapkan, seberapa kali pun Cinta menjelaskan Rey tetap menganggap bahwa Cinta dan dia sudah resmi menjadi best couple di sekolah nya.

Perasaan yang seharusnya tak pernah ada, cinta yang bertepuk sebelah tangan, hubungan yang di paksakan adalah hal yang tak ingin Cinta harap akan hadir di dunianya. Tapi perasaan yang tulus dari Rey selalu membuat Cinta tak bisa menolak untuk menerima nya.

Setiap kali Cinta berusaha untuk kabur dari kenyataan, perasaan Rey selalu meyakinkannya untuk tidak pergi dan rasa itulah yang selalu membuat Cinta merasa bersalah.

Rey menggenggam tangan Cinta erat, Cinta menatap Rey dengan tatapan sendu dan teduh tatapan itulah yang selalu berhasil membuat Rey terlena dengan perasaannya, rasa nyaman yang tak ingin ia lewatkan saat bersama Cinta.

"Ayo ke kelas, gue anter."

Tanpa persetujuan dari Cinta, Rey sudah lebih dulu menyeretnya pergi dari posisi nyamannya.

Tak terasa mereka berdua sudah ada di depan pintu kelas Cinta, sungguh sebenarnya Rey tak ingin pergi begitu cepat melepaskan genggamannya dengan Cinta, namun waktu begitu cepat sehingga mereka terpaksa harus berpisah.

Sebuah kecupan lembut mendarat di kening Cinta membuat sang pemilik kening kaget di buatnya. Lagi, blush merah terlihat jelas di pipinya yang putih itu, Rey suka melihat reaksi lucu Cinta saat lagi malu karena tingkah Rey yang selalu mendadak.

"Gue pergi dulu, lo jangan kangen ya, pulang nanti gue jemput ko. Belajar yang rajin jangan jadi anak nakal," Rey menatap Cinta begitu dalam sehingga Cinta tidak bisa menyadari bahwa sekarang wajah Rey mulai mendekati wajahnya.

'Ohh shit, dia mau cium gue di tempat umum??' batinnya berteriak saat jarak sudah tidak lagi terasa.

"Buat gue bangga," suara berat Rey yang terdengar sedang berbisik itu seketika terucap begitu saja, membuat pikiran jorok yang tadi sempat Cinta pikirkan tertepis begitu saja karena perlakuan Rey jauh dari pemikirannya.

Cinta Or CindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang