~EMPAT BELAS~

68 1 0
                                    

Jangan nangis, sisakan air matamu untuk bertemu denganku kelak. Mungkin bukan sekarang waktu yang tepat, tetapi aku mohon tunggulah..
-Fandi

.
.
.

*****

Di sebuah lorong rumah sakit terdapat seorang perempuan berjalan gontai dengan baju yang sangat basah akibat terkena derasnya hujan. Tubuh perempuan tersebut bergetar hebat menyatu dengan dinginnya malam, bibirnya yang sudah pucat pasi dengan wajahnya yang serupa terlihat jelas bahwa perempuan tersebut sedang tidak baik-baik saja.


Ia menangis, suaranya menggema di penjuru lorong koridor tersebut, isakannya semakin kencang saat ia merasakan sesuatu di tubuhnya terasa linu dan nyeri seperti tertusuk benda tajam, ia berjalan sangat lemah memegangi dinding koridor dengan tangan yang satunya menahan pinggangnya untuk mengurangi rasa linu yang semakin lama semakin terasa sakit.


Perempuan tersebut berjalan menuju salah satu ruang inap yang sudah lama tak di kunjunginya, ia bertekad sangat ingin menemui pria yang berada di dalam ruangan tersebut, langkahnya semakin cepat saat ia rasa sudah berada dekat dengan ruangan tersebut.


Belum sempat ia memegang knop pintu salah satu suster yang entah dari mana asalnya kini berada di belakangnya menepuk pundaknya membuat perempuan tersebut sempat terkejut.

"Mohon maaf ada yang bisa saya bantu??" ucap suster tersebut.

"Saya Cinta pasien yang sering check up di sini dan kebetulan saya juga sering mengunjungi ruang inap ini, hari ini saya ingin menjenguk Fandi yang menginap di ruangan ini Sus," balas


"Mohon maaf sebelum nya, apakah anda salah satu kerabatnya? Jika ia seharusnya anda tau pasien yang bernama Fandi hari ini sedang berada di ruangan operasi untuk menjalankan operasinya."


"Maaf Suster, apa tadi?? Operasi?"


"Iya, semalam pasien yang bernama Fandi mengalami kontraksi di peredaran otaknya dan itu sangat membahayakan kondisi tubuhnya, hidung nya terus mengeluarkan banyak darah sehingga kami para Suster dan Dokter yang merawatnya mau tidak mau memindahkannya ke ruang operasi dan harus segera di tindak lanjuti agar ia juga tidak kehilangan darah semakin banyak," ucap Suster tersebut menjelaskan.


Cinta mengeluarkan air mata begitu deras saat ia mendengar penjelasan tersebut, kesakitan yg berada dalam tubuhnya tak lagi ia rasakan saat ia merasakan ada yg lebih sakit di dalam hatinya. Buru-buru ia mengusap derasnya air mata yang mengalir di pipinya. "Dimana ruang operasi Fandi Sus?" begitulah setelahnya saat ia sudah tau arah ruang operasi Cinta langsung bergegas lari menuju ruangan tersebut.


Ruang operasi kini tepat berada di depan pandangannya di depan ruangan tersebut nampak segerombolan keluarga Fandi yang sedang menunggu sambil menangis haru terutama ibu dan adiknya, pintu operasi akan segera di tutup dengan gesit Cinta buru-buru menghalangi pintu itu agar tidak tertutup.


"Saya mohon Dok, saya mohon beri saya kesempatan untuk berbicara dengan Fandi," ucap Cinta dengan napas yang tersenggal-senggal.


"Mohon maaf Fandi saat ini sedang dalam keadaan kritis anda tidak bisa menemuinya sekarang, mungkin nanti setelah selesai operasi anda baru boleh menemuinya," jelas sang Dokter.


"Nggak Dok!! Saya mohon kali ini saya benar-benar memohon kepada anda, tolong beri saya kesempatan untuk bertemu dengannya. Saya mohon Dok!!! Saya mohon!!" tegas Cinta ia memohon sambil bersujud di hadapan kaki Dokter tersebut. Awalnya Dokter itu tidak ingin memberikan ijin, namun Bunda Fandi ikut memohon agar Cinta di per boleh kan melihat Fandi sebelum di laksanakan operasi, akhirnya Cinta pun boleh melihat Fandi sebelum di operasi.


Cinta Or CindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang