A Story We Shall Tell

858 58 3
                                    

Aku mungkin memang tidak seharusnya berharap terlalu banyak. Pada dasarnya hidup itu memang selalu tidak adil. Dunia ini terlalu kejam untuk orang naif seperti diriku. Ah, takdir begitu kejam padaku.
Mungkin aku memang harus lebih membuka mataku untuk benar-benar sadar bahwa tidak semua kisah akan berakhir bahagia. Begitu juga dengan hidupku.

Tapi, salahkan jika aku berharap mendapatkan akhir yang bahagia denganmu?

-x-

“Kejadiannya dimulai saat jurusanku mengadakan pesta perayaan penerimaan mahasiswa baru setahun yang lalu,”

“Hari itu aku telah melibatkan diriku ke dalam sesuatu yang sangat buruk.” gumam Evelina dengan nada yang pahit.

Evelina pun mulai menceritakan segalanya, kejadian-kejadian yang membuatnya mendapatkan perhatian khusus dari senior Evans dijabarkan secara rinci oleh Evelina, Trista duduk mendengarkan dengan tenang.

“Karena ada urusan mendadak, aku buru-buru pulang dan tidak mengikuti sesi kedua dari pesta tersebut. Saat menuruni tangga, aku secara tidak sengaja bertemu dengan Grint yang sedang menghitung uang iuran yang kami gunakan untuk pesta hari ini. Gelagatnya sangat aneh, ketika ia melihatku dengan gerak cepat segera dimasukkannya tangan kanannya ke dalam saku celana, sementara tangan kirinya masih memegang amplop berisi uang. Dari tingkahnya itu aku sudah sempat curiga, tapi karena sedang terburu-buru aku tidak terlalu mengindahkannya.”

“Saat aku turun, senior Gary naik dan bertanya pada Grint apakah uang iuran masih cukup untuk sesi berikutnya atau tidak. Aku cukup yakin aku mendengar bahwa ia menjawab bahwa uangnya sudah habis dan menyuruh Gary memungut iuran lagi dari semua orang ketika aku sampai pada anak tangga terakhir. Di sana, senior Evans sedang duduk dengan tenangnya di bawah tangga. Ia sama sekali tidak terlihat terganggu akan pertengkaran kecil antara Grint dan Gary di atas sana. Aku pun hanya membungkukkan tubuhku sedikit padanya dan segera pergi dari sana.”

Evelina menghentikan kisahnya sejenak, meraih botol minum merah muda di dekat lengannya dan segera meneguk isinya. Mungkin tenggorokannya terasa kering.

“Saat ku pikir aku bisa kembali ke rumah secepat mungkin, aku justru menyadari bahwa ponselku tertinggal dan aku pun segera kembali ke sana dengan berlari secepat yang aku bisa. Namun, ketika aku hampir sampai di bar itu tanpa sengaja aku menoleh ke arah gang sempit yang ada di antara dua bangunan kosong dan di sana aku melihatnya..”

“Melihat apa?”

“Sesuatu yang tidak seharusnya aku lihat,” jawab Evelina.

Bayangan akan hari itu kembali muncul dalam kepala Evelina, pemandangan mengerikan dilengkapi dengan suara pukulan yang saling bersahutan. Namun, tentu saja bagian yang paling diingat oleh Evelina adalah sosok seorang perempuan bertubuh tinggi yang berjalan keluar dari gang itu dengan tatapan dingin dan jaket tebal. Hoodienya turun menutupi kedua mata gadis tersebut.

“Apakah kau pernah mendengar Nicholas Genenoveva?”

“Kalau maksudmu adalah mahasiswa yang memutuskan untuk mengambil cuti karena kecelakaan itu aku pernah dengar,” sahut Trista.

Evelina mengangguk, “Ya, dialah yang ku maksud.”

“Kenapa tiba-tiba membicarakan orang ini? Apa hubungannya dengan ceritamu?” Trista menenglengkan kepalanya bingung, tidak mengerti. Tak dapat dirinya menangkap korelasi antara orang ini dan kisah yang disampaikan Evelina.

The Princess Who Could Not SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang