Nycthopile

419 39 1
                                    

Lentera itu kembali terlihat. Cahayanya berpendar di kejauhan. Membuat pantulan di mata keabu-abuan sang putri. Secuil harapan kembali muncul dalam hatinya, walau ada kemungkinan bahwa harapannya akan terhempas lagi, ia tak peduli.

Mungkin saja kali ini benar. Mungkin saja kali ini cahayanya akan benar-benar datang sampai ke dalam kastilnya.

Mungkin saja kali ini akan datang sosok penyelamatnya.

-x-

Mengganggu Trista mungkin adalah hobi baru Samara saat ini.

Setiap kali mereka berjumpa, Samara pasti akan mengajak Trista untuk makan bersama yang tentu saja langsung ditolak oleh Trista dengan berbagai alasan. Tapi Samara tak patah semangat. Ia terus saja mengejar Trista, entah apa pendorongnya apalagi latar belakangnya. Hanna dan yang lainnya saja penasaran setengah mati.

"Samara kerasukan sesuatu?" tanya Varez.

"Tidak tahu," jawab Gary cuek sambil terus membalik halaman bukunya.

"Garyy, Mara kenapa ya? Dia tidak sakit kan?" kali ini giliran Hanna yang mengguncang-guncang bahu Gary.

"Hanna, aku tidak tahu. Berhentilah mengguncang-guncang bahuku! Varez, berhenti mengacak-ngacak tasku karena apapun yang kau cari barang itu tidak ada di sana!" Gary akhirnya menyerah membaca buku dan mulai mengomel, "Aku bukan ibu kalian yang harus selalu mengurusi Samara dan juga yang lainnya!"

Tapi kau memang selalu berperan sebagai ibu bagi kami, Gary... batin Hanna dan Varez yang tidak biasanya kompak.

Yona yang sejak tadi diam akhirnya buka mulut, "Daripada sibuk menebak-nebak, kenapa tidak tanyakan langsung ke Kak Samaranya saja?"

Varez menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kamu ini seperti tidak kenal Samara saja,"

"Kau kan tahu kalau kita bertanya padanya langsung, ia hanya akan merespon'Hm? Aku tidak kenapa-napa, apa ada yang salah?' kemudian tersenyum, begitu."

"Eh? Begitu, ya?" gumam Yona.

"Karenaitulah kau ini payah," tambah Varez.

"Walaupun payah aku tetap memesona, kan, kak?" tanya Yona sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Ya, ya, kau yang paling cantik." Varez menyahut.

Gary yang baru saja akan kembali berusaha membaca bukunya mendelik ke arah Varez dan berdehem.

"Kakak kenapa? Sakit?" tanya Yona pada Gary.

Pemuda itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku baik-baik saja."

Varez yang diam-diam memerhatikan Gary sepertinya tahu sesuatu, Gary menyembunyikan sesuatu. Entah apa, hanya Varez yang tahu.

"Waah, apa nih? Kak Gary cemburu ya aku dipuji Kak Varez?" ujar Yona sambil tersenyum meledek.

Air wajah Hanna berubah tak nyaman, Gary pun sepertinya tersinggung atas perkataan gadis tak sopan itu.

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Viviyona"

Yona memutar bola matanya, "Kak Gary gak usah pura-pura ga paham, deh. Jangan-jangan Kak Gary ini suka sama Kak Varez, ya?"

Tak ada yang bersuara.

"Eh? Beneran? Wuaaah, menjijikkan! Masa suka sama sesama jenis, sih?"

Varez menghela nafas keras-keras, ia tampak kesal dan muak saat itu. Langsung saja ia menarik Gary dan beralasan minta ditemani mencari makanan. Yona menawarkan diri untuk ikut, tapi ditolak mentah-mentah oleh Varez. Kecewa, Yona menggembungkan pipinya seperti anak kecil.

The Princess Who Could Not SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang