Flowers are Cherry Blossoms, You are Beautiful

400 36 1
                                    

Perlahan, cahayanya mendekat. Menyisir hutan yang bagai memagari kastil tua itu. Sang putri terus memerhatikannya, tak sedetik pun ia memalingkan mata dari cahaya lentera tersebut. Laki-laki atau perempuan? Muda atau tua? Bertubuh mungil atau besar? Sang putri berusaha menerka orang yang mendekat ini.

Akankah ia sampai ke gerbang kastil? Atau berbalik sebelum mencapai ujung dari hutan yang telah mati itu?

Harapan sebisa mungkin memenuhi seluruh bagian hati sang putri, tak sedikitpun prasangka buruk dibiarkan masuk, ia ingin percaya kali ini. Bahwa harapannya tak akan salah. Bahwa harapannya kali ini mungkin akan terjawab.

Bahwa kali ini seseorang akan datang dan menyelamatkannya.

-x-

"Baiklah, sisanya tinggal memasang lampu saja!" seru Rebecca, selaku ketuam tim dekorasi.

Seluruh anggota bersorak girang, akhirnya tugas mereka berakhir sudah. Seluruh kelopak sakura sudah terpasang sempurna pada 40 pohon yang disusun memanjang di kedua sisi jalan setapak menuju gedung manajemen. Pemandangan yang indah, sungguh. Warna pucat merah mudanya terasa begitu manis, musim semi yang datang lebih awal. Usaha keras mereka tak sia-sia.

"Jangan lupa berkumpul lagi malam nanti, ya!" pesan Rebecca.

"Baik!" semua menjawab dengan kompak.

Semua orang kini sibuk merapikan barang-barang mereka, ada yang bergegas masuk ke dalam gedung karena memiliki kelas pagi dan ada juga yang pulang ke rumah karena tidak ada kelas hari ini. Sementara Samara sendiri, tampak melamun.

Dirinya telah gagal. Sungguh, ia benar-benar kecewa pada dirinya sendiri. Samara sama sekali tak percaya ia akan tertidur di tempat seperti itu tanpa penjagaan sedikit pun. Mungkin karena ia memang tidak mendapatkan tidur yang cukup hari ini, biasanya sampai jam menunjukkan pukul 11, Samara masih terlelap di tempat tidurnya. Tidak, ini bukan karena Samara malas atau semacamnya. Tetapi, karena ia memang tak dapat tertidur ketika langit sudah gelap, sebuah kutukan dari masa lalu.

Namun, walaupun begitu ia tak dapat menjadikan hal itu sebagai alasan. Mungkin seharusnya ia memang tak bermain dengan anak kucing itu pagi tadi. Tak hanya tertidur, ia bahkan menangis di depan Trista karena mimpi buruk yang datang menghampiri, sebuah kenangan dari masa lalu.

"Dasar payah," gumam Samara pada dirinya sendiri.

Dari kejauhan Samara memerhatikan Trista yang asik mengobrol dengan seorang gadis-Aya. Manik keabu-abuan itu terfokus pada tangan Trista yang menenteng kantung plasik berwarna putih susu, itu adalah tangan yang sama dengan yang mengusap kepala Samara pagi tadi. Tanpa ia sadari, ia mulai menepuk-nepuk bagian kepala yang diusap oleh Trista. Walau ia kala itu sedang tertidur, Samara dapat merasakannya. Sentuhan yang lembut, juga penuh kasih sayang. Sentuhan yang membuatnya teringat akan...

Marina.. batin Samara kini terasa pilu.

Ketika elusan itu mulai dirasakannya, sekelebat ingatan akan kakaknya itu bermunculan. Ingatan di mana Marina meninabobokannya ketika petir bersahutan di malam yang dingin, ingatan saat Marina membujuknya agar tidak menangis lagi, ingatan saat Marina menjadi tameng hidup baginya, hingga ingatan di mana Marina pergi meninggalkannya-untuk selamanya.

Ingatan yang ingin dikubur oleh Samara dalam-dalam agar tak ada lagi yang dapat melihatnya, terutama dirinya.

Dadanya kini terasa pilu, setiap ingatan tentang Marina bagai pedang bermata dua bagi Samara. Menusuknya begitu dalam, membuka luka yang sama lagi dan lagi.
Samara tidak mengerti. Selama ini, yang bisa membuatnya nyaman ketika bersentuhan dengan orang lain hanyalah Eugene dan Marina. Sementara dengan orang lain, Samara sebisa mungkin ingin menghindarinya. Namun, Trista dapat memberikan sensasi yang berbeda padanya. Tidak ada perasaan jijik, takut, atau sebagainya yang selama ini selalu dirasakannya ketika bersentuhan dengan orang lain. Trista membuat Samara merasa sedang bersama orang yang sudah dikenalnya sejak lama, orang yang sangat disayanginya. Sosok yang dapat memberikan rasa aman.

The Princess Who Could Not SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang