Liar

537 41 1
                                    

Tuhan memang senang memermainkan takdir sesuka hatinya. Menulis naskah yang sangat gila. Membolak-balikkan takdir tanpa memikirkan para bintangnya. Mereka bilang itu adalah ujian, agar kita menjadi sosok yang lebih kuat lagi.

Lalu, kapan aku bisa lulus dari semua ujian ini?

-x-

Yang bisa dilakukan oleh Trista saat itu hanya berlari. Berlari dengan segala kekutan yang dimilikinya. Sama sekali tidak menyangka kalau mereka akan bertemu lagi, secepat ini. Orang yang tak ingin ditemuinya, salah satu faktor yang membuatnya mengambil cuti tahun lalu. Lalu, mereka dipertemukan begitu saja di kantin, hari ini.

Terlebih lagi dia adalah orang yang sama dengan yang dibicarakan Evelina? Yang benar saja!

Orang yang memiliki banyak bagian nama itu memang menyebalkan, mereka bisa menukar-nukar identitas diri sesuka hati saat memperkenalkan diri pada orang lain. Trista benar-benar tidak tahu kalau senior Ceilin yang dimuntahinya dua tahun yang lalu itu memiliki nama depan Samara.

Dia hanya memperkenalkan dirinya sebagai Ceilin Evans! Mana aku tahu kalau dia juga yang dimaksud Evelina sebagai Samara Evans!? gerutu Trista pada dirinya sendiri yang akhirnya berhenti berlari dan mengatur nafas di balik semak-semak.

Tapi, jika mereka adalah orang yang sama, maka keputusan Trista menjauh saat ia hendak mendekat itu adalah hal yang benar. Orang itu berbahaya.

Noona ini walaupun wanita larinya kencang sekali ya,”

Trista dibuat kaget oleh kepala Ardiez yang tiba-tiba saja melongok dari bagian atas semak tempat ia bersembunyi sekarang. “Jangan muncul tiba-tiba begitu dong!”

“Duh, ngapain sembunyi di situ? Pakaian eonni nanti jadi kotor!”

Dengan terpaksa, Trista pun keluar dari tempat persembunyiannya dengan bantuan Ardiez yang tidak hanya tinggi tapi juga besar tenaganya. Tak lupa, Trista terus mengomel tentang cara kedua temannya itu memanggil dirinya—yang tentu saja tidak digubris.

Eonni ini kenapa pakai kabur segala, sih? Seperti anak kecil saja,” Aya segera menghardik Trista dengan pedas, mengungkapkan segala kekesalannya pada Trista.

“Mau sampai kapan menghindar dari senior Evans? Kita sampai harus meninggalkan Evelina noona sendirian, tahu.”

Segera saja Trista menepuk dahinya, ia terlalu memikirkan pelariannya hingga lupa pada rekan yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu itu. Kira-kira bagaimana keadaannya sekarang? Ia pasti baik-baik saja, kan? Tidak terjadi apa-apa, kan? Ah, bodoh sekali dirinya ini. Bagaimana kalau Evans sialan itu melakukan sesuatu pada Evelina?

Kakinya baru saja akan berlari kembali menuju kantin untuk melihat keadaan Evelina kalau saja Ardiez dan Aya tidak segera menghentikannya dan menyeretnya memasuki gedung manajemen yang sudah ada di depan mereka.

“Mau kemana lagi? Memangnya tidak ingin masuk kelas?” tanya Aya.

“Kalau tidak masuk kelas, nilaimu bisa-bisa diberi D loh, noona.” ingat Ardiez pada Trista yang kini kedua lengannya telah digamit erat oleh dirinya dan Aya.

Apa yang dikatakan Aya dan Ardiez memang ada benarnya, Trista tidak ingin mendapat nilai D pada kelas ini, itu akan menyulitkannya untuk mendapatkan beasiswa kalau sampai terjadi. Oleh karena itu, ia pun berhenti memberontak dan menuruti perkataan mereka berdua.

-x-

Kelas berakhir ketika langit sudah kehilangan warna birunya dan kehangatan sang mentari, mahasiswa yang berkumpul di kampus mulai berkurang, mereka kini memenuhi kedai-kedai yang tersebar di sekitar kampus untuk melepas penat.

The Princess Who Could Not SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang