Chapter 6
Andrian pulang sendirian, dengan wajah serta tatapan kosong.
ia merasa bahwa dirinya adalah manusia paling bodoh dan paling tidak berguna.'Apa yang harus bisa gue lakukan?'
——Batin AndrianSeperti biasanya Audrey memang selalu muncul tiba-tiba dihadapannya.
Dengan tatapan aneh Audrey terus memandangi Andrian."BERHENTI MENATAP! BERHENTI MENGIKUTI!" Andrian berteriak.
"Kenapa?"
"Gw tidak bisa tenang"
Andrian akhirnya menangis, semua air mata yang terbendung akhirnya meluncur bebas di pipinya.
"Hanya kamu Andrian yang bisa lihat aku, hanya kamu yang bisa bantu aku"
"Bantu apa? Bunuh Aurell? Maaf gw gak bisa!"
Andrian dengan suara putus asanya menjauhi Audrey, tidak peduli dengan keberadaan roh cantik itu.
"Andrian.." (Audrey berbisik ditelinganya)
Tapi Andrian sama sekali tidak menggubris bisikan itu, ia terus melangkah berjalan sambil mengusap matanya yang basah karena menangis.
"stop it please~"
Andrian merasakan sesak yang luar biasa saat mengatakan kata kata barusan, tubuhnya menggigil. Detak jantungnya menggila.Audrey yang mendengarnya pun langsung diam, dan membiarkan Andrian pulang tanpa dirinya.
•••
Sementara itu Aurell..
"Jadi sekarang apa?" Tanya Aurell pada dirinya sendiri, lebih tepatnya bayanganya di cermin.
"Apa yang bisa lu ingat! Bodoh! INGAT!"
Aurell memukul cermin berkali-kali, ia sangat frustasi dengan ingatan mengenai sesuatu yang terus mengganggu nya.
"Please..ingat sesuatu.. please..Jangan jadikan lo seseorang yang tidak tahu diri! Lo! AURELLYA ANASTASIA, apa lo seorang pembunuh? Seperti yang dia katakan! Yang Andrian katakan!! JAWAB!!"
Aurell melihat bayanganya sendiri, menangis kencang di depan cermin.
"Please..hiks.. jawab!"
Ia terus memukul cermin besar itu.
..
"Ya.."
Aurell mendengar suara itu, bisikan wanita, dari sebuah cermin..
Cermin yang ia maki barusan..
Ia mendongak, dan apa yang lihat? Ia melihat bayanganya seakan akan berbicara padanya.."Ya.. kaulah pembunuh"
..
"TIDAKKK!!!"
Aurell memukul cermin itu hingga menjadi beribu kepingan cermin kecil"Tidak.. aku bukan seorang pembunuh"
Aurell terisak, duduk diatas serpihan cermin yang hancur.
Aurell melihat tanganya, berlumuran darah..
"Aku bukanlah seorang pembunuh.."
Terlihat disudut kamar, Audrey sedang tersenyum licik.
"Aku suka melihatmu terluka..teruslah terluka, bunga layu!"
•••
Beberapa saat kemudian seseorang menghampiri Aurell yang sedang menangis dan merintih kesakitan.
"Aurell..apa apaan? Lu.." kiara berlari dan memeluk Aurell
"You will be okay, you will be Fine, be yourself Aurellya" kata Ara meyakinkan sahabatnya.
"Ara, gw takut"
"Lu gak pernah sendirian, ngapain lu takut, ada gw kan?"
Kiara memeluk Aurell dan tersenyum lembut terhadap sahabatnya, Kiara tau sahabatnya membutuhkan dukungan darinya.
"Kita obati dulu tanganlu yah, lainkali jangan lakukan ini lagi"
"Iya"
Apa yang harus gw lakukan? Kalau terus terusan begini gimana, dia bakalan nyakitin dirinya sendiri, gw gak tega..
Sebenarnya apa yang terjadi sih sama Aurell..
——batin Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Indigo side
Mistério / SuspenseSTOP IT PLEASE! kenapa harus aku?! hentikan, jangan tatap aku dengan matamu yang menyedihkan! jangan merintih dihadapanku! jangan memohon kepadaku! jangan sakiti dia! apa yang harus dilakukan jika berada diposisi Andrian? Dia harus memilih, hidupnya...