46 : Dirimu yang lain

212 8 0
                                    

"Aku ingin hidup tapi mungkin kenyataanya berkata lain"

batin Aurell terus mengatakan itu, walaupun jantungnya kini berdetak lagi, nafasnya berhembus lagi. Dia tetap terlelap dalam tidurnya yang panjang, sudah memasuki hari ke-3 semenjak dia koma. Semenjak kejadian itu

"Dia bisa hidup, asalkan dia mau bertahan dengan kondisi lumpuh"
Kata dokter berbicara pada ayahnya Aurell
Mendengar hal itu ayahnya pun terkejut dan diam tanpa kata

"Bisakah dia bertahan, Aurell sayangku anakku bertahanlah" ucap sang ayah pada anaknya yang terlelap sambil mengusap kepalanya.

•••

Sedangkan diluar ruangan, Andrian masih menunggu dia setia menemani Aurell selagi keluarganya pergi.

Saat ini dia duduk didepan ruang dimana Aurell dirawat, dan dia terlelap..

"Ini seperti malam yang hampa" kata batin Andrian.

"Aku sengaja tidur ingin bertemu Aurell walau hanya mimpi, tapi bisakah?" Batinnya
.

.
"Bisa"
Suara seorang wanita yang diharapkan oleh Andrian terdengar begitu jelas membuat Andrian terbangun dari gelapnya mimpi yang hanya batinnya berbicara.

"Aurell! Ke-kenapa, kok bisa?" Tanya Andrian

"Hehe" gadis itu tersenyum

Andrian melihat Aurell dari ujung rambut hingga ujung kaki, dan dia sadar bahwa Aurell yang dihadapannya saat ini adalah Aurell yang tidak bernafas, tidak menapakan kakinya, dan tidak nyata.

"Imajinasi? Tapi dia bicara tidak mungkin ini hanya imajinasi" tegas Andrian

"Maaf tiba-tiba ya, gw gatau tiba-tiba keluar, mungkin sudah saatnya gw pergi tapi sesuatu tahan gw buat pergi" kata roh Aurell

"Apa?"

"Sesuatu itu ada banyak, banyak hal yang belum gw lakuin didunia ini, gw ingin normal, hidup layaknya gadis gadis remaja lainya juga, tanpa dendam depresi. Tapi nyatanya sulit karena gw terlanjur terlibat" kata Aurell.

"Lu harus bertahan, jangan sampai kalah dengan sakitnya gw tau ini pilihan berat tapi semua yang disini khawatir kalau lu terus memejamkan mata begitu" Andrian bicara, dengan hati yang teriris melihat roh dari Aurell ia takut Aurell takkan kembali hidup. Dan tetap menjadi arwah seperti Audrey dahulu.

Aurell tersenyum mendengar dorongan semangat dari Andrian

"Berkata begitu seolah olah peduli ya Andrian.."
.

.

.
"Ya, gw peduli! Gw emang berdoa bisa lihat lu gimanapun caranya, tapi bukan lu yang seperti ini, gw gak mau kejadian itu terulang, lu pasti kuat, lu harus kembali rel..lu harus bangun"

Kata Andrian dengan rasa berat hati, dia seolah berbicara sendiri karena lawan bicaranya sekarang menjadi tak kasat mata, Arwahnya Aurell.

"Gw juga berusaha, tapi walaupun gw kembali hidup.. pasti cuma jadi beban..." kata Arwahnya, jika saja ruh bisa menangis mungkin sudah mengalir air matanya deras.

"Gw tau rell, walaupun nanti lu cacat, lumpuh, tapi hal kayak gitu gaakan buat semangat lu runtuh kan? Soal dendam lupakan, jangan ingat soal Audrey lagi. Yang penting nikmati sisa hidup rell, sayang sama diri lu sendiri itu penting, jangan buat hiduplu selama ini siasia, meninggal karena bunuh diri? Lu puas dengan itu?" Tanya Andrian membuat Aurell terdiam.

"Gw gabisa terus terusan liat lu yg lain ini rell, gw tunggu lu kembali"

"Terimakasih, ternyata selama ini hidup gw juga dinantikan, gw kira kematian gw lah yang dinantikan, tapi sekarang gw sadar, mati bukan pilihan untuk lari dari kenyataan..Andrian terimakasih.." kata Aurell dan sambil memeluk Andrian dengan tubuh ruhnya itu, mustahil bisa merasakan kehangatan cinta tulus seorang manusia.

Tanpa sadar, Andrianlah yang meneteskan Air matanya, karena dia tidak bisa lagi menahan untuk tidak menangis melihat ketulusan Aurell yang sebenarnya..
Melihat ruh yang kebingungan tapi kemudian memutuskan langkah yang benar sungguh hal yang langka.

"Berjuang ya Aurell, .."

My Indigo sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang