32 : keputusan

263 11 2
                                    

Chapter 32

'Bagaimana cara mengambil keputusan yang benar dan adil? Keduanya salah!' Batin Andrian

***

"Apa gw terlalu agresif ya? Kalau dipikir pikir kasihan Andrian, gw yakin dia pasti tertekan juga"

Ara masih berjalan menjauh dari tempat Andrian tadi, bukan hanya Andrian yang bingung tapi Ara juga.

'Gw tau apa yang dirasakan Andrian, sebagai seseorang yang berbeda itu, sulit ' batin Ara

***

Saat in Andrian masih duduk diparkiran sejak tadi, memikirkan apa yang harus ia lakukan.

'Kalau gw bantu Audrey, gw pasti kehilangan seseorang, yaitu Aurell. Kalau gw bantu Aurell, gw akan kehilangan nyawa gw sendiri, jadi gw harus apa?' Batin Andrian.

Andrian sempat berpikir bahwa akan sangat adil jika ia tidak memilih keduanya.

"Gw nyaman dengan kondisi dimana Audrey cuma Arwah"

Andrian bangun dari duduknya, dan berjalan masuk kerumah sakit, keruangan Audrey.

Ia sempat labil, dan berdiri kebingungan didepan pintu ruangan Audrey.

Tapi itu hanya sementara, Andrian masuk dan mendengar suara detak jantung yang sangat lemah milik Audrey, ia melihat Audrey yang penuh balutan perban itu.

Audrey yang masih koma.

"Apa arwah Audrey bisa masuk lagi, dengan kondisi yang seburuk ini? Itu mustahil! Arwah Audrey gak akan balik lagi! Raga ini tidak berguna lagi! Audrey akan menjadi hantu selamanya, itulah keputusan yang gw pilih"

Andrian hendak melepas semua alat bantu pada Audrey, jika dilepas semua ia yakin Audrey akan mati.

Tapi saat Andrian hendak memulainya, tanganya seperti membeku dan tidak dapat melakukan apapun, ia hanya terpaku pada Arwah Audrey yang berdiri dihadapanya dan menggenggam tanganya erat untuk mencegahnya melakukan itu.

Wajah Arwah itu, wajah Audrey yang terlihat sangat kecewa.

"Kenapa Andrian..."

"..."

"Keputusan yang salah..."

"Lu cuma arwah drey! Cuma imajinasi gw dimana lu hidup!"

Arwah Audrey masih melindungin dirinya yang terbaring, ia meneteskan Airmata saat mendengar itu langsung dari Andrian.

Terasa bergema perkataan Andrian, setiap terulang membuat hatinya terasa sakit

"Keputusan yang gak adil... lu mau jadi pembunuh juga Andrian?..."

'aku tidak bisa menunggu lama lagi, Andrian harus mengambil keputusan yang benar, bagaimanapun juga pembunuh itu harus mati!' Batin Audrey

Andrian terdiam, ia menatap tanganya yang erat digenggam oleh tangan Arwah Audrey, hanya dia yang merasakan dan melihatnya.

Sangat dingin

Tanpa kata kata Andrian pergi meninggalkan ruangan Audrey dan berlari keluar rumah sakit.

"Gw gak bisa buat satu keputusan apapun!"

'Gw harus jelasin semuanya sekarang ke Aurell, gw siap terima resiko apapun' batin Andrian

***

Sementara itu Aurell ia sedang berbaring dalam keadaan pikiran kosong, dimana ia tidak bisa berkata apa apa lagi, karena jawaban atas pertanyaanya tidak terjawab sama sekali.

Tiba tiba ia merasakan berat diatas tubuhnya, sesak didadanya, dan terasa tercekik

"Matilah kau!..."

Ternyata Audrey yang sedang mencekiknya, Aurell sama sekali tidak bisa berbuat apapun, jangankan berbicara dan meminta tolong, bernafas saja ia tidak bisa melakukanya.

"A.-A .."

Aurell membuka mulutnya mencoba mengambil nafas sebisa mungkin, tapi hal itu siasia, mustahil ia bisa bernafas saat ini.

Aurell menggenggam lehernya, dimana disana Sebenarnya ada tangan dingin Audrey.

"Mati... mati..Matilah!..."

'siapapun tolong aku' batin Aurell

*BRAK!
Pintu ruangan terbuka paksa, terlihat Andrian yang masuk kedalam ruangan

Mirisnya, pemandangan yang ia lihat adalah Aurell yang mencekik dirinya sendiri, hingga wajahnya pucat membiru.

"A- anhdrianh..toalhoanghh ak-awh!"

Aurell menatap Andrian, dan
BRUAK! Aurell terjatuh dari ranjangnya.

"Aurell!"

Andrian berlari menghampiri Aurell,
Andrian mencoba berusaha melepaskan tangan Aurell yang mencekik lehernya sendiri, sangat dingin, membeku.

'Kenapa tangan ini sulit dilepaskan! Tolong bantulah Aurell! Bantu Aurell! Siapapun' batin Andrian sembari meneteskan Air matanya

'Aurell jangan mati, Aurell harus bertahan!'

Wajah Aurell sudah terlihat pasrah dan lemah, matanya yang tadi terbuka lebar perlahan lahan menutup.

'Siapapun tolong bantu aku! Selamatlan Aurell!!' Batin Andrian

Yang tiba tiba datang sekelibat cahaya dihati Andrian, terbayang wajah seorang wanita yang sangat mirip Aurell tersenyum padanya.

Dengan mudah dan tanpa tenaga, tangan Aurell bisa dilepaskan dari lehernya, hanya dengan cahaya itu?

"Aurell, bertahanlah"

Tubuh Aurell lemah, sangat pucat dan dingin, hampir seperti mayit, Andrian menggendong Aurell kembali ketempat tidurnya, dan memeriksa detak nadi Aurell

'Syukurlah masih berdetak' batin Andrian.

Andrian sungguh ketakutan, kejadian hari ini ia tidak ingin melihat Aurell tersiksa lagi.

Saat ini Andrian duduk disisi ranjang Aurell, ia sedikit menundukan kepalanya.

Menyatukan keningnya dengan kening Aurell, menatap Aurell dari jarak yang sangat sangat dekat. Ia membagi kehangatanya bersama Aurell, walaupun hanya sekedar kening.

'Gw gak mau kejadian seperti ini terulang lagi, gw gaakan ninggalin lu lagi rell, menatap Aurell dari jarak sedekat ini, bahkan seperti tidak berjarak' Batin Andrian

Aurell sadar dan membuka matanya, sontak Andrian terkejut dan segera menjauh dari Aurell.

"Apa yang terjadi? Kenapa gw lemes gini? Kok ruangan gw acak acakan? Cewek yang tadi diatas gw mana?"

"Cewek? Yang diataslu?"

"Yang cekik gw tadi"

"..."

'Audrey benar benar sialan! Kurang ajar! Ini sudah melewati batas nya!' Batin Andrian.

###

My Indigo sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang