22.Hey Boo!

3.8K 88 1
                                    

****
Warning! Typo in everywhere!

****
"Disaatku sedang belajar melupakanmu. Mengapa kau datang kembali seolah tak ada beban? "-Nera Spark.

****

"Kel... Vin? "ucap Nera terbata-bata.

Air matanya sudah tak bisa dibendung. Nera menangis lalu mengambil tasnya dan pergi.

Kelvin tak tinggal diam. Ia mengejar Nera keluar.

Sampai akhirnya ia mendapatkan tangan Nera lalu menariknya.

Ia mendekap Nera.

Erat. Bahkan sangat erat.

"i miss you Rara. "

"i miss you so much. "Lirih Kelvin.

Nera hanya bisa menangis sesenggukan sambil memukul-mukul Kelvin.

Mencoba keluar dari dekapan Kelvin.

"Lepasin gue"ucap Nera dengan nada datar namun sinis.

"Gak akan. "balas Kelvin.

Setelah berusaha lagi akhirnya ia berhasil keluar dari dekapan Kelvin.

Plak!

Tamparan itu terdengar nyaring bagi siapapun yang mendengarnya.

Kelvin menatap Nera nanar yang kemudian dibalas Nera datar.

"Sakit? "tanya Nera.

Kelvin hanya diam.

Nera melanjutkan perkataannya dengan wajah sinisnya.

"Itu yang gue rasain dulu."lanjut Nera.

"Saya permisi dulu. Tuan Aston yang terhormat. "

Setelah mengatakan itu Nera langsung pergi dari tempat itu.

Nera jalan kemobilnya lalu menjalankanya.

Tanpa arah.

Sedangkan Kelvin hanya diam ditempatnya.

Kaku. Tubuhnya terasa kaku setelah mendengar perkataan Nera.

Kelvin sadar. Sangat sadar bahwa dulu ia sangat bodoh.

Namun apakah dia tidak bisa mengulang apa yang dulu ia rasakan.

Kebahagiaan.

Dan kebahagiaan itu ada pada Nera.

Ya,Nera Silvi Amanda Spark.

****

Tok tok tok

"Ya masuk."ucap Albert namun tetap fokus pada pekerjaannya.

Nera berjalan kearah Albert dan langsung memeluknya.

Menumpahkan segala perasaannya yang dipendam selama ini.

Entah itu rasa rindu,rasa cinta, rasa benci dan rasa kecewa.

Masih teringat jelas dibenak Nera bagaimana dulu Kelvin lebih memilih Angel daripada dirinya.

Sebenarnya ia tidak benci pada Kelvin.

Tapi ia benci pada dirinya sendiri, mengapa ia begitu lemah.

Dan seperti ini sekarang. Ia mengacaukan pekerjaan Albert lagi dan menangis lagi. Dan lagi.

Albert yang kebingungan langsung membalas dekapan adiknya itu.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang