MBML Chapter 21

5.5K 272 9
                                    

Naruto mundar mandir diruang kerjanya. Memikirkan seseorang yang sedari tadi ditunggunya namun tak kunjung juga datang. Sudah 2 jam Naruto menunggu kehadiran Hinata. Dan sudah berkali kali juga Naruto menghubungi ponsel Hinata, namun nihil ponsel Hinata sama sekali tak bisa dihubungi.

Tersirat pikiran apa Hinata mungkin saja tidak datang. Apa dia sakit? Tapi kenapa tidak memberitahukannya ke Naruto. Jika saja Naruto tau maka dengan langkah seribu Naruto pasti akan menemui Hinata. Tapi ini apa. Kabar dari Hinata sama sekali tidak ada.

Perasaan tidak enakpun menyelimuti pikiran Naruto. Apa mungkin terjadi sesuatu dengan Hinata pikir Naruto. Karena tidak sabar lagi menunggu, Naruto bergegas untuk menyambangi apartemen Hinata. Yah mungkin saja Hinata ada di apartemennya.

Naruto tidak memperdulikan pekerjaannya yang sudah menumpuk bak gunung itu lagi yang tertumpuk rapi diatas meja kerjanya, tapi yang dia perdulikan adalah Hinatanya. Sedari tadi perasaan Naruto tidak enak mengingat Hinata. Naruto merasa ada yang tidak beres dengan perasaanya ini. Naruto sepertinya sangat khawatir.

"Naruto. Kau ada rapat hari ini jam 2 dengan..." ucap assisten Naruto yang mengikuti Naruto yang sedang tergesa gesa itu dan memotong perkataannya.

"Tidak sekarang Shikamaru. Batalkan saja" jawab Naruto yang memang sudah tidak perduli lagi dengan rapat itu.

Shikamaru memandang Naruto dengan tatapan bosan. Terserahnya saja lah. Pikir Shikamaru begitu melihat kepergian Naruto.

Naruto yang sudah berada didalam mobil sportnya itu langsung melajukan mobilnya menuju jalanan. untuk segera menyambangi apartemen Hinata.
.
.
Manshion Gaara

Terlihat Hinata yang tertidur disebuah ranjang besar. Ruangan itu penuh dengan segala pose foto Hinata. Hinata mulai tersadar dari pingsannya. Sial, kepala nya merasa sangat pusing. Dengan perlahan membukakan matanya. Yang dilihatnya langit langit berwarna putih. Mata Hinata melihat kesekeliling ruangan, dan yang benar saja. Mata Hinata seketika terbelalak, tak kala apa yang dilihatnya. Hinata melihat foto dirinya yang menempel secara acak disetiap dinding kamar tersebut.

"Ap-apaan ini?" gumaman Hinata yang terkejut melihat setiap dinding kamar tersebut.

Dan seketika itu pula masuk seseorang dari pintu. Menampakkan sesosok pria jangkung dengan rambut merahnya. Tersenyum melihat Hinata yang sudah sadar.

"Kau sudah sadar rupanya" senyuman itu terlihat sangat menakutkan bagi siapa saja yang belum mengenal pria didepan Hinata itu.

Hinata lebih terkejut lagi saat melihat pria didepannya itu datang dan mendekat kearahnya. Dengan perasaan yang takut Hinata menjauhkan dirinya dari orang tersebut dengan turun dari ranjang dan berakhir disudut ruangan.

"Mau apa kau?" tanya Hinata dengan nada dingin namun tersirat rasa takut melihat Gaara.

"Hey jangan takut. Kita akan bersenang senang" Gaara seperti menenangkan Hinata yang terlihat takut. Dengan seringai liciknya.

"Pergi kau. Jangan sentuh aku"

"Heehh. Bagaimana mungkin aku tak menyentuhmu. Kau terlihat begitu menggoda sayang" perkataan kotor itu keluar begitu saja dari seorang didepan Hinata saat ini dan membuat sipendengar merasa jijik.

Gaara lebih mendekatkan dirinya ke Hinata. Mulai menyentuh wajah Hinata yang sudah terlihat ketakutan itu. Namun Hinata yang sudah mengetahui bahwa ini emergency, langsung saja mendorong keras tubuh Gaara. Dan hasilnya Gaara terdorong dan menabrak sisi meja disebelah ranjang dengan keras, sehingga membuat Gaara meringis kesakitan.

"AAAKH" Gaara memegang belakangnya yang menabrak sisi meja tersebut karena kesakitan akibat dorongan keras dari Hinata.

Hinata yang melihat Gaara terkulai karena terdorong itu tak menyiayiakan kesempatannya untuk berlari dan kabur dari Gaara. Dengan segera Hinata menuju keluar pintu kamar itu. Dan sialnya, Manshion ini sangat luas. Terlalu banyak sekat disetiap koridor. Hinata jadi bingung harus berlari kearah mana.

My Boss My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang