MBML Chapter 22

5.3K 265 17
                                    

"Huwaaa Naruto-kun..hiks" Hinata menangis memeluk Naruto yang sudah tak bergerak dipelukannya.

Para kepolisian yang sudah datang bersama para medis langsung mengambil alih Naruto yang sudah terkulai kaku dari pelukan Hinata dan meletakkan Naruto diranjang dorong dan membawa Naruto ke ambulan untuk segera dilarikan kerumah sakit.

Hinata pun mengikuti para medis itu yang membawa Naruto dengan tangisan khawatir melihat Naruto yang sudah kaku dengan banyaknya darah.

Jika ada yang menanyakan Gaara bagaimana, tentu saja dia telah diamankan oleh pihak kepolisian. Usahanya yang ingin kabur setelah menusuk Naruto itu gagal. Sebelum Gaara benar benar keluar dari Manshion dia sudah dikepung dengan banyaknya polisi. Hasilnya Gaara tidak bisa berkutik dan memilih untuk menyerah.

Rumah Sakit

Ranjang dorong Naruto itu terus berjalan menuju ruang UGD rumah sakit. Hinata yang sedari tadi juga mengikuti Naruto yang terbaring lemah dengan muka pucat itu terus memegang tangan Naruto yang dingin. Menatap Naruto dengan pandangan yang terus saja mengeluarkan air mata tanpa henti.

"Maaf nona. Anda menunggu diluar saja" ucap suster yang menjegat Hinata untuk ikut masuk. Hinata pun menuruti perintah suster tersebut. Menunggu Naruto yang akan diselamatkan.

Hinata terduduk lemas dengan tangisannya dikoridor rumah sakit, memeluk kakinya yang bergetar dan menenggelamkan wajahnya di himpitan kakinya dengan terus menangis.

"Hinata" suara itu terdengar di tengah tengah isak tangis Hinata. Suara yang sangat Hinata kenali.

Hinata berhenti menangis dan mendongakan wajahnya melihat sipemanggil. Betapa terkejutnya Hinata saat melihat orang yang sekarang dilihatnya adalah Naruto. Naruto memakai baju berwarna serba putih dan dengan kilauan cahaya yang menyinari seluruh tubuhnya.

Hinata pun langsung bangkit dan menyamakan dirinya dengan Naruto yang terlihat sangat bersinar terang itu.

"Naruto-kun" lirih Hinata yang melihat Naruto didepannya.

Apa benar ini Naruto. Apa benar yang dilihat Hinata sekarang ini Naruto. Tapi kenapa.

"Hinata. Aku mencintaimu" ucap Naruto yang memegang pipi Hinata yang basah dan seakan menghapus air mata Hinata, namun berujung Naruto yang tiba tiba saja menghilang dibawa oleh kilauan sinar terang.

"Hikss..Naruto-kun..huwaa..hikss..Naruto-kun" Hinata menangis saat kepergian Naruto yang terbawa sinar terang itu.

Tidak mungkin Naruto meninggalkan Hinata. Itu tidak mungkin. Naruto pasti akan selamat. Iya pasti. Begitu pikir Hinata.

Seperti kenyataan. Tapi nyatanya itu hanyalah ilusi dari pikiran Hinata. Yang menunjuk Naruto seperti mengucapkan salam perpisahan.

Hinata sudah tak bisa lagi menopang kakinya yang sudah bergetar hebat karena tangisannya yang tak kunjung reda. Mulai merosot dan terduduk lemas dilantai rumah sakit dan masih juga menangis.

Hinata yang menangis dikoridor rumah sakit itu dihampiri oleh orang tua dan juga sahabat Naruto yaitu Sasuke yang mendapat kabar tentang keadaan Naruto.

"Hinata-chan" panggil Kushina yang terdengar sangat khawatir itu dan menghampiri Hinata.

"Kushina Kaa-san" Hinata melihat kedatangan camernya.

"Bagaimana..hiks..keadaan Naruto?" Kushina tampak menangis menanyakan hal itu.

Suaminya, Minato menenangkan istrinya bergetar karena menangis itu.

"Hiks..aku..aku tidak tau Kaa-san. Maafkan aku..hiks..ini semua salahku..hiks.."

"Sudah..sudah ini bukan salahmu Hinata-chan. Kita doakan saja agar Naruto selamat" Kushina memeluk Hinaya yang seperti merasa bersalah itu dengan didera air mata.

My Boss My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang